Happy Reading
Enjoy
Si gadis cantik berkuncir kuda yang berpenampilan bak preman sekolah, dengan seragam SMA-nya, yaitu seragam putih abu-abu yang terlihat acak-acakan, bagian lengan yang ditekuk dan seragam yang dikeluarkan. Untuk menambah kesan tomboi, gadis itu menggunakan beberapa aksesoris serba hitam dipergelangan tangan. Lengkap sudah penampilan gadis preman sekolah itu.
Kinar melewati koridor kelas XI, dengan tas yang menyangkut dilengan kirinya dan tak lupa tangan kanan yang dimasukkan didalam saku rok. Banyak tatapan mata dari adek kelasnya. Ada tatapan tak suka, tatapan kagum, dan tatapan takut. Itupun terlihat dari wajah juniornya.
Tak sedikit pula yang mengatakan rasa tidak suka dan rasa kagumnya secara langsung, kepada kakak kelasnya itu.
"Njirr, tuh kakel penampilan kek preman. Mau jadi apa tuh besoknya,"
"Denger-denger dia kemarin berantem ama kelas sebelah."
"Iya bener, tuh kakel kemarin berantem sama si Ardi kelas sebelah. Sampai itu anak masuk RS. Dasar gak punya otak."
"Masyaallah Kak Kinar udah cantik, jago beladiri, jadi pengen masuk geng-nya Kak Kinar, yang isinya pentolan SMA sini."
"Jangan deh berurusan sama dia, bisa-bisa kita semua bisa mati ditangannya. Amit-amit!"
Itulah beberapa ucapan rasa kagum dan rasa tak suka pada dirinya. Ia sudah tak heran murid SMA Nusa bangsa, yang terkenal akan ucapannya yang pedes-pedes kek makan cabe kiloan. Itu seperti sudah menjadi makanan sehari-harinya, kalau tak ada pedes itu, rasanya kurang afdol. Bagai sayur tanpa garam.
Ia melewati gerombolan cewek alay begitu saja, ia juga tak berniat membalas ocehan kaleng rombeng itu. Mungkin kalau membalas ocehan itu, tak cukup sehari mungkin bisa berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Emang si, ocehan mereka kadang bikin badmood, tapi udahlah. Ia lebih memilih melangkahkan kakinya ke arah rooftop yang berada di atas sana.
Ternyata sedari tadi Kinar sudah ditunggu oleh segerombolan para cowok. Ia melangkah santai ke arah mereka.
"Lama amat lo jalannya, kek sinden panggung aja." ucapan salah satu teman Kinar, yaitu Beni langsung membuat semua cowok disitu ketawa.
"Anjirr lo, Ben. Entar singanya bangun baru tahu rasa lo." timpal Izal membuat Kinar kesal, kinar mendekat ke arah Izal dan Beni, menjitak kepala temannya itu.
Jitakan Kinar cukup keras mampu membuat mereka meringis sakit. "Ya ampun, tega amat lo ama kita. Bisa-bisa kepala kita tinggal tempurung doang kalau lo jitak terus," ucap Beni seraya mengelus kepalanya.
Semua tertawa terbahak-bahak terkecuali Izal dan Beni yang masih kesakitan sambil mengusap-usap ubun-ubun kepala mereka.
"Udah Ben, Zal, tuh mulut bisa diem gak." Jeda Radit, memeringati mereka. "Kenapa lo Ra, tumben pagi-pagi udah ditekuk tuh muka?" Sambil menepuk kursi sofa disampingnya, Kinar pun yang mengerti langsung duduk disamping Radit.
Entah sudah ada dari kapan kursi sofa itu, di rooftop ini. Rooftop sma ini seperti sudah menjadi tempat paling asik ketika mereka jenuh dengan rutinitas pelajaran sekolah.
Radit merangkul pundak Kinar, "kenapa tuh muka lo tekuk? Lagi badmood lo, coba cerita." Mengulang pertanyaan yang sama dengan nada lembut.
"Dih siapa lagi badmood, orang gw lagi good mood," sambil senyum sumringah, teman-temannya pun merasa merinding.
Perasaan tadi si Kinar kek gak semangat, dan tiba-tiba saja Kinar berubah menjadi senyum sumringah seketika. Radit memegang kening Kinnar, memastikan bahwa dia tidak kesurupan.
Namun, Kinar langsung menyingkirkan tangan Radit di keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINARA
أدب المراهقينBagaimana jadinya kalau kita harus dipaksa untuk menikah? Bukan hal sepele bukan, itu menyangkut masa depan kita nanti. Apalagi menikah tanpa dasar rasa cinta, tentu bukan impian semua orang. Namun, itulah yang dirasakan oleh Ailana Kinara si gadis...