"Jangan tinggalkan aku dengan cara seperti ini!"
Setelah memaki seperti itu, tenggorokan Diana terasa tercekik lagi. Bibirnya mengatup rapat tanpa bisa gumamkan suara apa pun setelahnya. Jantungnya berdebar hebat, tetapi tubuhnya terasa bertambah lemas saja. Air matanya terus keluar deras layaknya hujan, menetesi wajah Chanyeon yang sudah tidak sadarkan diri dalam pangkuannya.
"Oppa ...." Diana merintih sembari terus menyumpal kepala Chanyeon yang terluka parah hingga mengalami pendarahan hebat.
Sumpalan dengan kardigan abu-abu terasa penuh oleh darah segar Chanyeon yang tak henti merembas, hingga berhasil merangsek keluar mengaliri kedua tangan Diana, terjatuh dan merembas ke nightgown putih panjang Diana.
"Sadarlah kumohon," rintih Diana lagi, tetapi Chanyeon tetap tidak sadar, dan deru napasnya masih stagnan lemah sekali.
"TOLONG! TOLONG!" teriak Diana kemudian, memeceh sunyinya malam dengan pilu.
Nihil. Tidak ada orang lain selain mereka berdua di terowongan ini. Pun sial, tidak ada kendaraan satu pun yang melintas dari tadi. Hanya ada kendaraan mobil SUV hitam Chanyeon yang telah merangsek ke sisi terowongan hingga rusak dan mobil SUV merah dirinya sendiri yang menganggur tanpa daya.
Diana semakin kalut. Akhirnya kemudian ia masih bisa berpikir waras dengan mengambil ponselnya yang tergeletak di samping simpuhannya, tergeletak di jalan aspal. Meraih cepat, menelepon seseorang untuk mencari bantuan dengan tangan gemetaran.
Kurang dari 5 menit, sambungan telepon Diana sudah terputus. Beres sudah mencari bantuan. Namun, masalahnya mampukah Chanyeon bertahan dengan keaadaan sedarurat sekarang?
Tangisan tanpa suara Diana bertambah hebat. Sebelah tangannya ia urai untuk dipukulkan ke kepalanya, hingga rambut hitam panjang tergerainya ternodai darah segar Chanyeon yang menempel di tangannya ini.
"Seharusnya kau tak pernah percaya omonganku! Seharusnya kau tak pernah nekat ke sini!" ujar Diana dengan terus memukuli kepalanya.
"Seharusnya aku juga tak pernah mengatakan hal aneh itu kepadamu! Mianhae, jeongmal mianhae ...." Nada bicara Diana merendah, pukulannya melemah, beralih meremas bahu Chanyeon yang terbalut jaket denim.
"Kumohon, bertahanlah, Oppa. Jangan tinggalkan aku dengan cara seperti ini. Karena akan membuatku merasa bersalah seumur hidup jika sampai itu terjadi," pinta Diana dengan pilu, menatap wajah Chanyeon yang terbaret luka di jidatnya dengan harap-harap cemas.
"Mianhae, jeongmal mianhae .... Kumohon bertahanlah ...." Diana sungguh putus asa.
"Aku memang masih memiliki perasaan yang sama denganmu, aku berjanji akan memberikanmu satu kesempatan jika kau berhasil bertahan melewati semua ini. Jadi, kumohon bertahanlah ...," janjinya kemudian.
________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Back
Fanfiction"Ѕеquеᥣ о𝖿 𝖦о Awɑу" Ada problematika antara Ji Chanyeon dan Diana Hadid yang harus diselesaikan di laman ini. Namun, malapetaka besar mendadak menghujam Chanyeon. Sebuah kecelakaan lalu lintas di terowongan keramat di Lembang-Bandung, berhasil me...