PUTUS

16 1 0
                                    

"Kita putus!" ucap seorang pemuda tampan dihadapan gadis cantik.

Dia Arash. Arash Gharasatya, pemuda dengan tubuh jangkung juga kulit putih, wajahnya terlihat tampan, apalagi dengan gaya rambut juga pakaiannya yang sangat milenial.

"HAH?!"

Gadis ber-nametag Fiya itu terkejut. Tentu! Pasalnya, mereka sudah menjalin hubungan selama satu tahun.

"Putus!" ulang Arash.

Dari tutur katanya, sudah ditebak jika Arash memang sudah tak memiliki rasa pada Fiya. Apa alasannya?

"Kenapa?" tanya Fiya, berusaha santai.

"Karna ... gatau deh, intinya gue mau putus!"

Fiya menggeleng, ia hendak meraih tangan Arash namun ditepis kasar oleh Arash.

"Gamau! gue masih cinta sama lo, Rash! gue gamau kehilangan lo!" sentak Fiya tak terima.

"Tapi gue mau kehilangan lo," balas Arash, santai. Ia memasukkan kedua tangannya dalam saku hoodie nya.

Beberapa pasang mata memperhatikan mereka yang saat itu berada di pinggir jalan raya.

Disaat Arash hendak meninggalkan Fiya, saat itu juga gadis tersebut menghalangi langkahnya dengan kedua tangan yang ia regangkan.

"Minggir!" ucap Arash.

"Ngga! jelasin dulu, salah gue dimana? atau jangan-jangan lo punya cewe baru dibelakang gue? iya?!"

Arash menghela nafas, lalu mengalihkan pandangannya. Tepat pada saat itu, kedua matanya menangkap sosok perempuan tengah berjalan menyebrangi jalanan.

"Gue suka sama dia," ucap Arash, menunjuk sosok gadis itu menggunakan dagunya.

Fiya pun langsung mengikuti arah pandangan Arash. Alisnya bertaut ketika tau perempuan cantik yang dimaksud Arash.

"Karna gue gamau nyakitin lo, makanya gue minta putus, yakan?" jelas Arash, membuat Fiya kembali menatapnya.

"Tapi gue udah sakit hati anjir!" ingin rasanya Fiya memukul pemuda didepannya ini.

"Daripada gue selingkuhin lo? mau lo?" tawar Arash, menaikan sebelah alisnya.

Air mata Fiya mulai berderai, sesak rasanya mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut manis Arash.

"Gausah nangis juga, Fi elah! malu-maluin gue aja lo!" Arash maju lebih dekat dengan Fiya, lalu mengusap air mata gadis itu.

Bukan ia masih sayang, hanya saja ia tak mau dicap lelaki brengsek yang tega membuat seorang gadis menangis ditempat umum.

"Gue rela, Rash! gapapa lo selingkuhin gue asal jangan putusin gue, gue mohon!" Fiya mendongak, menatap wajah tampan Arash seraya memegangi kedua tangan pemuda itu yang tengah mengusap air matanya.

Sudah jelas, bahwa Fiya memang benar-benar mencintai Arash.
Tapi, ia terlalu bodoh jika ia rela di duakan oleh pacarnya sendiri.

"Tapi gue ogah, byee!"

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Arash kembali menarik tangannya dan memasukkannya kedalam saku hoodie, setelah itu baru ia mengejar gadis yang sudah menjadi incarannya.

--ArashGharasatya--

Gamau basa-basi, langsung lanjut baca part dua, ok!

Arash GharasatyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang