Selamat membaca😁
"Arghhh!" pekik Ganesa kesal sembari menggebrak meja penuh emosi ketika mengingat kembali kejadian di kantor pagi tadi. Ia menyesali keputusannya yang justru memilih untuk resign dari perusahaan hanya karena tidak ingin bekerja di tempat yang sama dengan Jayden. Saat itu ia benar-benar tidak bisa mengontrol emosi dan sedang dikuasai oleh amarah. Jadi ia tidak bisa berpikir dengan jernih dan asal memutuskan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu. Sedangkan ia sudah tidak memiliki muka lagi di depan CEO jika ingin menarik kembali ucapannya setelah perkataannya pagi tadi yang begitu yakin ingin keluar dari perusahaan seakan tidak membutuhkan pekerjaan itu. Seharusnya saat itu ia diam saja dan tidak perlu banyak tingkah sok berlagak keren di depan semua orang. Sekarang gara-gara sikap bar-barnya itu ia menjadi kesusahan sendiri. Karena harus rela kehilangan pekerjaan di saat ia sudah mendapatkan posisi yang bagus.
"Husss! Jangan berisik! Dilihatin orang-orang, Bego!" pekik Sada berbisik sembari melotot tajam ke arah Ganesa yang kini sudah menjadi pusat perhatian orang-orang yang juga berada di cafe tersebut.
"Ahhh! Bodoh!" Ganesa memukul dahi dan terus merutuki dirinya sendiri.
"Udahlah, mau nyesel sekarang juga udah terlambat. Lagian lo juga ngapain pakai acara resign segala, hah? Udah tau sekarang cari kerjaan susah. Eh, lo malah seenaknya keluar dari kerjaan. Padahal lo di sana juga udah dapet posisi yang lumayan," oceh Sada pancang lebar.
"Ya mau gimana lagi? Udah terlanjur juga," sahut Ganesa pasrah.
"Makanya nggak usah kebanyakan gaya! Sekarang lo sendiri kan yang kalang kabut," cetus Sada ketus.
"Lo juga aneh jadi orang. Bukannya setres karena habis diputusin pacar, tapi malah setres gara-gara jadi pengangguran," sambungnya tidak habis pikir.
Ganesa membuang napas kasar. "Di tempat kerja lo ada lowongan nggak? Nggak bisa gue kalau nganggur begini."
"Nggak ada, udah penuh. Nanti coba gue tanya-tanya ke teman gue yang lain. Kali aja di tempat mereka lagi nyari karyawan baru," sahut Sada ringan.
"Iya, tolong, deh. Gue bener-bener butuh soalnya buat bayar biaya adik gue yang masih kuliah. Apalagi gue juga masih harus ngirim uang buat ayah dan bunda di Bogor. Makanya gue harus tetap kerja buat ngurangin beban mereka. Apalagi mereka juga cuma buruh pabrik biasa."
"Mereka aja udah susah payah kerja keras buat sekolahin anaknya tinggi-tinggi, masa iya anaknya malah jadi pengangguran. Kan nggak lucu," sambungnya.
"Oh iya! Gue baru ingat sekarang. Teman gue pernah bilang katanya bos dia lagi cari asisten pribadi. Gajinya juga nggak main-main," ungkap Sada antusias.
"Tapi kerjanya di Meksiko. Kalau lo minat, gue nanti bisa kontak dia," sambungnya.
"Buset, jauh banget. Emang nggak ada kerjaan yang dekat-dekat aja? Nggak apa-apa kalau misalnya jauh dari tempat kosan, tapi seenggaknya masih di sekitar Jakarta aja."
"Lo kan tau sendiri sekarang susah cari kerjaan kalau nggak punya orang dalam," balas Sada.
"Emangnya berapa gajinya di sana?" tanya Ganesa penasaran.
Sada memberitahu gaji yang akan Ganesa dapatkan jika bekerja sebagai asisten pribadi di salah satu perusahaan di Meksiko.
Mata Ganesa membulat sempurna. "Wah! Kalau segitu gue mau lah."
Sada memasang raut wajah datar ketika melihat reaksi Ganesa yang heboh dan cepat tanggap jika sudah menyangkut hal tentang uang. Bahkan matanya seketika berubah hijau setiap kali membahas uang. Tidak bisa dipungkiri jika Ganesa adalah tipe orang yang bisa dibilang mata duitan dan lemah dengan uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Valder ✓
Romance⚠️WARNING🔞🔞 Ganesa memutuskan pergi bekerja ke luar negeri untuk menghibur diri setelah putus dengan kekasihnya yang justru lebih memilih wanita lain. Namun, alih-alih merasa lebih baik, dia justru semakin dibuat frustasi saat dihadapkan dengan bo...