Pengang

10 4 5
                                    

Sudah pukul tiga sore, pertandingan berhenti sejenak mengambil jeda agar para peserta dan suporternya dapat mengisi daya masing-masing.

Biasanya semua perlombaan akan selesai pada pukul lima sore, tergantung berapa lama perlombaan berlangsung. Sepertinya, kegiatan ini juga menguntungkan para penjual makanan.

Terutama warung-warung di kantin sekolah, ramai di serbu oleh para murid dari pelosok daerah. Penjual di kantin ini pun berbeda dengan penjual jajanan pada umumnya.

Makanan yang mereka sediakan bagai menu restoran, tertata rapi, dikemas apik dan tentu saja terlihat estetik ketika di jadikan object foto.

Snack-snack di bungkus menggunakan kertas, sebagai bentuk pengurangan sampah plastik. Diberi label masing-masing penjual.

Sekolah ini mendadak ramai di setiap sudutnya, taman-taman yang berada di pojokan pun ramai dengan canda tawa, gosip terbaru hingga beradu opini.

Satu dua koridor dijaga oleh OSIS, berjas merah maroon. Baju rapi berdasi dengan ID card di leher, menampilkan identitas serta jabatan.

Bergegas menghampiri Rama, tergopoh-gopoh membopong tubuh Zezey. Menanyakan beberapa pertanyaan umum, Rama hanya menanggapi sewajarnya.

"Kejatuhan buku!!" Seru Rama. Membuat kedua OSIS tadi berpandangan tidak percaya.

Setelah itu dengan tingkah sibuk dua orang OSIS tadi segera memanggil para PMR. Tugas Rama membopong Zezey digantikan oleh tandu, walaupun begitu Rama tetap mengikutinya dari belakang.

UKS disini lumayan besar, tempatnya bersih. Dua pintu besar bergaya abad penjajahan terbuka lebar, dua anak PMR memindahkan tubuh Zezey ke ranjang UKS.

"Biar saya yang jaga barangnya, dia temen saya," Pinta Rama pada kedua PMR yang memang lebih tua darinya.

"Oke, Sha lu bersihin mimisannya gue mau nyusul tim depan ada anak basket cidera!!" Perintah lelaki berambut keriting.

Sementara itu, Rama hanya diam dan merapikan barang-barang Zezey. Rama memejamkan mata ketika perempuan yang dipanggil Sha tadi melepas ikat pinggang Zezey.

"Ehh eh Kak!!!"

"Eh kenapa?"

Rama terdiam, sebenarnya Rama mengerti itu adalah salah satu bagian dari pertolongan pertama. Membuat keadaan pasien senyaman mungkin, melonggarkan ikat pinggang, mengoleskan minyak di sekitar leher Zezey.

Mengetahui gelagat Rama, kaka itu hanya tertawa. Tetap meneruskan pekerjaannya.

***

"Ughh..."

Pekik Zezey, mengerjapkan matanya. Mencoba melihat-lihat sekitar. Ada banyak kelambu berwarna biru muda, bau minyak kayu putih menyengat di hidungnya.

Suara bising di bilik sebelah yang memekakan telinganya, karena kepalanya masih berat Zezey memutuskan untuk tidak peduli.

"Arghhh!! Sakit Anj- aarghhh!!"

"Tahan bentar!! Cemen amat jadi laki!!"

"Dikooooo... Diko lu kenapa astaga!!" Teriak seorang perempuan.

"Nah udah, tinggal bawa ke RS aja, bentar lagi mobil ambulans dateng,"

Zezey buru-buru memejamkan matanya ketika mendengar langkah kaki mendekati biliknya, menyibak pelan tirai penutup.

"Belom sadar dia?"

"Belom, cih kesian banget cantik sebenarnya tapi lemah haha, udah yuk balik ke pos,"

"Dek, mending kamu keluar deh, ada banyak pasien si sini,"

"Heh apaan sih!! Aku mau nemenin pacar aku tau!!"

Seketika suasana menjadi canggung, "Kak bisa tolong bawa dia pergi kuping gua sakit denger dia teriak-teriak!" Cetus Pemuda bernama Diko tadi.

"Dikoooo....!!!"

"Oh satu lagi, lo jangan ngaku jadi pacar gue deh Vey, kita tuh udah gada hubungan lagi, ngerti!!"

Kericuhan di sebelah membuat Zezey tidak tahan, ingin segera pergi dari tempat ini. Berniat kabur setelah kedua PMR itu keluar.

"Udah deh, kamu pilih keluar atau kita laporin ke guru pendamping kamu biar dihukum! Mau?!" sentak anak bernama Shasha. Rekan PMR yang ada di dalam UKS juga ikut memarahi Vey.

"Apaan sih kalian gajelas!! Awas ya Diko lu bakal nyesel!!" teriak Vey sebelum dia pergi dari UKS sambil menghentakkan kakinya.

"Yaudah kita mau ngecek di lapangan dulu, ntar bakal ada yang kesini lagi cek keadaan kamu," Ujar kakak PMR laki-laki.

'Udah aman? Oke saatnya pergi' batin Zezey.

"Eh?" Melihat sebuah selembar note berwarna kuning tertempel di atas topinya. Berisi kalimat permintaan maaf. Seolah itu memang kewajiban setelah melakukan kesalahan, Zezey meremas kertas kuning kecil itu, hendak membuangnya.

"Simpen dulu aja deh," Gumam Zezey memasukan kertas kumal itu kedalam tasnya. Memakai kembali seluruh perlengkapan seragamnya. Ingatan Zezey tertuju pada sepatu miliknya, tidak ada.

Melihat ke bawah ranjangnya, tidak ada. Srakk!!!

"Ajr lu ngapain!!" Suara berat dan mengintimidasi membuat Zezey terpaku.

"Cari sepatu," Sahut Zezey sambil memutar bola matanya. Benar saja sepatunya berada di bawah rak lelaki itu. Mengambilnya secepat mungkin.

Zezey melihat sekilas lelaki tadi, lelaki bernama Diko. Kaki kanannya bengkak membiru bertumpu pada bantal dari UKS. Setelah mengambil sepatunya dengan sigap dan tanpa pikir panjang, Zezey berlari keluar dari UKS untuk menghindar dari si Diko tadi, sambil tertatih-tatih memakai sepatu.

"Eh Zezey?? Benar Zezey kan?"

'Suara ini,' batin Zezey, perlahan dia membalikkan badan.

"Lama ga ketemu, Zee," sapa laki-laki itu sambil tersenyum ramah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DREAMER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang