Three

2 1 0
                                    

Sehun dan Jongin sudah sampai di Mangu-dong. Mereka singgah beberapa kali di rest area untuk beristirahat. Akhirnya Sehun memberanikan diri untuk naik mobil bersama Jongin walaupun pada awalnya ia sangat ketakutan serta histeris tatkala mobil itu berjalan. Namun Jongin dengan sigap menenangkan sahabatnya itu dengan cara menyanyikan lagu kesukaan Sehun saat kecil, agar ketakutan Sehun mereda, ia sangat sedih melihat sahabat kecilnya itu belum sepenuhnya merelakan kepergian keluarga.

"Sehun-ah, kau benar tidak apa-apa?" tanya Jongin khawatir.

"Hm! Tak apa, aku hanya sedikit ketakutan tadi," jawab Sehun dengan wajah datarnya.
Jongin tau wajah datar Sehun itu hanya untuk menutupi kesedihan serta ketakutannya, teman kecilnya itu sangat pandai menyembunyikan ekspresi jika sedang bersedih.

"Ayo! Jongin-ah, mengapa kau hanya diam saja di sini?" ajak Sehun yang mulai berjalan menuju rumah duka atau rumah abu. Ya, seluruh keluarga Sehun dikremasi karna itu memang permintaan Sehun sendiri.

"Iya sehun-ah, sebentar aku baru mengeluarkan bunga untuk ahjumma," susul Jongin dengan membawa bucket bunga lili kesukaan ibu Sehun dahulu.

Di dalam rumah duka itu ada tiga guci abu milik keluarga Oh, serta foto hari kelulusan Sehun dengan keluarganya, untungnya file kamera yang rusak pada kecelakaan itu dapat diselamatkan, jadi Sehun mencetak fotonya.

Sehun menatap seraya mengelus guci abu keluarga Oh satu persatu, ia sangat merindukan keluarganya, ia mulai menitikkan air mata perlahan.

"Sehun-ah, kau tidak sendiri, aku dan keluargaku akan selalu di sampingmu," Jongin yang berada di dekat Sehun pun mulai menepuk pundak pria itu pelan.

"Arra! Tapi aku sangat merindukan mereka jongin-ah."

"Hey! Ahjussi, Ahjumma dan Hyungmu pasti bersedih jika kau belum merelakan mereka hun-ah."

"Hikks! Andai saja waktu itu mereka tak datang ke pesta sialan itu pasti aku masih bersama mereka, hiks ibu, ayah, dan Hyung hiks." Isak Sehun mulai menyalahkan dirinya sendiri.

"Astaga! Sehun, jangan lagi seperti ini, aku sedih melihatmu begini," peluk Jongin terlihat seperti kakak bagi Sehun, ya, usia mereka memang sama namun Jongin lebih tua beberapa bulan dari Sehun.

Sehun hanya bisa terdiam dan menangis tersedu-sedu di pelukan Jongin, ini yang tak diinginkan Jongin ketika Sehun melihat keluarga, seperti waktu itu setelah Sehun kehilangan kedua orang tuanya serta kakaknya ia depresi.

Beruntung keluarga Jongin mengangkat Sehun menjadi anak mereka karena memang kedua orang tua Jongin pun amat menyayangi Sehun. Mereka tak tega anak remaja itu harus depresi dan mengalami hari yang buruk, Sehun pun mulai bangkit dengan bantuan keluarga Jongin sampai ia memutuskan untuk berkuliah di Seoul namun keluarga Jongin tak lantas mengizinkannya. Namun karena kegigihan Sehun, ia di inzinkan tapi dengan syarat Jongin harus ikut dengannya. Ya, Jongin memang akan berkuliah di Seoul karena prestasinya. Awalnya Sehun pun merasa keberatan dengan persyaratan itu, namun ia mencoba mengerti dan mengizinkan Jongin ikut dengannya ke Seoul sementara kedua orang Jongin tetap di Mangu-dong.

"Sudah lebih baik?" tanya Jongin menyodorkan minuman ke arah Sehun.
Sehun lantas mengangguk dan meminum air mineral dari Jongin. "Jangan bersedih! Kau ini kan Sehun anak eomma Kim! Dan saudaraku jadi jangan bersedih oke!" hibur Jongin.

"iya Jongin -ah, soal eomma Kim aku jadi merindukannya. Bagaimana kalau hari ini kita pulang ke rumah dulu?" tanya Sehun.

"Hahaha baiklah! Lagi pula aku memang berniat mengajakmu pulang, dari semalam eomma meneleponku, dia khawatir kemarin kau tidak menjawab telepon darinya, memangnya ponselmu kenapa?"

Sehun mematung sejenak lalu dengan cepat menjawab, "Ahh! Aku ketiduran sehabis jalan-jalan keluar Jongin, kau tau sendiri kan aku mencoba mengenali lingkungan apartemen baruku."

In Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang