Sherlock x William After 3 Years

795 106 3
                                    

Di suatu tempat, di Paris. Seorang Sherlock Holmes yang biasanya susah bangun pagi, tiba-tiba sudah bangun pagi-pagi sekali, dikala "teman" satu-satunya yang telah 3 tahun tinggal bersamanya masih terlelap.

Melihat teman berambut pirangnya itu masih tidur seperti malaikat, Sherlock tersenyum sesaat sembari menarik selimut sampai ke bahunya, sebelum beranjak dan pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih.

Setelah selesai bersih-bersih dan masih handukan dengan rambut basah, Sherlock melihat sosok temannya yg berambut pirang itu sudah tidak ada di tempat tidur, tetapi tengah membuka korden jendela yang tak jauh dari tempat tidurnya hingga cahaya mentari pagi masuk melalui celah-celah jendela.

"Selamat pagi, Holmes. Tumben sekali pagi-pagi begini sudah mandi, biasanya paling susah bangun".

Sapa pria berambut pirang itu. Sherlock terpaku sesaat. Rambut pirang temannya itu sudah memanjang, yang hampir menyamai rambut kehitaman Sherlock yang juga memanjang setelah 3 tahun, terlihat berkilauan terkena cahaya mentari pagi.

Sherlock menggelengkan kepalanya sesaat sebelum mulutnya jatuh ke tanah saking terpakunya dia menatap sosok temannya itu. Kemudian dia mengeluarkan cengiran khasnya.

"Yo, Liam, memangnya aneh kalau aku bangun pagi? Harusnya kau memujiku."

Teman berambut pirang didepannya itu terkekeh sesaat. Seorang William James Moriarty yg sangat jarang sekali tertawa, bisa terkekeh seperti itu hanya didepan Sherlock Holmes, yang telah mendampinginya selama 3 tahun ini. Lebih tepatnya, "menolongnya, menyelamatkannya" dari insiden itu. Insiden di jembatan London.

"Terlalu cepat 1000 tahun bagiku untuk memujimu."

Sherlock tertawa. Lalu memukul pelan bahu William. Sembari mengeringkan rambut basahnya, dia berkata.

"Ya ya Liam, alasanku hari ini bangun cepat karena aku mau pergi ke suatu tempat."

"Memecahkan suatu kasus rumit lagi?"

Sambil memakai kemeja putih biasanya, Sherlock tersenyum sesaat.

"Tidak, kali ini lebih penting dari itu."

William melirik curiga padanya.

"Ke London. Menemui kakakku, dan menemui adikmu, Louis."

William sempat tersentak, sebelum berusaha kembali tenang.

"Setelah 3 tahun, kenapa kau baru mau menemui kakakmu?"

Sherlock terkekeh sembari mengancingkan kemejanya.

"Banyak hal yang harus kupertimbangkan sebelum memutuskan mau pergi ke London. Salah satunya karena kau, Liam."

William tak berkomentar. Hanya memperhatikan setiap inci raut wajah Sherlock.

"Saat ini, mungkin hampir semua warga London menganggap kita sudah mati. Karena mereka menyaksikan kita saat terjun dari jembatan itu. Bayangkan kalau aku langsung kembali ke London begitu saja setelah menyelamatkanmu, bisa kau bayangkan reaksi warga London? Kau tidak lupa bukan, bahwa saat ini aku juga penjahat, sama sepertimu, karena telah membunuh Charles Augustus Milverton. Bahkan didepan mata kepalamu sendiri."

Tentu saja William tak melupakan hal itu. Bahkan sampai saat ini, William merasa bersalah karena secara tak langsung membuat Sherlock menjadi pembunuh. Hingga William pun telah siap jika suatu saat nanti Sherlock akan membunuhnya.

"Jika sudah membunuh satu orang, kau bisa membunuh dua orang..."

"Liam?"

William menghela napasnya sejenak. Lalu menatap tajam Sherlock.

After 3 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang