Chapter 3

48.7K 4.8K 239
                                    

Selamat membaca😁

Keesokan harinya.

Ganesa mengetuk pintu kamar Valder berniat untuk membangunkan pria itu dan membantunya bersiap sebelum berangkat ke kantor. Dia sudah hampir menekan ganggang pintu karena berpikir Valder masih tertidur. Namun ternyata ada sahutan dari dalam. "Masuk," sahut Valder dingin.

Ganesa membuka pintu dan mendapati Valder sudah rapi dengan memakai pakaian kerja. Lalu dia melangkah masuk. "Apa ada yang bisa saya bantu, Presdir?" tanyanya ringan.

"Tidak ada," sahut Valder singkat sembari memasang dasi di leher.

"Kalau begitu saya akan siapkan sarapan untuk Anda," pamit Ganesa undur diri dan bersiap keluar dari kamar Valder.

"Tunggu," cegah Valder dengan suara bariton yang khas.

Ganesa menghentikan langkah, lalu kembali berbalik ke arah Valder.

"Pilihkan jas untukku," perintah Valder datar.

Ganesa mengangguk. Lalu segera berjalan menuju walk in closet mengambil jas yang akan dipakai Valder hari ini. Dan pilihannya jatuh kepada jas berwarna abu-abu tua yang tampak begitu menawan. Ganesa mengambil jas itu, dan kembali menghampiri Valder. Kemudian dia membantu memakaikan jas tersebut di tubuh kekar Valder sembari memuji dirinya sendiri karena telah memilihkan jas yang cocok untuk Valder. Pasalnya penampilan pria itu jauh lebih berkharisma setelah mengenakan jas pilihan Ganesa. Karena itu, dia merasa berbangga diri atas hal itu.

'Eztramo Radis De Valder'

Sebuah untaian nama yang begitu cantik hingga membuat Ganesa takjub dan terpana ketika mendengarnya. Nama yang menggambarkan sosok seseorang seperti dewa. Dewa kematian...

Jika tidak mengingat sikap buruk Valder, sejujurnya pria itu memang nyaris sempurna dengan wajah bak pahatan patung, serta kecerdasan dan seluruh kekayaan yang dimilikinya. Tidak bisa dipungkiri jika Ganesa juga mengakui akan hal itu. Tetapi meskipun memiliki banyak kelebihan, Valder sudah terlanjur dicap buruk oleh Ganesa hingga membuat segala kelebihannya terkubur.

Valder melirik ke arah Ganesa yang memakai baju formal lengan panjang, serta rok longgar di bawah lutut berwarna hitam yang menutupi paha dan bentuk tubuhnya. "Seleramu benar-benar buruk," desisnya dingin ketika melihat penampilan Ganesa yang terlihat biasa saja dan tidak menarik untuk dipandang.

"Maaf?" Ganesa terlihat bingung seperti orang linglung karena tidak mengerti dimana letak kesalahannya.

"Apa tidak ada lagi pakaian yang jauh lebih buruk dari ini?" tukas Valder sarkas.

"Ini adalah pakaian terbaik saya," balas Ganesa tersenyum manis sembari menahan kesal. Padahal selama ia bekerja, ia sama sekali tidak pernah mendapatkan komplain, atau pun kritikan dari atasan mengenai penampilannya yang seperti ini. Bahkan atasannya justru memuji cara berpakaiannya yang terlihat sopan, karena tidak memperlihatkan lekuk tubuh seperti pegawai wanita lain yang justru lebih suka memakai pakaian yang terkesan sexy.

Valder hanya diam dan tidak membalas ucapan Ganesa. Lalu dia berjalan keluar dari kamar menuju meja makan. Sedangkan Ganesa juga pergi mengikuti Valder untuk menyiapkan sarapan. Walaupun masih menyimpan amarah untuk Valder, namun Ganesa tetap bersikap profesional dan tidak menunjukkan perasaan kesalnya di hadapan Valder. Karena itu, dia memilih untuk bersabar sembari terus mengumpati Valder dalam hati.

Ganesa menata sarapan Valder yang dimasak langsung oleh chef di atas meja dengan rapi.

"Duduklah," tukas Valder datar ketika bersiap menyantap sarapan.

Ganesa menuruti ucapan Valder, dan ikut sarapan bersama dengan pria itu. Mereka menyantap makanan mereka dalam keadaan diam tanpa saling mengobrol satu sama lain, meski hanya sekadar obrolan ringan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. Valder ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang