Ketiban Buku

14 8 13
                                    

Alunan musik dari earphones sedikit melegakan hati Zezey. Ternyata sekolah ini lebih luas dari perkiraan Zezey, bagaimana tidak, lapangan tempat upacara sebesar dua lapangan dua voli. Ditambah lapangan tengah yang luasnya hampir sama dengan lapangan depan.

Lomba Literasi yang Zezey ikuti akan di laksanakan besok pagi, tapi dia ingin mensurvei tempat akan bersaing nanti. Sebenarnya ada seseorang yang ingin Zezey cari, seseorang yang membuat hati Zezey hangat.

Ditambah lapangan hijau yang di keliling tempat parkir. Digunakan sebagai lomba futsal, banyak supporter dan penggemar menggemakan nama tim yang mereka banggakan.

Zezey memilih untuk melewati taman halaman tengah. Menikmati sejenak angin dan rimbunan dahan, Zezey duduk di sebuah bangku kayu, lembayung dahan menghalangi terik mentari. Zezey melepas topi hitamnya.

Poni datar miliknya basah karena keringat, menaruh topi itu sembarangan. Kemudian memotret dahan di atasnya. Tak berapa lama, sekelompok anak datang dengan suara lantang.

Mereka mengikuti seorang anak laki-laki berkulit hitam, badannya agak gemuk. Gayanya memang sedikit mencolok dengan kalung emas miliknya.

"Geno... Kamu tau kan kalau hape keluaran terbaru susah didapatkan, tapi ayahmu pasti bisa mendapatkannya iya kan?"

"Hahaha tentu saja, apa yang tidak bisa di beli oleh Ayah Geno? Tidak ada benarkan?"

"Kalian terlalu berlebihan teman haha, tenang saja suzan apapun akan kubelikan untuk sahabat-sahabatku,"

Zezey yang melihat tingkah mereka hanya bisa diam, memandangi satu persatu.

"Cih, teman katanya harusnya di sebut parasit saja," Gumam Zezey. Sembari melihat hasil jepretannya.

Entah karena Zezey bergumam terlalu jelas, atau memang salah satu dari mereka mengawasi Zezey, salah satu gadis yang bersama mereka menyindir pedas penampilan Zezey secara tidak langsung.

'Ga sih gamungkin gue,' batin Zezey berusaha agar tidak mudah terprovokasi. Suasana yang tenang mendadak keruh dengan kehadiran mereka.

"Hei anak Chiness mau kabur?"

Zezey menghentikan langkahnya, berbalik menatap tajam. Satu dua dari mereka menghindari tatapan Zezey.

"Yahh aku tau dari tampilanmu saja kau tidak selevel denganku, jadi jangan bersikap sombong mengerti?" Cetus anak yang diketahui bernama Geno. Memandang rendah Zezey.

"Huh lihat saja dia, sendirian tidak punya teman," Sindir gadis bernama Suzan tadi.

"Biarkan saja itu semua karena sifat sombongnya," Timpal lelaki di sampingnya, memakai kaos sedikit berantakan.

Tanpa berkomentar panjang Zezey mengambil topinya lalu pergi, "Apa gunanya teman jika hanya menjadi benalu?" Celetuk Zezey berhenti sebentar untuk memakai topi.

Samar-samar teriakan tidak terima, umpatan, dan kata-kata kasar terdengar di telinga Zezey. Tersenyum sinis.

"Mungkin sebaiknya aku mencari tempat sepi," Gumamnya, Satu-satunya tujuan saat ini hanyalah satu. Perpustakaan.

Tak perlu khawatir tersesat, banyak tanda dan papan arahan di beberapa titik, memudahkan para murid-murid pendatang yang belum terbiasa dengan sekolah ini.

'Akhirnya!!' Seru Zezey dalam hati. Berlari kedalam.

Bugh.

Merasa ada benda besar yang menjatuhi kepalanya, mata Zezey sedikit buram, benar saja. Kacamata Zezey terlepas.

"E- eh maaf-maaf kau terluka?" Ujar seseorang, reflek Zezey menyipitkan matanya dan menoleh ke arah suara.

"Ini kacamatamu," Imbuhnya.

Sedikit kesal Zezey mengambil kacamata itu dengan kasar, memakainya kembali. Lalu berusaha berdiri dan merapikan pakaian. Sedangkan lelaki itu masih sibuk memungut buku.

Mata Zezey mendelik ketika mengetahui ada sebuah buku bersampul kulit tebal, tergeletak di sebelah kakinya.

"I- itu... "

"Ah iya, buku itu- jangan khawatir aku akan menyuruh pegawai perpustakaan membawanya," Jawab lelaki tadi.

"Bukan- apa buku-"

"Hidungmu berdarah!! Apa kau benar baik-baik saja?"

Belum sempat Zezey mengatakan maksudnya, pandangan matanya menjadi gelap.

"Rama!! Geblek lu anak orang lu apain?!" Bentak salah seorang murid

"Gue gatau, dia tadi nabrak trus kepalanya kejatuhan buku!" Tukas Rama.

"Dasar lu tu emang pembuat onar, sana bawa dia ke UKS!!"

Rama membopong tubuh mungil Zezey, tentu saja dengan pandangan mata yang tertuju pada mereka berdua. Berbisik untuk isu hangat sebagai bahan pembicaraan.

DREAMER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang