Jodoh datang tepat waktu

4 1 0
                                    

Dingin berselimut malam. Kegelapan mulai terurai diluar sana. Nampak, di rumah sederhana itu, Sahara, Ibu Pelangi menangis tersedu-sedu di ruang keluarga disaksikan oleh Pelangi, Bintang, dan juga Ayah mereka, Pak Kemal. Pak Kemal memegang pundak istrinya dan berusaha menenangkannya. Bintang, adik Pelangi pun ikut membantu menghentikan tangis sang Ibu.

“Sudahlah mi, tidak usah menangis lagi, malu didengar tetangga,” ucap Pak Kemal sambil mengelus pundak istrinya.


“Bagaimana Mami bisa tenang Yah, ini ketiga kalinya Pelangi di tolak sama calonnya. Kalau ibu malu dengan tetangga, itu tidak seberapa. Bagaimana dengan rasa sedih ibu karena anak kita selalu gagal menikah. Padahal Pelangi kan tidak salah apa-apa, Yah!” isak tangis Ibu Sahara semakin menjadi.


“Mami... sudahlah, lagian Pelangi tidak apa-apa kok. Pelangi baik-baik saja, meskipun ditolak sepuluh kali. Pelangi siap kok. Kecuali kalau Mami dan Ayah berhenti menjodohkan Pelangi, pasti rasa sedih itu tidak akan akan ada” kini Pelangi angkat bicara setelah sekian lama diam. Ia tersenyum ke arah Mami dan Ayahnya. 


Yah, memang pernikahan Pelangi sudah tiga kali gagal. Sekali gagal atas laki-laki pilihannya sendiri, dan dua kali gagal atas perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya dengan orang tua calon suaminya. 


Setelah kegagalannya yang pertama, Pelangi berubah menjadi gadis yang penurut. Ia tidak berani lagi memilih calon suami. Jadi, ia mengikuti kemauan orang tuanya untuk dijodohkan. 


Meskipun, pada akhirnya gagal juga. Saat posisi tersebut menghampiri, ibunya lah yang paling merasa sakit karena kegagalan itu. Sebagai seorang gadis yang kini berusia dua puluh tujuh tahun, menikah memang sudah menjadi impian. Namun, karena sesuatu dalam dirinya, ia tidak berniat melambungkan mimpi setinggi langit untuk dipinang oleh seorang laki-laki.  


Pelangi sudah tahu persis bahwa pasti laki-laki yang datang pasti akan mundur jika mereka tahu bahwa setelah menikah Pelangi hanya mempunyai nol koma sekian persen kesempatan untuk hamil, sebab ia telah digerogoti oleh kista coklat di dalam rahimnya. Laki-laki mana pun pasti tidak ada yang mau memperistri gadis seperti dirinya. Hal itu sudah terbukti ketika ia ditinggalkan oleh laki-laki yang pernah ia cintai dimasa lalu. Bukankah laki-laki menginginkan keturunan? Suatu hal yang mustahil Pelangi berikan, kecuali atas izin Allah. 


“Pelangi, Ibu merasa sedih sekali Nak. Ibu sudah memberitahu mereka tentang penyakit kamu. Mereka berkata tidak apa-apa. Namun, tenyata mereka mundur ditengah jalan. Padahal keluarga sudah pada tahu. Kamu juga pasti sudah bahagia karena pernikahanmu akan digelar dalam waktu dekat.” tangis Ibu Sahara semakin menjadi.


“Sudahlah Mi, enggak usah nangis terus dong. Kak Pelangi saja santai kok. Padahal dia yang gagal menikah,” kata Bintang.


“Mami Enggak bisa santai Bintang! Mami mau Pelangi menikah!” suara Ibu Sahara meninggi menandakan emosi dalam dirinya pun ikut meningkat.


“Tugas kita sekarang sabar dan berdoa untuk kesembuhan Pelangi Mi, dan juga agar ketemu jodohnya yang tepat. Mungkin saja memang laki-laki itu bukan yang dipilih Tuhan untuk Pelangi,” kata Pak Kemal dengan bijak. 


Sebagai seorang Ayah, ia pun ingin melihat Pelangi, putri sulungnya menikah secepatnya. Namun, apalah daya jika jodoh sang putri belum juga tiba. Gagalnya pernikahan sang putri juga termasuk dalam skenario Allah. Pak Kemal percaya bahwa apa yang terjadi yang menimpa keluarganya adalah ujian bagi mereka agar keimanan mereka bertambah. 


“Betul kata Ayah. Jodoh itu tidak bisa dipaksakan Mi. Seberapa besar pun usaha dilakukan, kalau bukan namanya yang tertulis di lauhul mahfudz untuk Pelangi, tetap tidak akan bisa. Seberapa besar pun usaha Pelangi menjauh kalau memang dia jodoh Pelangi, pasti akan ketemu juga,” ucap Pelangi bijak menanggapi permasalahan yang dihadapinya. 


“Tapi usia kamu sudah matang, Nak,” ucap Ibu Sahara lirih.


“Yah, meskipun usiaku sudah renta kalau memang jodoh di dunia tidak di siapkan Allah, yah mau gimana lagi Mi. Di akhirat, pasti Allah sudah menyiapkannya untuk Pelangi,” kata Pelangi.


“Pelangi, jangan bilang seperti itu akh, Mami semakin sedih nih.” Sahara berhambur memeluk sang putri. 


“Seperti itulah garis kehidupan Mi. Kalau sesuatu tidak kita dapatkan di dunia, yah di akhirat termasuk jodoh.”


“Betul,” ucap Pak Kemal dan Bintang secara bersamaan. 


Semenjak mengetahui bahwa dirinya mengidap kista coklat yang kemungkinan kecil sembuh, Pelangi sudah pasrah, termasuk dalam hal cinta. Ia takut jatuh cinta karena laki-laki yang ia inginkan akan meninggalkannya setelah laki-laki itu tahu keadannya. Ia hanya memasrahkan semuanya kepada Allah swt apapun yang terjadi di dalam hidupnya. Ia yakin, jika memang Allah memilihkan jodoh untuknya, pasti jodoh itu akan datang diwaktu yang tepat, sebab jika datang diwaktu yang salah, itu mungkin jodoh orang lain yang kebetulan singgah. 


Pelangi untuk PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang