PART 18

3.8K 440 24
                                    

PART 18

_Jati_

Yasmin tidak terdengar memaksa saat menyodorkan ajakan liburan. Cukup memasang sikap lembut dan manja, dia mampu meluluhkan hati orang lain. Hal itulah yang dialami Jati saat ini.

Yasmin selalu bersikap seperti itu setiap menginginkan sesuatu.

Seperti sebuah senjata rahasia.

Like mantra.

What she wants, she will get it.

"Oke kalo gitu. Hari Senin berangkat, pulangnya hari Rabu," jawab Jati tanpa berpikir terlalu lama. Dia tidak bisa menolak rajukan Yasmin.

"Hah? Serius?"

Hanya butuh anggukan pelan dari Jati untuk mengiyakan.

"Yeay!" Yasmin langsung memeluk Jati kuat-kuat, mencium pipinya dan kembali memeluk lebih erat. "Thank you, Kak."

Jati mengabulkan keinginan Yasmin sebagai bentuk hadiah atas kesabaran Yasmin menjalani pengobatan. Selain itu, Jati berharap liburan itu bisa menjadi suntikan semangat bagi Yasmin untuk menghadapi proses terapi selanjutnya hingga kondisinya menjadi lebih baik.

"Kalau begitu, sebaiknya kita cepet-cepet aja booking paket tur wisata." Yasmin sudah kembali setelah sempat beranjak dari duduk. Jemarinya mulai bergerak lincah di permukaan screen ponsel.

"Ngapain harus booking paket tur? Yang kita butuhin hanya tempat menginap. Soal rute ke lokasi wisata, nggak akan terlalu rumit kan?"

Yasmin mendengarkan Jati tanpa menyela. Meski begitu, Yasmin tetap melihat ke screen ponselnya, entah apa yang dicari.

"Aku nanyain dulu soal vila papa. Biasanya kalau ke Puncak, kami nginap di situ. Tapi akhir-akhir ini, karena udah pada jarang ke Puncak, vila-nya udah jarang ditengok. Nggak sampe jadi vila berhantu sih, cuma gimana ya, kalo rumah udah jarang dihuni. Udah berasa aneh aja."

"Kalau soal itu, biar saya saja yang ngurus, ya?" Jati mengambil ponsel kemudian menelepon penjaga vila, menanyakan keadaan vila milik keluarganya yang juga berada di kawasan Puncak. Vila tersebut terdiri dari dua bangunan. Satu bangunan disewakan, sedangkan satunya lagi ditempati asisten yang biasanya bertugas membersihkan dan merawat vila.

"Oke kalau gitu."

Tidak berselang lama, penjaga vila menelepon, mengabari jika vila dalam keadaan aman, terawat dan selalu siap ditempati menginap. Jati berpesan kepada asisten menyiapkan segala keperluan rumah selama beberapa hari.

"Vila sudah siap. Nanti ada pekerja vila yang bisa jadi guide."

"Trus, yang nganterin ke Puncak siapa?"

"Me."

"Really? Waah."

"Apa kemampuan nyetir saya meragukan?"

Yasmin tertawa. "Nggak. Bukan gitu. Aku pikir Kak Jati mau jalan nyantai aja gitu disupirin. Biar nggak capek kan?"

"Tujuannya biar nggak ngerepotin. Biasanya kalau bepergian ke daerah yang rutenya masih terjangkau, saya lebih suka bawa kendaraan sendiri."

"Udah kebiasaan dong, berarti?"

"Waktu kuliah dulu, saya senang road trip bareng teman-teman kuliah. Hiking, menjelajah tempat-tempat baru. Semacam itu."

"Aaah jadi pengen deh ikutan road trip. Sejak dulu, cuma bisa dengar cerita dari teman-teman aja, yang sampai road trip keliling US dan Kanada. Aku tertarik sih, tapi taulah mama sama papa, over protective banget. Hiking aja hanya dibolehin yang deket-deket. Itupun harus bareng beberapa teman yang mereka udah kenal. Pas summer atau spring paling jalan-jalannya banyakan ke pantai atau belanja. So boring."

Overrated HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang