"Apa iya kalau ketemu hantu, terus hantunya senyum, berarti dia suka sama kita?"
**
New Zealand....
Januari. Musim panas.
Seharusnya Levina tak perlu menggunakan selimut tebal yang tersedia dalam kamar asrama ini. Dia sama sekali tidak merasa kedinginan. Tapi ia berkeringat dingin. Bersembunyi dibalik selimut tebal abu tersebut sambil tak henti-hentinya merafal berbagai dzikir serta istighfar.
Levina bukan gadis alim. Tapi refleks saja mengucapkannya ketika dalam situasi yang menurutnya sangat mengerikan ini. Ah, sial.
APA LELAKI TADI SEORANG PEMBUNUH!?
JADI, DALAM ASRAMA INI ADA SEORANG PEMBUNUH!?
PIHAK ASRAMA BODOH APA BAGAIMANA, HAH!?
HUAAAAA!
Levina menangis tanpa sadar. "Hiks... njirr. Sialan ya tuh cowo. Dia kira keren apa dia begitu, hah!? Iya sih ganteng kek di film-film mafia Barat gitu... tapi- hiks, dia bunuh orang gitu kan apa gak mikir dulu pakai otak!? Hueee... Mamah... Papah! Levina takut- mau pulanggg!" Levina mengoceh sendiri bak orang gila, melampiaskan kekesalan.
Bahkan ingusnya pun berderai menangisi keadaan setressnya.
**
Triiiing! Triiiing!
Suara pecah alarm memasuki indera pendengaran Levina. Ia menguap, mengucek-ngucek mata. Ah, ok... dia masih hidup. Syukurlah. Apa semalam tadi itu mimpi? Bolehkah Levina menganggapnya hanya sebuah mimpi buruk? Oh ayolah, ini hari pertama pembukaan upacara antarpelajar in Garden University. Levina hanya ingin semuanya berjalan menyenangkan.
Tanpa, mengingat, sedikitpun, kejadian gila tersebut.
"Hai!"
"Eh, anjirr!"
Levina hampir terjungkang tatkala sosok gadis bermata sipit muncul dari balik pintu kamar mandi dengan senyuman manis memperlihatkan gigi gingsulnya. Tampak rapi dengan kemeja coklat kalem serta rambut yang tergulung ke atas. Membiarkan beberapa anak rambutnya terjuntai anggun.
Kalau dia hantu, kok senyum? Apa dia suka sama aku? Pikir Levina ngawur.
Gadis itu tertawa kecil melihat reaksi Levina yang seperti melihat hantu.
"K- kamu siapa!? Kok bisa masuk ke sini? Kamu... bukan penghuni gedung asrama ini kan!?"
Levina dengan mata melototnya, hidung memerah akibat menangis semalam, serta kantung mata pandanya yang sepertinya, sejujurnya, Levinalah yang nampak seperti hantu disini.
Gadis itu semakin tertawa mendengar ocehan Levina. Ia pun mendudukkan diri di atas permukaan Levina dan mengulurkan tangan kanannya. "Hai, aku Liu Fung. Perwakilan dari China. Panggil saja Liu. Kamu?"
Levina masih terpaku dengan wajah yang sulit dijelaskan. Apa ia kini sedang berhalusinasi? Atau ia menjadi gila karena berkhayal ada orang China dalam kamarnya di detik ini juga? Padahal kan pintu terkun-
"Oh iya, aku teman sekamarmu. Aku baru tiba ke New Zealand pukul sepuluh tadi malam. Aku masuk pakai kunci cadangan. Emm... kamu juga nampaknya tertidur begitu lelap semalam. Aku tidak enak untuk membangunkan. Hehe." Liu dengan pekanya menjelaskan karena Levina benar-benar seperti melihat hantu saja.
Detik itu juga, tak ayal Levina menghembuskan napas lega dengan senyum haru.
Oh Allah, ia masih normal rupanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape Paradise
RomanceRomance - Fantasy - Religi "Welcome in paradise of New Zealand." "Em, okay." Siapa sangka Levina justru sangat ingin melarikan diri dari 'surga' ini?