02

533 68 3
                                    

"Ini sangat melelahkan." Keluh Leo lagi saat mereka bertiga sampai di rumah Luci.

"This is your fault." Ucap Luci sembari merebahkan seseorang yang sedari tadi ia dan Kian papah.

"Aku tahu! Terus kita apakan dia?"

"Kita tunggu sampai dia bangun. Hari ini kita tidur saja." Ucap Luci.

___

Pagi sudah tiba. Sinar matahari pagi yang memantul lewat jendela membuat Luci sang pemilik rumah bangun terlebih dahulu. Luci bangun dari tempat tidurnya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Luci segera turun setelah selesai membersihkan diri.

Saat Luci sedang menuruni tangga, ia melihat orang yang semalam ia bawa sudah terbangun. Orang itu tampak kebingungan saat melihat sekelilingnya.

"Kau sudah bangun?" Tanya Luci membuat seseorang itu menoleh.

"Aku ada dimana?"

"Rumahku. Semalam kau pingsan, jadi kami membawamu kesini."

Luci segera pergi ke dapur untuk membuat sarapan untuk dirinya dan yang lain. Saat Luci tengah sibuk memasak, seseorang itu datang dan duduk di meja makan yang terhubung langsung dengan dapur.

"Terima kasih."

"Jangan berterima kasih padaku. Berterima kasihlah pada temanku yang sudah membuat keributan dengan memukuli orang-orang itu." Setelah mengatakan hal tersebut. Leo dan Kian datang dengan wajah segar.

"Hey, apa kau anak laki-laki yang pingsan itu?" Tanya Kian.

"Yeah. Thank you for saving me." Ucap orang itu kepada Leo dan Kian.

"Tidak usah berterima kasih. Aku hanya terbawa suasana saja." Ucap Leo disertai tawa canggungnya.

"Cukup perbincangannya. Mari kita makan dulu." Sela Luci selesai menata meja makan.

Hening. Mereka makan dengan tenang dan tidak terburu-buru.

"Sepertinya kau tahu etiket makan. Dimana rumahmu?" Tanya Luci yang sudah menghabiskan sarapannya.

"Rumahku ada di jalan zenash."

"Oww. Bukankah disana hanya ada satu rumah yang sangat besar itu." Ucap Leo dengan terkejut

"Wow. Orang tuamu sangat keren." Puji Kian.

"Terima kasih. Tetapi menurutku, kakak-kakak ini juga bukan orang biasa."

Luci, Kian, dan Leo saling tatap sembari tertawa.

"Benar. Kami juga bukan orang biasa, kami sama sepertimu. Hanya saja kami lebih suka menjadi orang yang biasa-biasa saja." Ucap Luci

"Kalau boleh tahu, siapa namamu? Kami belum sempat berkenalan." Ucap Kian

"Namaku Jordan. Kakak-kakak ini..."

"Oh! Aku Luci, dia Kian, dan yang membantumu itu Leo." Ucap Luci menjawab kebingungan Jordan.

Usai sudah sarapan pagi mereka. Luci menyuruh Jordan untuk mandi terlebih dahulu, sedangkan dirinya mencuci piring kotor. Luci sudah tidak peduli dengan keberadaan Leo dan Kian, ia membiarkan teman-temannya itu melakukan hal sesuka mereka asal tidak membuat rumahnya seperti kapal pecah.

UNIVERSITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang