#01 Kematian Keluargaku.

722 50 18
                                    

"Aku harus cepat sampai,"

Tak sabar rasanya bertemu dengan istri tercinta dan kedua anak ku.
Enam bulan lamanya aku meninggalkan kampung halaman karena tuntutan pekerjaan di luar kota.

Lampu kerlap kerlip menghiasi suasana malam, terdapat gedung gedung tinggi yang berdiri kokoh dengan cahaya terang benderang.

"Baru setengah perjalanan yang sudah di tempuh, sepertinya aku akan sampai esok pagi!"

Lelah sekali rasanya duduk di atas sepeda motor, kedua mataku juga sudah tidak bisa di ajak kompromi.

"Mungkin lebih baik aku berhenti dulu daripada nanti mengantuk di tengah jalan,"

Aku parkiran motorku di depan warung kopi di pinggir jalan raya.

***

"Terimakasih, bu."

Aku langsung menyeruput kopi hitam yang sudah berada di tanganku.

"Uhukkk uhukkk!"

Asap rokok masuk ke dalam hidungku, terasa begitu menyengat ke paru paru.
Aku tidak menyukai bau asap rokok, karena memang aku bukan perokok.

Ku buka ponsel yang berada di saku baju, ternyata ada lima belas spam chat dan lima panggilan tidak terjawab dari istriku, Renata.

Sejak keberangkatan, aku memang memasang mode getar saja, pantas aku tidak mendengar ada panggilan dari Renata.

Ku ketik nama 'istriku' dan segera memanggilnya.

Status sudah "Berdering" namun kenapa Renata tidak menjawab panggilan ku?

"Ah mungkin saja sudah tertidur karena lama menunggu balasanku." Pikirku.

Aku melangsungkan perjalanan dan ku bayar satu gelas kopi dengan harga 5 ribu rupiah kepada ibu penjual kopi.

***

"Aduh kenapa rem tidak bisa aku kendalikan, Rem blong.
Ti-tidakkkkkkkk!""

Mobil truk pengangkut gas elpiji melaju kencang dari arah berlawanan yang sedang menyalip mobil di depannya.

"Argggggghhhhhhhhhhhhhhhhhh"

Ku buka sedikit mataku yang kian sulit terbuka. Hitam seluruhnya, aku tidak bisa melihat sekeliling, selain suara banyak orang berkerumun mendekat.

***

Seorang pria, dua perempuan dan dua anak kecil menangis ketika melihatku terbujur di bed ICU, yang dimana nafasku saja sudah di bantu dengan banyak alat medis.

Aku bisa melihat dengan jelas siapa pemilik tubuh lemah itu! Apa artinya aku sudah meninggal?

Aku tidak bisa jika harus meninggalkan mereka secepat ini, tujuanku pulang ke rumah untuk menemui keluarga, bukan malah seperti ini!

"Detak jantung semakin melemah, tolong tinggalkan ruangan ini, kami akan menangani nya."

Ada tangis di wajah mereka, terlebih lagi kedua ana ku begitu sedih meratapi ku sembari memanggil dengan ratapan pilu.
Mereka adalah keluargaku. Ibu, bapak, istri dan anak ku.

Anaku masih sangat kecil, Tiara adalah anak pertamaku, dia baru berumur enam tahun, sedangkan Fino anak keduaku, dia masih berumur dua tahun.

***

"Bagaimana Dok, keadaan suami saya!"

Renata bangkit dari tempat duduknya, ia masih menggendong anak keduaku, Fino. Dan menuntun Tiara di tangan kanannya.
Ibu dan bapak juga menanyakan hal yang sama tentang keadaanku.

Dokter keluar dari dalam ruangan dengan wajahnya yang terlihat kecewa, sepertinya beliau sungkan untuk mengatakannya.

Sebenernya bagaimana keadaanku di dalam ruangan? Apakah kecelakaan tiga hari berakibat fatal!

"Maaf, saudara Juna tidak bisa kami selamatkan."

Spontan kami semua menangis tersedu mendengar jawaban dari dokter, bukan hanya mereka, namun aku disini juga menangis sejadi jadinya.

"Tidak, aku tidak boleh meninggal, aku harus sadar, aku harus hidup kembali!"

Aku berlari menembus dinding, aku harus membuka mata dan bangun!
Aku tidak mau meninggalkan mereka, aku belum siap, aku belum mampu membahagiakan mereka, aku harus berusaha sekuat tenaga agar bisa hidup kembali.

Orangtuaku sudah tua, istriku masih membutuhkan nafkah dariku, terlebih lagi anak anaku masih terlalu kecil untuk aku tinggalkan.

Tuhan, tolong aku, berikan aku kesempatan untuk hidup kembali. Aku ingin mewujudkan impianku, yaitu membahagiakan keluargaku.

***

"Apa yang terjadi dengan tubuh ku?"

Getaran hebat mengguncang tubuhku, sakitnya begitu luar biasa.
Aku yang tidak merasakan sakit sama sekali, kali ini aku merasakan sakit yang begitu hebat. Sungguh, aku tidak bisa menahannya lagi.

"Awwwwww!"

"Ini suatu keajaiban, jantungnya berdetak lagi!"

Dokter mengeraskan suara dan melakukan tindakan. Beberapa asisten dokter segera membantu.

Juna dinyatakan sudah sembuh dari masa kritisnya, bahkan ia mengalami mati suri.

***

Bersambung

Hayu kak ikuti lagi cerita misteri ketiga ku 😊

Jangan lupa Follow dan tinggalkan jejak setelah membaca ya🙏

KEMATIAN KELUARGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang