Di dalam hutan, di tengah derasnya hujan, suara jeritan putus asa meminta tolong samar-samar terdengar, di ikuti oleh suara langkah kaki cepat, mengejar dan suara tembakan datang dari kejauhan, sepertinya sedang terjadi perkelahian di sana.Gadis dengan gaun putih sabrina, brokat hingga mata kaki keluar dari balik semak-semak, tas kertas di tangannya berisi tumbuh-tumbuhan yang tidak di ketahui dan beberapa anggur hutan, senyumnya yang tadinya sangat puas, hilang seketika begitu dia mendengar suara ledakan senjata api.
Oh, apa orang gila di sana mengira hutan adalah tempat bermain?
Dia tidak terlalu memedulikannya. Dia perlahan menuruni gunung, jalannya tidak begitu mulus dan sangat licin, akibatnya, kakinya beberapa kali terpeleset dan akan jatuh, untungnya dia meraih batang pohon untuk membantu.
Mendongak, dilangit, awan hitam masih sangat tebal, diperkirakan hujan akan semakin deras. Ini masih jam tiga sore, tapi langit seperti petang. Melihat ke bawah, roknya yang tadinya putih sudah berlumpur dan kotor, dia juga basah kuyup, ini sangat dingin.
Dia sebaiknya mencari tempat berlindung
Tapi, sebelum dia bisa melangkah, sesosok tubuh menerjang hampir membuat pertahanannya jatuh dan berguling ke bawah, secara naluriah tangan kirinya meraih batang pohon, dan tangan kanan memeluk orang.
Orang itu begitu kotor dan pelipisnya mengeluarkan darah, di perkirakan dia menggosok wajahnya untuk membersihkan darah yang menetes, tetapi itu malah membuat seluruh wajahnya berlumuran darah, sudut bibirnya robek dan ada beberapa memar biru dan ungu di wajahnya.
Dia terkejut dan segera meletakkan orang di tanah, bersandar di batang pohon, suara langkah kaki lebih dari satu orang semakin mendekat, dia sedikit tapi segera sadar dan menyeret orang ke balik semak-semak, tidak ada jalan lain.
Selangkah lagi terlambat, mereka akan tertangkap. Tiga orang pria tinggi besar, jenis orang barat segera tiba, berstelan lengkap tapi sepatu kulit berlumpur, dua diantaranya memegang pistol di tangannya dan salah satunya memegang parang panjang.
Ketiga orang mengedar pandang dan mulai mencari di sekitar, dalam semak, dia merasa sedikit tidak nyaman, perutnya terasa sangat nyeri.
Oh, kenapa dia bisa lupa waktu menstruasi bulanannya?!
Dia mencari-cari di sakunya, msih ada satu pil, makan. Perlahan-lahan nyeri terasa lebih ringan dan lebih ringan hingga sampai pada toleransi
Melihat orang menyakitkan di sampingnya, dia baru menyadari bahwa orang ini juga berstelan jas, hanya saja sudah berantakan, oh, ternyata itu juga seorang wanita.
Wanita itu meringis tapi berusaha menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Wajahnya pucat, rambut yang dipotong pendek berantakan, menempel di pipi dan wajah karena air hujan.
Perlahan mengangkat matanya, pupil matanya berurat merah, menatap gadis cantik di hadapannya dengan mata galak waspada, begitu dia melihat wajah cantik di hadapannya, dia tertegun, betiran air di wajah halus itu seperti krista yang semakin banyak semakin indah di lihat, itu seperti kecantikan peri, tapi sedetik kemudian, dia segera mundur menjaga jarak, tapi perutnya yang tertembak berkontraksi lagi, mengeluarkan darah semakin banyak.
"Disini! Ada jejaknya"
"Dimana?"
Dua pria besar lainnya segera mengikuti salah satu dan melihat tanah basa, memang ada jejak baru
"Berpencar! Orang itu pasti belum jauh, Bos bilang kita harus membunuh semua, jangan biarkan satu orangpun lolos!"
"Ya!"