"Neji, bisa jawab dengan jujur?"
Suara ayahnya yang dingin membuat Neji sedikit khawatir akan ada sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya. Entah apa itu, tapi, yang pasti ini akan lama dan menyebalkan.
"Apa maksudmu, Otou-san?"
"Kau telah melanggar janji seorang Hyuga."
"Otou-san sudah tahu? Bagaimana bisa?"
"Itu tidak penting! Kau harus dihukum untuk ini Neji. Aku tidak pernah mengharapkan ini darimu. Aku dan pamanmu ingin membebaskan kita, agar kita menjadi normal."
Mungkin Neji tidak bisa melihat wajah ayahnya karena mereka berbicara lewat panggilan suara, tetapi tersirat kekecewaan dari suara pria paruh baya itu. Neji tidak suka mengecewakan ayah dan ibunya. Tapi ...
... ia sudah terlalu banyak melihat dan menyadari kekecewaan 'mereka' yang meminta bantuan padanya.
Terlebih jika Neji melihat sebuah kasus tabrak lari. Ia kasihan melihat arwah yang bingung itu. Dan arwah itu akan menyadari Neji bisa melihatnya, cepat ataupun lambat. Kemudian, saat arwah itu meminta bantuan padanya untuk menyampaikan pesan kepada keluarga atau membongkar pembunuh arwah itu, Neji mengabaikannya.
Itu sudah lebih dari kata kecewa.
"Sampai kapan?" tanya Neji. "Sampai kapan kau dan Oji-san akan seperti ini? Kalian tidak membebaskanku, tetapi memberikan tekanan. Dan aku juga tidak mengharapkan ini dari kalian. Bahkan, Okaa-san pasti juga berpikir demikian."
Neji langsung mematikan panggilan sepihak. Dengan cepat pula menonaktifkan ponselnya. Ia beranjak dari meja belajarnya dan mengambil jaket. Kemudian, keluar dari kamarnya.
Ia sadar, sekarang sudah kurang lebih pukul 22.36. Dan lagi, Masayu Tayuya sedari tadi belum kembali. Ia jadi mengira, Hinata menyadari arwah itu.
Namun, setahu Neji, sejak Hinata menginjak usia remaja, kepekaannya terhadap hal-hal semacam itu memudar. Ia bisa melihat, tapi ia tidak bisa merasakan keberadaan mereka.
Sepanjang kolidor, ia terus mendengar rintihan meminta tolong. Ia juga bingung, bagaimana arwah bisa tahu seseorang itu bisa melihatnya atau tidak.
Dan akhirnya ia bertemu dengan manusia asli. Bukan arwah.
"Kau melaporkanku?" tanya Neji pada orang itu.
"Maafkan aku, Nii-san."
"Katakan padaku, Hinata. Ada apa sebenarnya?"
"Aku tidak bisa."
Keduanya diam, hingga suara satpam menginterupsi mereka untuk kembali. Sekalipun mereka bersaudara, perempuan dan laki-laki di gedung ini tidak boleh bertemu di malam hari berduaan saja.
Hingga, dua orang pria berbadan tegap meminta baik-baik pada Neji untuk mengikuti mereka kembali ke Tokyo. Neji menurut karena ia tahu sebentar lagi hukuman akan menghampiri dirinya.
"Sekali lagi, maafkan aku, Nii-san."
"Jika itu maumu, terserah. Aku akan menyelidikinya sendiri, Hinata."
• • •
"WOAH, MAKANAN HARI INI ENAK SEKALI!" teriak Matsuri.
Kini mereka sedang makan siang di kantin. Menu makan siang hari ini begitu enak. Naruto tampak memikirkan sesuatu, Hinata pun demikian. Tenten yang tengah makan sambil mengerjakan tugasnya tidak begitu memperhatikan.
Yang menyadari itu hanya Ino yang tengah menopang dagu sambil menikmati puddingnya dan Kiba yang sedang menunggu Tenten selesai menulis karena Tenten meminjam pulpennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity Or Destiny?
FanfictionTittle: Serendipity or Destiny? Genre: Romance, Comendy, Horror, Drama By: Lia_CherryBlossom Pairing: NejiTen Disclaimer: Masashi Kishimoto Describe: Tenten Senju, putri dari seorang Dan Kato, orang yang berpengaruh di sebuah asrama sekolah bernama...