Lima [End]

3.8K 306 15
                                    

Terima kasih untuk kalian yang masih membaca cerita ini, apresiasi kalian sangat berarti buatku! 💜

———

warning: mature content ⚠️

***

"Kau tidak menyuruhku pulang?"

Mereka tengah berbagi peluk di atas ranjang setelah sama-sama membersihkan diri. Namjoon mengenakan pakaian santai yang rencananya akan Seokjin berikan pada Ayahnya, baju baru itu.

Seokjin mengeratkan pelukannya, merasa hawa dingin membelai kulitnya yang lebih sensitif daripada biasanya. "Temani aku, alpha.." rengeknya begitu manja dan diselimuti kantuk.

"Tentu saja, omegaku sayang. Aku akan menebus tujuh tahun perpisahan kita dengan menemanimu seminggu penuh, bagaimana?"

Terdengar menyenangkan, tapi Seokjin mengerutkan keningnya tampak tidak setuju. "Setelah itu Namjoon akan pergi? Meninggalkanku sendiri di sini? Kita berpisah lagi, begitu?" Mungkin siklus heat Seokjin juga mempengaruhi emosinya yang naik turun, Namjoon harus ekstra bersabar sebab setelah marah, Seokjin bisa saja berubah melankolis.

Tiba-tiba saja, Seokjin melepas pelukan Namjoon dan bangkit dari rebahnya. "Ah, maafkan aku. Seharusnya aku tidak perlu menuntut toh aku yang pergi meninggalkanmu. Tidak perlu memaksakan diri untuk menemaniku, Namjoon," ujarnya menyesal.

Seokjin bermaksud mengambil obat penekan heat di atas nakas, sebab perutnya mulai terasa melilit, kemaluan dan pucuk dadanya mulai terasa nyeri berdenyut. Mungkin saja keberadaan Namjoon memancing heat-nya datang semakin cepat.

"Sayang, hei, dengarkan aku, omega. Kita akan pulang persama untuk meminta restu kedua orang tuaku." Namjoon menghalau pergerakan Seokjin dengan merebahkannya kembali perlahan ke atas ranjang.

"A-apa? Apa maksudmu Namjoon? Jangan mempermainkanku begini, aku mudah terenyuh asal kau tahu!" Suara itu terdengar menggemaskan ketika Seokjin mencicit dengan muka yang terbenam pada dada bidang alphanya.

"Setelah masa heat-mu selesai, aku akan memintamu dengan beradab di depan kedua orang tuamu, sayang," bisik Namjoon sembari mengecupi telinga Seokjin yang perlahan memerah, menjalar juga pada sepanjang leher jenjangnya.

"Seokjin..." Upaya Namjoon menahan gejolak tubuhnya sudah sampai batas limit. Feromon Seokjin menguarkan aroma kesegaran floral yang manis. Pecah berbaur pada udara di kamarnya. Membuatnya Namjoon total mabuk kepayang.

Begitu mata mereka bertemu, Seokjin menemukan sorot mata alphanya yang mulai diselimuti kabut gairah. Ia begitu malu ditelanjangi oleh tatapan memuja itu. "Kau begitu manis, sayang. Sejak kau kecil... tidak ada yang berubah," ucap Namjoon dengan suaranya yang memberat sebelum ia memagut bibir Seokjin singkat.

Tubuhnya merinding dengar pujian itu. Ingin mengabadikan momen ini dalam rekaman memori otaknyae, sebab ia selalu menginginkan Namjoon membisikkan kalimat cinta semacam itu selamanya.

"Alpha, tolong aku.. Ngh—" Kepayahan, tubuh Seokjin menggelinjang tatkala Namjoon mulai menciumnya di leher. Ia rasakan tangan Namjoon mulai membelai tubuhnya, meremas pinggang kecilnya, menarik turun celana tidurnya dan menyaksikan celana dalamnya sudah basah akan pelumas alami dari lubangnya yang mulai berkedut ngilu.

Namjoon turun menenggelamnya wajahnya pada kemaluan Seokjin yang masih terbalut celana dalam, mengulumnya kasar sampai tarikan lemah pada surainya membuatnya bangkit perlahan untuk melepas kaosnya sendiri dan melemparnya ke lantai.

Pandangannya langsung tertuju pada belah bibir omega di bawah naungannya, bibir semerah buah ceri di musim semi. Ia selalu membayangkan bisa membelai bibir kenyal itu menggunakan lidahnya. Maka Namjoon segera merendahkan tubuhnya, menekan badan Seokjin hingga dada mereka berdua bergesekan, menciptakan nyeri pada kuncup dada omega yang sudah mengeras di balik piama, ajaibnya terasa sangat nikmat.

Omega Moringa and The Honey (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang