📡Chapter 5: Search🔭

57 11 3
                                    

"Wah, kita bertemu lagi di sini, Tenten Senju?"

Setelah merasakan kedamaian, Tenten harus kembali melihat seringaian seorang gadis pengecut tukang memukul ini. Meski, Tenten bisa ilmu bela diri, ia tetap bukan tandingan dari Pakura Namikaze.

Tenten buru-buru pergi dari sana sebelum Pakura memulai lagi aksi balas dendamnya. Ya, siapa yang tidak tahu kalau Pakura dan Tenten adalah musuh. Saat sekolah di China, tidak ada yang mau berteman dengan Tenten karena Tenten memiliki masalah dengan Pakura, gadis kasar tukang memukul dan lagi, Pakura adalah wakil ketua geng berandalan.

Tidak ada peraturan yang bisa menghalangi gadis ini.

Ia adalah mimpi buruk Tenten.

• • •

"Huft, benar-benar mimpi yang buruk. Semoga aku tidak pernah bertemu sialan itu," kata Tenten.

Ia kemudian melirik jam waker yang menandakan ini sudah waktunya siap-siap ke sekolah. Tenten dengan wajah malasnya masuk ke kamar mandi dan memulai ritual halu sambil mandinya. 😅

Tenten segera mengenakan seragamnya dan melihat dirinya dari pantulan cermin. Jujur, dirinya merasa sekarang ia bukanlah Tenten yang dulu. Ia lebih percaya diri dan merasa ruang kosong yang biasanya timbul sekarang sudah terisi oleh sahabat-sahabat barunya.

Meski dulu ia menganggap ia tidak membutuhkan teman, nyatanya, ia ingin ada sebuah tempat bercerita dan tempat berbagi. Mungkin ia memiliki keluarga yang sempurna, tetapi ia juga butuh teman. Perlu ditegaskan, ada beberapa perbedaan saat kau berbagi dengan keluargamu dan dengan temanmu.

"Aku merasa ada yang berbeda," ujar Tenten. Ia tersenyum.

"Ahahaha, tentu saja aku adalah Tenten Senju, musuh Pakura dan gadis super. Lihat saja Pakura! Jika aku bertemu dengannya, aku akan membalasnya!" kesal Tenten.

Tahun lalu, ia sempat berhadapan dengan Pakura. Alhasil, tangan kirinya patah. Jika ia bertemu dengan Pakura, rasanya ia ingin membalas Pakura dengan mematahkan kedua kaki sialan yang menginjak tangannya.

Tenten menepuk pelan wajahnya.

"Aneh juga, kenapa sejak pindah ke sini tidak terjadi hal aneh lagi? Dan malam tadi, tiba-tiba saja aku mengalaminya lagi? Sial!" gumamnya sendirian lagi.

"Haish, aku berbicara sendiri lagi! Baiklah, awali har--"

Senyum Tenten luntur saat melihat ke arah jam tangannya. "AKU TELAT!" teriaknya. Ia segera memakai sepatunya dan berlari keluar kamar dengan terburu-buru.

Suara langkah terhentak di sepanjang kolidor terdengar. Pelakunya jelas adalah Tenten Senju. Ia menyalahkan dirinya yang terlalu banyak berpikir tadi.

"Sial! Untung aku sudah belajar untuk ujian," katanya seraya berlari.

Rambut yang tadi ia sisir dengan rapi sudah berantakan dan kemeja yang ia pakai dengan rapi itu sedikit kusut, begitupun jaketnya.

Tenten sampai di gerbang dan menarik napas sebentar. "Ho-Hozuki-san, boleh aku minta minumanmu?" tanya Tenten.

Suigetsu Hozuki, mahasiswa sederhana yang bekerja paruh waktu sebagai penjaga gerbang sekolah shift pagi sampai sore itu hanya mengangguk dan memberikan sebotol minuman yang belum dibuka sama sekali.

"Arigatou, aku akan mentraktirmu nanti jika nilai ulangan harianku di atas 80!" teriak Tenten dari kejauhan.

Suigetsu hanya melongo. "Wah, sugoii, cepat sekali larinya," pujinya.

Serendipity Or Destiny?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang