Warna Kehidupan

0 0 0
                                    

Warna Kehidupan
Oleh Abdul Rahman

Waktu sudah mulai sore, lelaki berjenggot tipis itu menatap langit yang mulai memerah. Dia masih berdiri dan menyandar di tiang bendera.

Terdengar suara yang memanggil dari arah samping.
"Hai Pak Feri, ayo pulang, sudah hampir satu jam kamu berdiri disini. Apa yang kau hendak kau lakukan?" tanya Riki keheranan.

Fery tersentak dari lamunan panjangnya, " Riki? Kamu mengamati saya? Siapa yang memberimu pekerjaan ini?" Tanya Fery ke guru muda itu.
"Ada-ada saja, Pak. Saya tadi antar laporan piket ke kantor lalu ke kelas lagi menyelesaikan tugas yang tertunda, makanya saya tahu berapa lama Bapak berdiri disini. Maaf."

Fery mengajak guru muda itu berpindah posisi ke bawah pohon ketapang yang berdiri kokoh di depan gedung sekolah itu.

Sementara tas ransel yang sudah menempel di punggungnya di letakkan di meja yang melingkari pohon itu.

Fery mulai berbagi kisah tentang peristiwanya di bulan Mei.

Hari itu tanggal 1 Mei 2023.
Fery teringat, besok 2 Mei 2023. Biasanya setiap tanggal 2 Mei banyak guru yang mendapat penghargaan 10 tahun dan 20 tahun masa pengabdian. 2 Mei merupakan hari pendidikan nasional, bertepatan pula dengan hari berdirinya sekolah tempat mereka mengajar.

Pikirannya terus surut ke belakang, terus mundur sampai pada satu titik.
Dua puluh tahun lalu, Fery muda melamar pekerjaan  di sekolah Islam setelah mendapatkan peristiwa aneh di tanggal 1 Mei.

Fery yang sehari-hari menyapu masjid, azan dan bahkan menjadi imam dalam salat jama'ah dan  sudah tinggal di masjid sejak awal kuliah.

Sore itu, sehabis memimpin salat jamaah, dia masuk kamar dan lupa mengunci kamar. Tiba-tiba seorang kakek yang menjadi jamaah salat ashar, mendorong pintu kamarnya dan menerobos masuk.

Fery kaget dan langsung  berdiri dari tempat duduk semula.
"Maaf, ada apa, Kek? Ada yang bisa saya bantu?"

"Justru kamu lah yang butuh bantuan." Ucapnya sambil terus semakin mendekat ke posisi Fery berdiri.
Fery surut selangkah, belum tahu arah pembicaraan dan maksud kakek itu.
"Mungkinkah orang ini berniat jahat?" Tanyanya dalam hati.

"Hai anak muda! kamu sudah sarjana, bukan?" Dia bertanya dengan mata melotot. Telunjuknya hampir menyentuh kening Fery.

Fery hanya mengangguk.
"Lalu, mengapa kamu masih saja tetap di sini? Kamu harus tinggalkan tempat ini, akan ada orang yang lebih membutuhkan tempat ini." Ucapnya seperti mengancam. Apakah akan ada cucunya yang akan tinggal disana? Entahlah." Fery semakin bingung dengan menyimpan beberapa pertanyaan.

"Apakah kamu akan menua disini hingga beruban atau kamu berharap akan mati di sini juga?" Kakek aneh itu semakin mendesak Fery."

Sebelum meninggalkan kamar Fery, lelaki itu sempat memegang pundak Fery dengan kuat dan berkata,"Tidakkah kamu punya cita-cita untuk punya rumah dan  keluarga? Tidakkah akan kamu gunakan ijazah sarjanamu untuk mencerdaskan masyarakat di kampungmu?"
Itu adalah ucapannya yang terakhir sebelum.dia meninggalkan kamar Fery dengan cepat.
Betapa kaget Fery, karena lelaki itu belum pernah datang ke masjid itu sebelumnya. Dari mana pula dia mengetahui bahwa dirinya sudah sarjana.

Bulu roma Fery merinding. Dia langsung  minum, dan ke kamar mandi.

Kehadiran kakek itu sudah mengusik ketenangannya disana.

"Saya harus menyelesaikan teka teki ini malam ini dan besok saya harus ke kampus, mana tahu ada informasi penting."

Biasanya di papan pengumuman kampus selalu ada pengumuman lowongan pekerjaan yang di tempel.

Malam itu, Fery tak bisa tidur pulas, tiap sebentar tersentak seolah mendengar panggilan kakek misterius itu.

Keesokan harinya, tanggal 2 Mei 2019, setelah dia mengajar tuntas baca Alquran untuk gelombang pagi, tepatnya pukul07.30- 09.30 WIB, Fery pergi  mendayung sepedanya ke kampus. Tak ada informasi yang dia dapatkan. Sarjana Tarbiyah itu pulang tanpa ada hasil. Akan tetapi dalam perjalanan, dia melihat sebuah merek sekolah di gang sempit. Merek itu tergantung pada tiang kayu yang mulai lapuk dan tulisannya sudah pudar.

Fery  mencatat merek sekolah tersebut dan bergegas kembali.
Fery mengambil selembar kertas dan membuat sebuah lamaran kerja.

Fery sangat lancar menulis surat lamaran tersebut.

Surat itu dia lipat  dimasukkan ke dalam amplop lalu dia antar.

"Tahukah kamu, Riki? Inilah sekolah tempat saya melamar 30 tahun yang lalu. Waktu itu saya seusiamu sekarang." Ucapnya dengan mata berbinar.

Riki terus menyimak kisah pengalaman Pak Fery hingga sampai di sekolah itu. Sungguh berbeda cara Pak Fery diterima di sekolah ini dengan dirinya.
Dia justru sudah mengajar di banyak sekolah dan belum pernah puas dengan tempat mengajar sebelumnya.

Matahari hampir tak kelihatan guru senior dan Junior itu bangkit dan bergegas pulang.
 
Kini Fery yang sudah tidak muda lagi itu, terus mengingat pengalamannya berada di sekolah tempatnya bekerja di saat adanya penerimaan guru baru.

Dulu dia datang ke sekolah ini masih lajang, saat ini di usia sekolah ini sudah 30 tahun, Fery pun sudah beranjak tua. Bagi Fery, semua cerita selama 30 tahun di sini tidak akan mudah dilupakan. Bercanda dengan siswa yang mungil dan imut, maklum. Maklum karena beliau mengajar di Sekolah Dasar.

Pekan ini, ada seorang alumni yang mendapatkan kesempatan mengajar sebagai guru kontrak selama tiga bulan, karena ada seorang guru yang cuti melahirkan.

"Pak, kelihatan Bapak tetap muda seperti dulu, malah kelihatan lebih muda." sapa Doni.
"Ah kamu bisa aja, Don. Apa kabarmu, kamu sama seperti dulu, pandai menyenangkan hati guru. Sudah menjadi  sunnatullah, semuayang muda menjadi tua," jawab Fery."
"Betul Pak, usia Bapak bisa bertambah, tetapi wajah Bapak makin bersinar aja, apa sih rahasianya Pak?" Jawab Doni serius.

Fery mencoba memahami ucapan Doni,
"Apakah Doni serius? Wajah bapak tidak menunjukkan lebih tua." Tanya Fery serius.

Apakah ungkapan itu benar, bahwa guru yang mengajar di SD itu  awet muda, jika dia menikmati profesinya. Alhamdulillah, andai itu benar. ucapnya dalam hati.

Mengajar dengan hati memang berbeda dengan mengajar hanya sekedar gugur kewajiban.

Menjadi guru tidak membuat kita banyak harta, tetapi dengan menjadi guru kita bisa melahirkan banyak orang hebat yang mungkin saja mereka akan menjadi pejabat, pengusaha dan tenaga profesional.

"Pak, ceria betul pagi ini," ungkap tetangganya.
"Ya, hari ini hari bahagia karena hari ini tanggal 2 Mei," ungkap Fery sambil bercanda.
"Waduh...Pak. Kok karena 2 Mei yang buat bahagia? tanya tetangganya heran.
"2 Mei adalah hari pendidikan, jadi, semua  guru harus bahagia hari ini." Ungkapnya.

Dan dia menambahkan bahwa menurut alumninya, para guru tak pernah kelihatan tua.

Walau

Sebuah kenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang