Bagian : 01

148 19 3
                                    


Bercerita lewat tulisan adalah tempat cerita paling aman.

***

"Hai Rin kamu sedang menulis apa?" Sapanya ketika aku duduk dibangku panjang yang ada di lapangan basket.

"Eh Sa..  hanya sedang tidak ada kerjaan saja." jawabku sambil diakhiri tertawa.

"Kamu hobi sekali menulis dibuku itu ya, aku pernah mencoba membeli buku diary tapi aku sangat malas menulis.. jadi buku itu tidak terpakai dan sekarang entah dimana. Aku ingin seperti kamu.. menulis tentang cerita hari ini. Pasti hari-hari kamu sangat menyenangkan ya! Sampai kamu mengabadikannya dengan menulis?"

Menyenangkan? Aku rasa itu tidak. Aku hanya melampiaskan rasa yang menyakitkan ini melalu tulisan. Kadang aku sudah menulis apa yang dalam hati rasanya lega seperti sedang bercerita, tapi ceritanya tidak di ketahui oleh siapa-siapa.

Bercerita lewat tulisan adalah tempat cerita paling aman.

"Tidak Sa.. hanya mengganti waktu luang saja. Eh kamu tidak latihan eskul paskibra? Biasanya hari sabtu lapangan sepulang sekolah udah rame," balasku.

"Iya aku sedang menunggu yang lainnya Rin."

Elsa Azahra dia teman sekelasku, kami berteman dari kelas sepuluh sampai sekarang. Dia sangat baik, kami seperti perangko yang selalu bersama kemana-kemana, itu pun kata teman-temanku.

"Eh kamu tau tidak Rin," Tanya Elsa. Ketika kita diam beberapa menit.

"Tau apa?"

"Paskib mau latgab sama sekolah Elang Bima.. katanya cowoknya ganteng-ganteng loh hhe."

"Mau latihan bareng atau cari yang ganteng?"

"Kalo boleh dua-duanya si Rin.."

"Eh ekskul PMR gak latgab juga? Padahal ini waktu yang pas buat rajin eskul Lo Rin."

"Iya mau kok tapi belum ditentuin kapan."

"Enak banget si kamu Rin punya sahabat kecil yang sekolahnya bareng-bareng terus. Jadi gak takut buat gak ada temen, eh si Guntur ikutan eskul PMR juga kan?"

"Iya dia ikut."

"Nurutin kamu kayanyah.. iya gak Rin."

Bukan Guntur yang ingin menyamakan eskulnya dengan aku. Tapi aku yang mengintip ketika mengisi formulir pemilihan ekskul.

Aku tau, harusnya aku menjauhinya tapi itu sangat sulit.

"Eh aku duluan ya kayanya itu udah pada kumpul," Ucap Elsa sambil melangkah pergi.

Aku hanya menganggukan kepala sebagai balasan.

"Arina," Suaranya. Aku sudah tau dia siapa.

"Iya ada apa Tur.." Ucapku sambil berdiri dan merapikan hijabku.

"Hari ini ada pertandingan futsal kamu mau menonton nya? Mendukung aku terus kasih semangat ya!" Ucapnya sambil tersenyum manis kearahku.

Aku tau, Aku dan Guntur kita memang bersahabat dari kecil. Tapi kami berdua tumbuh menjadi orang yang dewasa, apalagi dalam Islam tidak di perbolehkan berduaan dengan lawan jenis yang belum halal atau belum terikat dengan pernikahan.

Jadi, semenjak aku memutuskan memakai hijab aku tidak menatap mata Guntur, karena tatapan sebuah kesempatan setan untuk menghasut manusia melakukan zina.

Aku selalu mencegah berlama-lama ketika sedang berdua. Tapi untung saja sekarang di lapangan ini tidak sedang sepi karena ada yang sedang bermain bola basket.

"Em sepertinya tidak bisa Tur.. Elsa sedang latihan paskib, aku kan selalu dengan dia jika tidak aku takut tidak ada teman nantinya," balasku sambil pura-pura mencari seseuatu dalam tas.

"Yasudah aku pergi ya.. jangan lupa doakan aku ya Rin dan hati-hati pulangnya," Ucapnya sambil tersenyum manis, lagi. Sambil melangkah pergi.

Ada apa dengan dadaku rasanya selalu seperti ini ketika dia tersenyum. Ya Allah ampuni perbuatanku ini. Aku memejamkan mata sambil menetralkan degupan jantung yang kian memberontak.

Hari ini sekolah selalu pulang lebih awal dari biasanya tapi sekolah selalu ramai, aku juga selalu berlama-lama di sekolah entah keperpustakan atau ke kantin dan nonton bersama dengan Elsa.

Tapi sekarang Elsa sedang latihan jadi aku hanya sendiri. Ingin pulang tapi aku rasa di rumah pasti bosan.

Akupun memutuskan pergi ke kantin dan duduk yang menghadap langsung ke taman sekolah.

Aku melihat Sakira yang sepertinya sibuk menuliskan seseuatu, Sakira dia adalah ketua PMR, aku hanya anggota biasa saja dan akupun memutuskan untuk menghampirinya.

"Ira.."panggilku sambil duduk di sebelahnya. Setelah itu iya menoleh dan tersenyum ke arahku.

"Eh Rin ada apa?"

"Kamu sedang mengerjakan apa Ra."

"Huftt.. ini aku sedang merekap absensi anggota PMR Rin."

"Tapi ini ada buku sejarah?" Tanyaku yang aneh meilhat kedua buku yang sedang bergantian ditulis Sakira.

"Aku pusing.. tugas sejarah penting, tapi merekap absensi juga penting dan besok harus beres keduanya."

"Bukannya ini tugas Guntur ya?"

"Kamu tidak tau Rin? Gunturkan mengundurkan diri.. dia katanya tidak bisa membagi waktu karena katanya sekarang banyak pertandingan dan latihan futsal. Aku tidak masalah dari pada gabung tapi malah menjadi beban," Ucap Sakira sambil terus menulis.

Kenapa Guntur tidak memberi tahuku ya. Eh untuk apa dia memberi tahu aku? Tidak penting. Ya aku tidak sepenting itu, jika harus mengetahui urusan Guntur.

"Yasudah aku bantu ya.. kamu fokus aja ngerjain tugas kamu, biar aku aja yang rekap absen," Ucapku sambil mengalihkan absensi jadi di depanku.

"Arinaaa aduh makasih.. makasih ya," Ucap Sakira sambil memelukku dari samping.

"Iya aku juga anggota jadi apa salahnya aku membantu Ra," balasku sambil tersenyum.

Aku dan Sakira tenggelam dalam tugas masing-masing.

***

"Aku pulang.." Ucapku sambil mengarah ke dapur yang kini Bunda sedang berada di sana.

"Pulang itu ucapin salam dong."

"Eh iya Maaf Bunda. Assalamu'alaikum," Kataku sambil menyalami tangan Bunda.

"Waalaikumsalam.. sudah makan siang belum?"

"Sudah Bunda. Tadi sama temen makan mie ayam di kantin, jadi sekarang masih kenyang," Ucapku sambil duduk di meja makan.

"Yasudah mandi sana biar lebih seger.."

"Siap Bunda. Aku pergi ke atas dulu ya Bun," Ucapku sambil melangkah menaiki tangga.

"Iya sayang," jawab Bunda yang masih aku dengar.

Aku ingin menutup tirai jendela tapi terhenti ketika mata ini menatap seseorang yang membuat hatiku tidak karuan.

Guntur dengan motor yang sudah diparkirkan di halaman rumahnya dan di sambut oleh adiknya yang lucu-Ray membuat bibir ini membentuk huruf U.

Huftt kapan aku bisa menghilangkan perasaan ini kepadamu.

___________________________


PMR (Palang Merah Remaja)















Kamu adalah sahabat kecil aku.

Tapi apa tidak boleh aku mempunyai rasa itu?

Kamu itu menyebalkan ya!

Selalu bercerita tentangnya. Padahal.. aku ingin menjadi peran utamanya.

_Arin. Iya.. sahabat.

🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arina NabastalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang