Senior internasional high schoolPintu di ketuk dua kali, setelah mendengar suara dari dalam, wanita berstelan merah cerah rambut pirang panjang dilepas berwajah cantik dengan alis tegak dengan udara kesombongan masuk dengan map di salah satu tangannya, berdiri dua lngkah dari meja kerja kepala sekolah, alisnya langsung turun, rendah hati dan sopan dengan wajah tersenyum menyerahkan map di tangannya dengan hati-hati.
"Bapak kepala sekolah, ini adalah data siswa baru sekolah kita, Kevin-......." map itu langsung terlempar masuk ke tempat sampah di belang kepala sekolah
"Ibu Kartika, bukankah siswa ini, Kevin, saya sudah katakan tidak akan diterima di sekolah kita? Apa perlu saya ingatkan kembali, perilaku anak ini sangat tidak bermoral. Kamu mungkin, tapi saya tidak mampu menanggung resiko, suatu kali menerimanya, nama baik sekolah kita akan rusak. Siswa di sekolah kita bukan dari keluarga biasa, jika kita mengambil keputusan dengan sembrono mengakibatkan orang tua siswa tidak senang, sekolah kita tidak dapat menanggung konsekuensinya. Itu hanya kesialan bagi sekolah kita"
Kepala sekolah berbicara secara perlahan dan jelas, ada ketegasan di dalam nadanya. Pria berkacamata itu bertekat untuk tidak menerima siswa bernama Kevin, dia sangat enggan, tidak mau.
Siswa bernama Kevin memiliki riwayat yang sangat buruk.
Setelah satu bulan di taman kanak-kanak, melempar anak lain dengan bola bekel ayahnya yang dia bawa, menyebabkan kepala anak itu mengeluarkan aliran darah. Masuk kelas satu sekolah dasar, memukul kaca jendela kantor kepala sekolah dengan batu, mengenai pelipis kepala sekolah yang tengah bekerja di kantor. Kelas-kelas selanjutnya masih ada, seperti mematahkan pensil teman sekelas saat pelajaran melukis, membocorkan pena teman sekelas saat ujian.
Pada saat kelas enam, dia dikeluarkan dari sekolah tanpa ikut ujian kelulusan. Pemecatannya adalah permitaan dari pasangan orang tua dari siswi yang tidak terima atas pelecehan anak perempuannya. Siswi itu termasuk salah satu bunga sekolah yang cukup populer. Dia datang sambil menangis, berbicara tidak jelas kepada kepala sekolah dan beberapa guru di kantor guru.
Meskipun siswi itu berbicara agak tidak jelas, semua orang dapat mendengar beberapa bagian dengan cukup jelas. Semua orang menjalin rangkain kata yang kosong di benak mereka sendiri
Kevin menarik rok dan mengancam gadis itu!
Alasannya, karena dia tidak terima ditolak oleh gadis itu.
Anak sekolah dasar bermain hooligan, besarnya jadi preman?
Tidak tahu bagaimana, Kevin memasuki sekolah menengah pertama di tahun yang sama dengan teman-teman satu angkatannya. Dia sering membolos, anehnya tidak ada yang memprotes bahkan pihak akademisi. Seolah-oleh mereka tidak menganggap perilaku siswa Kevin serius. Tapi semakin jarang datang ke sekolah, semakin sedikit perbuatannya yang tercela, semakin sedikit beban kepala sekolah. Akhirnya, di tahun ke tiga semester pertama, kevin dikeluarkan dari sekolah menengah pertama setelah sehari sebelumnya dijemput oleh polisi dari kelasnya. Sepertinya kepala sekolah sekolah menengah pertama tidak mampu lagi menanggung siswa Kevin.
Semborono, tercela, nilai standar, tidak ada sopan santun. Selain wajahnya yang tampan dan kekayaan, semua yang ada pada diri Kevin adalah Minus!
Ini bukan surat permohonan pertama, tapi sudah yang ke tiga. Awalnya surat permohonan itu disampaikan langsung kepada kepala sekolah, saat itu setelah melihat datanya, kepala sekolah langsung dengan tegas menolak. Kemudian ada surat yang sama yang dia terima dari salah satu guru kelas A, terakhir diberikan oleh ibu kartika. Apa mereka pikir dia bodoh?
Jelas orang -orang itu tidak dapat menyogok dia dan beralih ke guru-guru berprestasi lain. Bapak Eben, ibu Kartika, adalah orang-orang serakah yang haus akan kekuasaan dan uang. Terima suap! Jika mereka tidak menerima uang, mereka pasti mendapatkan manfaat dari orang tua Kevin.