Kebengisan Pangeran

9 6 1
                                    

"Aahhk ... Ampun, Pangeran!" pekik Trisula terkejut sekaligus kesakitan.

Ember yang sudah disiapkan oleh Daniel tidak digunakan seperti rencana sebelumnya. Malah Daniel dan Jordan terpaku syok di tempat.

"Ini bukan salah kita 'kan, Dan?" tanya Daniel menoleh ke arah Jordan.

"Iya, bukan. Trisula yang salah kali ini," jawab Jordan singkat.

"Ya Tuhan ... Jangan ambil nyawaku sekarang ini," mohon Trisula dalam hati."

___o0o___

Braakkh ...!

"MANA TRISULA?!" teriak Pangeran bertanya kepada seisi kelas setelah menendang pintu kelas Trisula.

Semua penghuni kelas menunjuk secara kompak ke arah kolong meja yang ada di pojok belakang kanan kelas.

Derap langkah sepatu Pangeran membuat jantung Trisula berlomba-lomba ingin copot terjun ke bawah perut. Apalagi Trisula tidak bisa bergerak luwes akibat bersembunyi di bawah meja.

Dalam hati, Trisula melafalkan kata mati dan hidup.

"Hidup ... Mati ... Hidup ... Mati ..." Trisula menggantungkan bisikannya sambil menelan air liurnya kasar. Ketika langkah kaki Pangeran berhenti tepat di mana dirinya bersembunyi.

"Gue enggak suka kalau lo ajak gue main petak umpet!" desis Pangeran bernada dingin dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya.

"Dalam hitungan ketiga kalau lo enggak keluar juga. Gue pastiin nih meja bakalan hancur seketika!" ancam Pangeran penuh intimidasi.

Untuk kesekian kalinya Trisula diam-diam resah dengan tangan membungkam mulutnya.

"Satu ..." Pangeran memulai menghitung, sedangkan Trisula semakin terpojok.

"Dua ..."

"Ti---"

Braakkh ...!

"Jangan ...! Aku udah keluar, Pangeran," ucap Trisula cepat memotong hitungan Pangeran, hingga dirinya sendiri terpentok meja.

"Bagus, gue suka gaya lo," puji Pangeran atas kesigapan Trisula.

"Orang lagi kepentok meja makan dibilang bagus. Mati saja sana kamu, Pangeran!" cecar Trisula ketus, yang tentunya hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.

Sebelum Trisula berbicara, gadis itu menghembuskan napasnya kasar. "Pangeran, mau bully aku, kan? Ayo, sekarang. Aku udah siap, kok." Senyuman terpaksa dari Trisula harus tercetak di wajah tegangnya.

Semua rahang penghuni kelas langsung terbuka lebar menganga, tidak terkecuali Pangeran juga. Segitu parahnya kah sampai menerima lapang dada untuk dibully?

"Lo enggak takut gue bully lagi?" tanya Pangeran masih merasa terkejut.

Kepala Trisula menggeleng cepat. "Ya takut lah, masa enggak!" jawab Trisula sewot.

"Terus kenapa lo yang ngajak duluan buat mau dibully sama gue, hah!" sentak Pangeran, yang ternyata emosinya juga ikut tersulut.

"Ya, itu. Bukannya Pangeran ke sini cuma mau cari aku buat dijadikan bahan bully-an, ya?" tanya Trisula sambil mengerjapkan bulu matanya dengan polos.

"Ya udah, ayo ikut gue sekarang!" titah Pangeran yang sudah tidak mau ada basa-basi lebih lanjut dari Trisula.

Dengan pasrah Trisula berjalan mengekor di belakang tubuh Pangeran. Semua teman kelas Trisula atau bisa disebut rival, karena Trisula tidak mempunyai teman satu pun di sekolah. Menatap Trisula iba, karena gadis itu lagi yang menjadi sasaran empuk dari seorang Pangeran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kucing(Ta) PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang