5. Hari sial Bela

23 9 8
                                    

"Berapa besar kemungkinan itu tidak akan di ketahui guru?"

-----

"Berhentilah mengumpat Bela" perintah Indri yang sudah jengah mendengar umpatan dari temannya itu.

"Berhenti?! Kak Indri tidak akan mengerti perasaan ku tau?!" Balas Bela dramatis dan di balas dengan tatapan malas Indri.

"Jelaslah aku tidak mengerti perasaanmu aku kan bukan dirimu" jawab Indri enteng yang langsung di sambut dengan wajah cemberut Bela.

Thorn dan Taufan yang menyaksikan kejadian itu terlihat cekikikan melihat nasib Bela. Dan keduanya benar-benar tidak ada niatan untuk sedikit menghibur gadis itu.

"Ku dengar dari Ray ada 4 orang anggota Highest yang di hukum, ternyata kalian" keempat remaja yang tadinya sibuk dengan kegiatan mereka kini menolehkan kepala mereka ke sumber suara.

Bela yang menyadari jika sosok itu adalah salah satu anggota Highest mulai membuat wajah sedih agar mendapatkan bantuan membersihkan halaman belakang.

"Kak Lulu~ Yana~ tolongin dong~" pinta Bela dengan wajah memelas dan mendapat tatapan datar dari kedua gadis itu.

"Iya kami bantuin... bantuin liat" balas gadis bernama Lulu dan di iringi dengan anggukan kepala dari gadis bernama Yana.

Bela yang mendengar hal itu hanya cemberut dan melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi.

"Hoi Bela!" Pandangan Bela kini beralih ke arah atas tepatnya ke arah salah satu jendela kelas. Di sana Terlihat jelas sosok Ica dan Blaze di sampingnya.

"Apalagi?!" Teriak Bela kesal yang langsung di sambut sampah yang berasal dari atas.

"Aduh sampahnya jatuh... tolong bersihkan ya!" Bela menggertakan giginya kesal sebelum mematahkan sapunya sehingga menjadi dua bagian.

Indri, Thorn dan Taufan terlihat tercengah dengan apa yang di lakukan Bela berbeda jauh dengan Lulu dan Yana yang terlihat bersiul ria.

"Bel, kau merusak peralatan sekolah" peringat Yana dan di balas dengan tatapan tajam Bela.

"Persetan dengan hukuman!!" Teriak Bela kesal dan mendapatkan tepukan bahu dari Taufan dan Thorn.

"Yah... kau bisa membuang sapu itu ketempat sampah dan ambil lagi sapu baru di gudang" saran Indri yang di balas dengan helaan nafas Bela.

"Berapa besar kemungkinan itu tidak akan di ketahui guru?" Tanya Bela pelan.

"80%! Dan kami akan membela mu jika ketahuan guru" yah... setidaknya itu bukan hal yang buruk. Dia tidak ingin uang jajannya jadi terbuang hanya karena membeli sapu.

*****

"

Oke... kau Ray?" Tanya Lifa memastikan dan di balas dengan tatapan narsis dari gadis di hadapannya.

"Iyap! Namaku Ray! Aku sangat senang kau tidak mati! Kalau kau mati siapa yang akan membantuku mendekati Halilintar?" Lifa hanya memutar bola matanya malas.

Dia baru saja mengenal gadis itu beberapa menit yang lalu. Dan itupun karena sebuah kebetulan. Dan ntah kenapa gadis itu lebih memilih menetap di UKS daripada pergi ke kantin atau semacamnya.

Dan ntah kenapa Lifa merasa tidak asing dengan sosok di hadapannya. Sejenak ia terdiam. Dirinya berusaha berpikir siapa gadis di hadapannya.

Dia menghela nafas pelan sebelum kembali menatap gadis itu. Ntah kenapa dia jadi malas berpikir lebih lanjut karena kepalanya yang terasa nyeri.

"Ray? Ku kira kau di kelas" Ray tersentak ketika mendengar suara tidak asing di belakangnya.

Seketika keduanya langsung menatap ke arah pintu. Di sana Terlihat jelas dua orang remaja.

Ray yang melihat hal itu terlihat tersenyum jahil dan membuat kedua remaja itu merasakan firasat buruk.

"Oh Hida~ darimana saja kalian?~" goda Ray kepada kedua remaja tersebut. Salah satu remaja yang bername tag Hida terlihat memukul kepala Ray sebelum menatap ke arah Lifa.

"Aku dan Solar ingin menjenguk Lifa! Dan kami baru saja pergi dari ruang lab! Kamu sedang apa di sini?" Ray terlihat terkekeh pelan sambil mengelus kepalanya yang baru saja di pukul.

"Menjaga bocah nakal yang berencana kabur"

"Hei!" Lifa yang mendengar hal itu seketika mengajukan protes.

Oke.. ia akui ia cukup nakal... tapi tetap saja ia tidak ingin mengakui hal itu!

"Hmm... kau sudah seperti Hali saja" komentar salah satu remaja bername tag Solar.

"Memang Hali gimana?" Tanya Lifa malas walaupun sejujurnya ia tidak mengenal Hali yang di maksud.

"Beda! Hali itu tsundere! Lifa itu keras kepala!" Koreksi Ray dan sekali lagi mendapatkan pukulan kepala dari Hida.

"Sayangnya Hali juga keras kepala Ray" Ray yang mendengar hal itu hanya cengengesan.

"Tsundere itu ciri-cirinya gimana?" Tanya Lifa penasaran dan di balas dengan senyum jahil Ray.

"Ciri-ciri orang Tsundere itu pertama Halilintar, kedua seperti Halilintar, ketiga mirip dengan Halilintar, keempat dia adalah Halilintar dan terakhir pokoknya dia Halilintar!"

BUK..

"HUAA!! SAKIT HIDA!"

"Dan Ray sekali lagi mendapatkan pukulan di kepalanya.

TO BE CONTINUED...

Gak tau apa yang ku tulis🚮

IMPOSSIBLE (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang