Yuri, yang sejak tiga jam lalu berbaring bebas tanpa beban di rumah kekasihnya kini mulai merasa sedikit cemas. Satu dua jam membayangkan Keito terkurung di kamar mandi mungkin masih bisa dianggap biasa saja. Tapi kini sudah tiga jam. Jika Keito dalam keadaan baik-baik saja, Yuri tidak akan khawatir. Tapi saat ini, Keito dalam keadaan yang sangat tidak baik.
Yuri paham benar bagaimana keadaan Keito. Fisik maupun batinnya saat ini sedang sakit. Ditambah perlakuan kekasihnya yang, sejujurnya ia dukung. Tapi jika sampai Keito mati hanya karena KDRT, ini tidak masuk dalam rencananya. Rencana yang sudah ia dan Yuya susun dengan baik dan matang. Rencana yang bisa menuntunnya memiliki kehidupan diatas dari atas.
Yuri bangkit dari tidurnya. Menuju ke kamar mandi dan membuka pintu. Sedikitnya dia terkejut. Tubuh Keito menggigil dengan bibir berwarna putih pucat. Sangat mengenaskan. Beberapa kali ia menepuk pipi Keito, tapi nihil. Memutar otak untuk memindahkan tubuh Keito yang lebih besar darinya. Meminta bantuan security adalah pilihan terbaik.
Dengan kemampuan beraktingnya yang baik, security pun percaya jika Keito terjatuh di kamar mandi. Dengan sedikit pengorbanan dari Yuri yang mengeringkan pakaian Keito dengan hair dryer tentunya.
Suhu tubuh Keito cukup membuat Yuri khawatir. Seburuk apapun sifatnya, ia masih wanita yang memiliki belas kasihan. Ia mengompres Keito dengan telaten hingga Yuya datang dan membuatnya meninggalkan Keito. Bermanja dengan Yuya lebih penting saat ini.
*-*-*
Hari beranjak sore. Keito terbangun karena suara berisik yang datang dari luar kamarnya. Dengan berat hati ia membuka mata. Kepalanya pusing bukan main. Tersadar sepenuhnya, Keito tersenyum. Kompres, selimut, dan kamar. Ternyata Yuya masih menganggapnya.
Pintu kamar terbuka. Menampilkan sosok Yuya yang sedikit berantakan. Keito tersenyum ke arah Yuya, namun senyuman itu tak terbalas.
Yuya berlalu begitu saja menuju ke arah lemari. Mengambil koper dan mengemasi beberapa helai pakaian.
"Mau ke mana?"
Keito duduk dan menopang punggung dengan bantal yang ia sandarkan di kepala ranjang. Tubuhnya masih lemah dan tidak bisa berbuat banyak. Kepala pun masih belum sehat sempurna. Beberapa kali ia memicingkan mata karena penglihatannya yang mengabur dan sedikit goyang.
"Liburan."
Yuya memilih baju dan celana di tumpukan paling rapi. Memilih beberapa helai yang terbaik. Berpindah ke bagian laci kemudian memungut beberapa peralatan pribadi seperti jam tangan dan anting.
"Ke mana? Aku belum sembuh." Tuturnya lemah.
"Cukup percaya diri, tapi maaf mematahkan ekspektasimu. Aku pergi bersama Yuri." Sial, pria ini tertawa jahat.
"Aku pikir Yuya sudah berubah," Keito terbatuk seketika hingga ucapannya terjeda, "ternyata aku salah. Bahkan aku sudah bahagia karena Yuya mau merawatku, repot-repot mengurusiku, membawaku ke kamar ini dan memberikan obat." Lanjutnya.
Yuya menolehkan pandangannya pada si lawan bicara. Kepalanya menggeleng kecil dan tertawa. Tak lama dalam posisi itu, ia melanjutkan mengemasi barangnya.
Satu koper terisi penuh. Cukup untuk kebutuhannya beberapa minggu di luar kota bersama Yuri. Hitung-hitung membahagiakan calon istri, atau bulan madu menjelang pernikahan mereka berdua. Hahaha gila.
Yuya menarik pegangan koper dan membawanya menuju pintu. Ia kembali mendekatik Keito dan mencium keningnya dengan lembut bak sosok seorang suami yang sangat menyayangi istrinya.
"Aku pergi. Jangan hubungi aku sampai kami selesai liburan."
Yuya memampang senyum berbahaya. Hati Keito teriris dibuatnya. Yuya berjalan ke luar dan menarik kenop pintu agar kamar Keito tertutup.
"Oh, satu lagi. Aku tidak pernah merawatmu. Yang membawamu ke sini adalah Yuri. Berterima kasihlah padanya."
Pintu tertutup, Yuya menghilang dari hadapan Keito.
Ada yang bisa menggambarkan bagaimana hancurnya Keito saat ini? Ia menangis dalam diamnya. Tanpa suara namun tetesan air mata yang mudahnya menumpuk di pelupuk mata jatuh begitu deras. Yuya memang kejam. Menghancurkan hanya dengan satu kata, cinta.
Up tengah malah XD
KAMU SEDANG MEMBACA
Game of Love
FanfictionIs it a game? Here we go! '* WARNING! NC 17 Bijaklah sebagai pembaca.