Two

5 1 0
                                    


Oh Sehun, nama lelaki itu. Ia berlari pada ketidakpastian. Kaki jenjangnya tak menyerah untuk mengejar pintu apartemen. Mata-mata yang memerhatikan, tak ayal terheran akan tingkahnya. Namun ia tak peduli dan tetap memburu langkah. Tergesa ia memasuki elevator. Dadanya bergerak naik turun, irama jantungnya begitu keras hingga terasa sesak. Tetes air mata mengalir. Ia menangis dalam sunyi. Tak menyangka telah bertemu kembali gadis di masa lalu. Gadis yang pernah terlibat kecelakaan tunggal beberapa tahun silam, dan berhasil merenggut kebahagiaannya. Hatinya sakit melihat sosok itu di depan mata.

Flashback

Pada hari yang cerah itu, Sehun dan teman-temannya sedang merayakan kelulusan. Wajahnya semringah, ia sangat bahagia, terlebih melihat kehadiran kakak serta kedua orangtuanya.

"Appa, Eomma, Hyung, kemarilah," sapa Sehun.

Keluarga Sehun datang dengan membawa bucket bunga dan sebuah kamera untuk mengabadikan momen tersebut. Ibu Sehun mendekat lalu memeluk anak bungsunya dengan bangga.

"Chukkhae! Sehun-ah kau menjadi lulusan terbaik tahun ini, ibu sangat bangga padamu," ucap ibu Sehun lalu memberi bucket bunga pada sang anak.

"Tentu saja, Ibu, aku menjadi lulusan terbaik kali ini pun berkat dirimu yang selalu mengingatkanku untuk selalu belajar," ujar Sehun seraya mencium kening ibunya.

Sementara ayah dan kakak tengah berbincang, tampak seorang anak remaja dengan kulit eksotis mendekat ke arah keluarga Oh, Sehun yang menyadari kehadiran temannya sontak memanggilnya, "Kim Jongin! Kemarilah!" panggil Sehun.

Jongin yang memang akan menghampiri Sehun segera bergegas dengan bucket bunga yang ia bawa di kedua tangannya. Sehun dan Jongin sudah bersahabat sejak kecil. Suatu kebetulan karena ia dan Sehun memang satu sekolah.

"Annyeong haseyo! Ahjussi, Ahjumma, Hyung," sapa Jongin lalu membungkuk sembilan puluh derajat.

"Ya! Hitam, kenapa hanya menyapa mereka, aku juga berada disini!" sahut Sehun tak terima.

"Haish! Kau ini kulit pucat! Aku kan harus menyapa keluargamu dahulu bodoh!" ujar Jongin seraya memukul lengan Sehun dengan bucket yang ia bawa.

"Arrasseo! Tapi jangan memukulku juga dasar hitam!"

"Ya!! Aku ini tidak hitam, bodoh! Kulitku hanya eksotis, ngomong-ngomong ini untukmu."

Jongin segera menyerahkan bucket bunga yang ia bawa pada Sehun.

"Untukku? Dari siapa?" tanya Sehun.
Jongin hanya menggelengkan kepalanya, bersikap tak acuh pada Sehun.

Setelah merayakan kelulusan Sehun, keluarga Oh menaiki mobil mereka, minus Jongin karena dia pamit untuk pulang bersama pacarnya. Jalanan Mangu-dong begitu lengang tatkala mereka menikmati perjalanan menuju rumah, yang sebenarnya tak terlalu jauh dari lokasi sekolah.

Namun di tengah perjalanan, mobil mereka mulai tak terkendali, Ayah Sehun yang begitu panik sontak membanting stir ke arah trotoar jalanan yang nahasnya terdapat seorang gadis seumuran Sehun tengah berjalan sendirian.

BRAKK!!!

Kecelakaan tak terhindarkan, ceceran darah dimana-mana, mobil yang masih tak terkendali itu pun menabrak tiang listrik dengan keras lalu terguling.

Flashback end

Di kamar apartemennya, Sehun menenangkan diri seraya mencoba menghapus kejadian yang masih membekas di ingatan. Ia pikir hanya dia yang menjadi satu-satunya korban selamat dari kecelakaan tunggal itu, namun sepertinya Tuhan berkehendak lain dengan fakta tentang si gadis yang masih hidup.

"Ya Tuhan! Aku merasa bersalah padanya!" monolog Sehun lalu memejamkan matanya karena lelah menangis.

Bahkan saat pagi kembali datang, Sehun masih bergeming di atas tempat tidur. Dia tampak begitu nyaman dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Ketenangan perlahan lenyap tatkala mendengar bel apartemen berulang kali berbunyi. Kelopak matanya bergerak-gerak, ia sangat malas bangun, tapi suara berisik itu sungguh mengganggu.

In Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang