Ketiban Sial

25 7 7
                                    

Halo para kaum rebahan yang agung ...

Akhirnya bisa kembali menyapa dengan cerita baru. Saya harap kalian semua bisa menikmati sajian yang saya berikan.

Dan jangan lupa untuk memberikan vote, coment dan share.

Happy reading guys ...


___o0o___



Keringat dingin sebesar biji jagung mengucur di sekitar area wajah polos milik Trisula. Berulang kali Trisula juga mendorong kacamatanya yang sangat tebal melorot dari hidung mungilnya.

Trisula bukannya sombong berjalan dengan kepala mendongak ke atas, melainkan Trisula mendongak guna untuk melihat jalan. Karena tumpukan buku tebal berada di pelukannya hingga menghalangi pandangannya.

"Aduh, mana masih jauh lagi perpustakaannya," keluh Trisula sambil menyeka keringatnya di pelipis.

"Tunggu dulu, deh." Seakan teringat sesuatu, Trisula menghentikan langkahnya, menatap lurus ke depan sambil berpikir.

"Bukannya ke perpustakaan harus lewati kelas Pangeran dulu, ya? Berarti aku harus putar jalur yang lebih jauh lagi, dong, " gumam Trisula yang mendadak cemas sambil menggigiti kuku jari tangannya.

Kening Trisula terlipat hingga menciptakan gelombang akibat terlalu berpikir keras menimbang rencananya untuk putar jalur.

"Enggak apa-apa deh jalannya jadi jauh, lebih baik kaki pada pegal dari pada nanti diterkam sama Pangeran. Mending lebih baik putar balik dan pergi lewat koridor tiga," ucap Trisula pada dirinya sendiri.

Dengan cepat Trisula membalikkan tubuhnya dan memutar arah. Namun siapa sangka jika malaikat Izrail sudah menyamar menjelma menjadi Pangeran yang ada di hadapannya.

"Eh, Pangeran." Trisula cengengesan tidak jelas menatap Pangeran. Meskipun sebenarnya jantungnya sudah berdisko jedag-jedug.

"Mau ke mana lo?!" tanya Pangeran dengan sewot.

Triaula menelan ludahnya kasar. Baru bertemu saja sudah main urat. Rasanya Trisula mau bunuh diri sekarang juga.

"Enghh ... Ini, aku mau ke perpustakaan," jawab Trisula takut-takut.

"Terus ngapain lo putar balik? Takut sama gue?!" Pangeran mencondongkan tubuhnya dengan mata yang melotot tajam ke arah Trisula.

Refleks Trisula menggeleng, tetapi kemudian mengangguk.

"Wah... Parah bangat. Si culun ternyata udah berani sama Pangeran," sahut Daniel selaku teman dekat Pangeran.

"Mahkluk yang kayak gini 'nih yang harus kita basmi," balas Jordan yang juga ikut mengompori Pangeran.

Trisula menggerakkan sebelah tangannya menyilang. Wajah ayunya mendadak pucat saat melihat wajah Pangeran memerah.

"Enggak, Pangeran. Mereka itu bohong," sanggah Trisula cepat.

Alis sebelah pangeran terangkat. "Jadi, yang mana yang benar?"

"Toilet. Iya, aku mau ke toilet dulu." Trisula mendadak gagap. "Boleh kasih jalan, aku mau lewat sebentar," pinta Trisula dengan kepala tertunduk.

"Lo kira gue menghalangi jalan lo? Udah punya mata empat masih enggak bisa lihat juga!" sindir Pangeran dengan sinis.

Lagi dan lagi Trisula selalu dibuat serba salah oleh Pangeran. Dengan keadaan kepala menunduk, Trisula berjalan menyamping menghindar dari Pangeran.

Melihat Trisula yang semakin jauh, Jordan berdecak kesal menatap Pangeran. "Lo kenapa 'sih ngelepas dia begitu aja. Gue 'kan lagi mau main-main sama tuh cupu."

Kucing(Ta) PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang