PART 11

3.6K 568 26
                                    

PART 11

Action Always Prove Why Words Mean Nothing



Yasmin tidak tahu jika rasanya akan secanggung ini.

Berada di atas kursi panjang balkon yang biasanya dipakai untuk berjemur, dalam keadaan nyaris telanjang bersama Jati yang kini tengah berada di atas tubuhnya, mengusap permukaan paha bagian dalam Yasmin sambil menciuminya lembut.

Bukan Yasmin tidak menginginkan interaksi intim ini, hanya saja...

Dia khawatir akan bersikap memalukan di momen romantis seperti ini.

Tapi bukankah seharusnya tidak ada rasa malu? Karena seharusnya orang-orang memang telah menanggalkan rasa malu saat mereka memutuskan untuk bercinta.

Saat itu, Jati masih mengenakan celana piama. Tubuh bagian atasnya tidak tertutup sama sekali. Yasmin yang membantu melepaskan kaus putihnya tadi. Keadaan balkon yang remang-remang tidak memungkinkan baginya untuk mengeksplorasi tubuh Jati dengan kedua matanya. Yasmin hanya sempat meraba-raba tubuh Jati yang sehari-hari juga sesekali dilihatnya hanya ditutupi handuk seusai mandi. Tubuh Jati tidak begitu berotot tapi terlihat fit. Punggungnya, bahunya, perut dan dadanya, Yasmin suka semuanya.

Apalagi bibir dan tangannya yang kini bergerak cukup aktif.

Awalnya Yasmin cukup skeptis jika Jati akan bersikap dingin dan kaku di saat seperti ini. Tetapi, ternyata Jati cukup pandai menempatkan diri. Jati tidak pernah melakukan gerakan yang membuatnya merasa tidak nyaman. Gerakannya lembut dan penuh kehati-hatian. Jati sesekali bertanya kepada Yasmin setiapkali tangannya membelai bagian sensitifnya, apakah Yasmin menyukainya atau caranya sudah benar dan Yasmin suka. Yasmin hanya menjawab dengan gumam karena Yasmin terlalu sibuk menenangkan hasratnya yang seolah ingin berteriak kepada Jati untuk move dan segera memuaskan dirinya.

Bukan bermain-main seperti ini.

Ya, foreplay penting banget sih untuk membangun mood, jadi semestinya dia tidak boleh protes.

"Sibuk banget sampai banyakan diam?" tanya Yasmin kepada Jati yang sejak tadi lebih banyak diam. Mulutnya tidak benar-benar diam sih sebenarnya.

"I lost my mind."

"How? Seorang Jati Prapta Atmaja?" Yasmin tertawa geli. Teringat bagaimana Jati yang sejak dulu terkenal sebagai siswa genius dan berlanjut dengan titel-titel cum laude dan magna cum laude bisa kehilangan pikirannya?

"Sesekali otak perlu istirahat juga kan?" Jati mengangkat pinggul Yasmin dengan hati-hati untuk melepaskan pakaian dalam yang sejak tadi hanya sedikit diturunkan dari pinggulnya. Entah ke mana Jati melemparkannya. Agent Provocateur, padahal. "Contohnya di saat seperti ini."

"Benar-benar hilang semua...pikirannya?"

"Nggak semuanya. Disisain dikit buat mikir gimana caranya bikin saya sama kamu nyaman satu sama lain saat nggak ada sekat seperti sekarang. Memikirkan gimana mengontrol diri saya dari kemungkinan melukai kamu. But so far, everything's fine, right?"

"Yes. You do it gently. I've been spoiled by you."

"I only try to do my best, Yasmin." Jati berhenti sejenak untuk menatapnya.

Yasmin tersenyum dan mengangkat satu telapak tangannya untuk meraih dan menangkup pipi kiri Jati.

"Kamu tau nggak sebahagia apa perasaan aku sekarang?"

"Seperti apa?"

"Seperti semua yang aku inginkan di dunia ini telah tercapai. Aku selalu mikir gimana jadinya hubungan kita, dan kamu ngasih aku jawaban dengan tindakan kamu yang romantis. You are my world, Kak. I'm so happy right now."

Overrated HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang