Part 01

29 7 0
                                    


~~~~ **** ~~~~

Beberapa tahun sebelumnya...

Sudah menjadi sebuah kebiasaan ku disaat liburan telah tiba. Duduk di sofa, menyantap cemilan yang tersisa di kulkas dan kemudian menyalakan TV untuk menonton film kesukaanku. Namun, aku lebih terfokuskan kepada layar ponselku ketimbang film yang telah diputar tersebut.

Aku hanya memikirkan ketenangan selama liburan. Tentang tugas-tugas yang diberikan dari sekolah, itu bisa dikerjakan pada kapan saja selama libur masih panjang.

Yang jelas, di pagi hari hingga sore itu lebih seru melakukan hal yang menurut ku santai, namun terlihat sangat membosankan untuk orang-orang yang berada didalam rumahku dan semuanya menganggap ku sedang bermalas-malasan.

"Gak ada kerjaan lain, selain melakukan aktivitas bermalas-malasan?" tanya kakak perempuan ku.

"Aku nggak malas. Hanya sedang menjalankan tugas harian lama ku," jawabku menghiraukan kakak perempuan ku lewat tepat di depan TV.

Aku yang masih terfokuskan dengan acara hiburan yang ditayangkan setelah film kesukaanku telah usai diputar, tidak menyadari keberadaan ayahku yang telah berdiri tepat dibelakang ku sambil menarik kupingku.

Jelas, itu sangat sakit. Aku meringis, namun tidak menghasilkan apa-apa. Walaupun tidak terlalu sesakit kemarin, namun dari ruang keluarga hingga ke dapur, itu rasa sakitnya seperti telinga ku ini ditarik layaknya tali untuk lomba tarik tambang.

Disaat semua keluarga ku telah berkumpul dan menyantap sarapan yang telah di sediakan oleh ibuku, masih ada satu orang yang terlihat sangat-sangat sibuk dan belum mulai menyantap sarapannya.

Kalau bukan ibu, siapa lagi yang suka perhatian sama tetangganya. Ia menyiapkan beberapa makanan dan kemudian membungkusnya.

"Ibu, kau akan memberikan ini semua kepada siapa?" tanyaku, "Bukankah keluarga Taeyong udah pergi berlibur? Dan keluarganya Renjun juga sudah pergi ke China bukan?"

Mulutku yang masih penuh dengan sandwich kesukaanku yang di buat khusus untukku. Dan tangan ku sudah memegangi gelas yang penuh dengan susu coklat hangat.

"Itu tetangga baru kita. Eh, bukan. Dia itu tetangga lama kita yang sempat pindah ke Jepang, lalu mereka kembali lagi setelah 19 tahun," jawab ibuku.

Aku mencoba mengingat tentang tetangga yang dimaksud ibuku itu, namun kakak perempuanku tiba-tiba saja menyeletuk.

"Kau belum lahir waktu itu makanya kau tidak tau,"

"Oh iya, umur ku baru 18 tahun sekarang," ucapku sambil menggaruk-garuk kepala bagian belakang yang tidak gatal.

Setelah semua selesai, ibuku segera membawanya keluar dari rumah. Dikarenakan aku yang terlalu penasaran, aku pun mengikuti kemana ibuku melangkahkan kakinya.

Awalnya aku mengira jaraknya sangat jauh rumah tersebut, ternyata hanya keluar dari rumah dan berjalan ke arah kiri 7 langkah saja, rumah tetangga yang dimaksud ibuku itu telah sampai. Dengan kata lain, rumahnya bersebelahan dengan rumahku.

Berbeda dengan Taeyong ataupun Renjun yang rumahnya sedikit jauh, harus berjalan melewati beberapa rumah. Bahkan harus menyeberangi jalan raya.

"Oohh, ternyata ada pemiliknya, banyak yang bilang rumah ini adalah rumah hantu. Berarti rumor itu, bohong ya," benakku.

Tidak berapa lama, seorang wanita yang sedang menggendong anak laki-lakinya di pelukannya keluar dari rumah tersebut.

"Bu Yoon. Ada apa ya?" tanya wanita itu.

"Ini aku ada sedikit sarapan buat ibu. Aku tau, jika kau belum sempat masak bukan? Jadinya aku menyiapkan ini semua. Kau pasti sangat sibuk mengurusi barang-barang mu itu," jawab ibuku sedangkan aku berdiri tepat dibelakang ibuku sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mellifluous || YUTA ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang