Chapter 8 - It's our turn

327 33 23
                                    

Keesokan paginya, di hari yang cerah Dosan sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Pagi ini ia ingin membuat breakfast in bed untuk Dalmi. Ia membuat roti sandwich dengan isian daging asap, omelette dan tak lupa menghangatkan kimchi. Setelah selesai Dosan menyusun makanan tersebut di tray lalu melengkapi dengan segelas orange juice dan secangkir americano hangat.

Dosan lalu membawa tray makanan itu ke kamar mereka dan melihat istrinya masih tertidur pulas. Dengan tersenyum Dosan meletakkan tray di atas nakas yang ada tepat disamping Dalmi lalu beranjak ke arah jendela untuk membuka gorden.

Harumnya aroma americano hangat membuat Dalmi akhirnya terbangun. Perlahan ia membuka mata dan melihat tray yang berisi sarapan lengkap favoritenya. Dalmi bergerak bangun sambil membetulkan bed sheet putih yang menutupi tubuh polosnya.

"Morning sleepyhead" ucap Dosan lembut sambil berdiri tersenyum dari arah jendela kamar yang gordennya telah terbuka.

Dalmi mengerjapkan matanya menatap Dosan diantara sinar mentari yang masuk menyinari kamar. Dia terlihat seperti pangeran tampan "Dosan-ah, kau yang menyiapkan semua sarapan ini untukku? gomawo"

"Tentu saja, all for my beautiful wife" Dosan beranjak menghampiri Dalmi kemudian duduk di pinggir ranjang menatapnya. "Dalmi-ya, gwenchana?"

Dalmi tersenyum tipis seraya mengangguk "Ne, jangan khawatir. Dosan-ah kau sudah rapih sekali, apa kau mau berangkat pagi atau aku yang bangun kesiangan?" Dalmi melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan. "Omo, aku yang kesiangan. Kau tunggu sebentar ya aku mau mandi dulu"

"Andwae, kau selesaikan saja sarapan yang sudah aku buatkan special untukmu dan setelah itu istirahat. Sayang, sebaiknya kau ambil cuti dulu ya hari ini" Dosan lalu beranjak mengambil tray makanan dan meletakkan di pangkuan Dalmi.

"Tapi Dosan-ah,.."

"Nope, tidak ada tapi. Dalmi-ya jebal, dengarkan aku ya" Dosan memberikan puppy eyes nya.

"Arasseo.."Dalmi tersenyum menyerah.

"That's my girl..., mau aku suapin?"

"Andwae, aku bisa sendiri" Dalmi tersenyum tipis dengan sudut mulut terangkat. Ia lalu mengambil sandwich dan menyantapnya. "Hmm yummy, kau pintar masak juga sayang"

"Suami siapa dulu..." jawab Dosan menggoda.

Dalmi mendecik namun tak kuasa menahan senyum. "Dosan-ah, kau tidak akan balas dendam ke Dave kan? Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu, ingat Dave adalah orang yang sangat berbahaya" Dalmi menatap Dosan lekat.

Dosan menarik nafas dalam sebelum menjawab "Aku tidak peduli walau harus masuk penjara"

"Dosan-ah, jebal. Aku yang sangat peduli, sebaiknya kita menjauh saja dari Dave"

"Tapi dia sudah melecehkanmu, sebagai suami aku masih tidak terima. Dan bagaimana kalau dia masih belum kapok?" sergah Dosan.

"Aku akan lebih berhati-hati dan tidak akan membiarkan laki-laki itu mendekatiku lagi" tegas Dalmi.

Dosan terdiam sejenak "Dalmi-ya, kau tidak usah khawatir. Aku akan baik-baik saja, yang terpenting bagiku adalah dirimu. Sekarang aku pergi dulu ya, jangan lupa habiskan sarapanmu" Dosan lalu mengecup kening Dalmi dan beranjak berdiri kemudian berjalan menuju pintu kamar.

Dosan berhenti sejenak sebelum membuka pintu lalu menoleh kembali ke arah Dalmi yang sedang menatapnya dengan mata bulatnya yang sayu. Tubuhnya dengan bahu terbuka tampak seperti tenggelam di balutan bed sheet putih dan juga sprei putih mereka. Ia seperti gadis kecil yang ketakutan.

Thin Blue LinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang