Your lips is my nutrilips part.1

75 6 25
                                    

Dean dan Parm mendapati Intouch yang sedang berdebat dengan Korn di dekat area parkir universitas. Korn sempat mendorong In hingga menabrak sebuah mobil di dekatnya lalu terjatuh cukup keras di pelataran beton. Keduanya bergegas datang untuk membantu In.

"Uncle In, apa kau terluka?" Dean menanyai paman kecilnya itu. Sedang Parm mengecek keadaan In saat ia melihat bajunya yang begitu kotor juga beberapa luka gores.

Intouch menggeleng. "Aku tak apa."

In yang tampak sedih masih menatap Korn yang acuh tak acuh padanya.

"P'Korn.." panggilnya.

"Ckk sudah kubilang, berhentilah muncul di hadapanku!" ucap Korn datar.

"Kau!" Dean yang emosi melihat paman kecilnya diperlakukan begitu dingin merangsek maju, menarik kerah baju Korn.

"N'Parm, bawa uncle In kembali!" kata Dean yang masih berhadapan dengan Korn.

"Tapi P'Dean..."

"Aku tak akan mengatakannya dua kali. Aku hanya akan menyelesaikan urusan dengan orang ini, lalu kembali." Dean dengan suaranya yang tegas seolah tak bisa ditawar lagi.

"Ya phi." Parm segera menyeret temannya yang sekaligus paman dari kekasihnya itu ke mobil In, dan mengemudikannya menuju apartemen milik In.

Parm meski khawatir pada Dean, ia harus percaya padanya. Ia tahu Dean hanya ingin menghindarkannya dari adegan kekerasan yang mungkin terjadi.

Sementara itu Dean yang masih memegang kerah kemeja milik Korn menatap tajam padanya, di mana Korn sendiri masih begitu tenang, ia tak tampak terancam sedikitpun.

"Apa kau punya masalah huh? Aku tahu kau seniorku, tapi aku tak akan membiarkanmu menindas yang lemah, apalagi dia pamanku."

"Lalu, jauhkan dia dariku, aku begitu muak melihatnya terus berkeliaran di sekitarku." balas Korn acuh. Dean mencengkeram kerah Korn semakin erat, dan wajah keduanya cukup dekat.

"Aku sudah mengatakannya dengan baik, tapi anak itu masih tak mengerti dengan bahasa manusia...." ucapnya dengan masih begitu tenang. Wajah keduanya yang begitu dekat masih saling menatap.

"Kau!" Dean yang geram ingin sekali memukul wajah senior itu, tapi tiba-tiba tangannya yang sudah terangkat terhenti begitu saja. Fokus mata abu-abu itu berubah, ia melihat bibir merah tipis Korn yang tampak basah dan lembab itu bergerak-gerak saat berbicara. Itu terlihat manis dan menggoda siapapun untuk mencobanya.

Entah apa yang Dean pikirkan, ia ingin untuk memberi pelajaran lain pada Korn. Ia lalu mendaratkan bibirnya pada milik Korn yang kebetulan saat itu tengah terbuka, Dan langsung mengulumnya.

(oey Jenna, apa yang ada di otak loe?! Dari kemaren bikin cerita Dean kok ya demen maen sosor aja😫)

Rasa lembut dan manis yang ia rasakan terasa berbeda dengan milik Parm yang biasa memakai lipbalm dengan perisa. Rasa manis ini begitu alami dan sungguh membuat Dean enggan melepaskannya.

Dean memejamkan matanya, menikmati bibir Korn yang begitu pas dalam kulumannya. Meskipun Korn tak memberikan reaksi dan balasan, rasa dari bibir itu begitu membuai dan memabukkan bagi Dean.

Korn yang terkejut tak sempat mengelak, ia membelalakkan matanya dan tubuhnya seolah membeku dengan serangan Dean yang mendadak. Meski ia tak memberi reaksi, namun entah mengapa organ yang Dean serang itu tampak mengikuti ritmenya. Bibir, lidah dan rongga mulutnya seolah menerima begitu saja saat milik Dean menginvasi.

Korn yang kehabisan nafas berjuang untuk melepaskan diri, ia mendorong dada Dean dengan sisa kekuatannya.

Dean yang baru tersadar dari tindakannya, buru-buru melepaskan Korn. Korn yang baru saja terbebas segera mengirimkan pukulan ke rahang Dean.

Remahan CrackersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang