Kekacauan

44 8 0
                                    

"Song Jira, Song Jira!"

"Song Jira!"

Jira tersentak dengan panggilan guru yang sedang mengajar dikelasnya itu. Ia terlalu fokus menulis rangkaian cerita yang dibuatnya untuk menemukan jati dirinya.

"Apa yang terjadi, Jira? Berdiri." tanya Ssaem dengan buku yang masih berada di tangannya, menatap Jira heran. Pasalnya ia melontarkan pertanyaan untuk Jira namun gadis itu tidak menyahuti dan tetap fokus menulis.

Beranjak dari kursi, gadis itu berdiri dan menjawanya dengan menyesal. "M-maafkan aku Ssaem, aku tidak tahu jawabannya."

"Perhatikan. Ini sangat penting!" ujar Ssaem menegaskan.

"Baik, Maafkan aku Ssaem." Ucap Jira lalu kembali duduk di kursinya dengan perasaan malu.

"Chaewon, bacakan." Titah sang Guru, lalu detik berikutnya temannya itu pun berdiri dari kursinya dan membacakan seperti perintah Ssaem.

***

"Kau begadang lagi sampai jam empat pagi?!" tanya Chaewon. Di waktu istirahat ini mereka membuka bekal makan siang di tangga duduk pinggir lapangan.

"Tidak apa-apa. Aku bahkan tidak mengantuk." Kilah Jira, menenangkan sahabatnya ini yang mengajukan protes.

"Tapi kau bahkan melamun setiap saat. Sama seperti sekarang ini.."

"Aku sedang berpikir. Aku harus mengumpulkan bahan untuk tulisanku nanti." Jawab Jira.

Sudah beberapa hari sejak Jira terus fokus menulis novelnya, bahkan sampai ia melupakan beberapa kewajibannya di rumah untuk membantu sang ibu untuk melakukan pekerjaan rumah.

"Jira, disinikan?" tanya sang Ayah.

"Dia tidak lapar." Tukas Ibu Jira kesal. Setelah pulang sekolah Jira terus menerus berada dikamarnya dengan tumpukkan buku sampai ibunya pulang bekerja, jemuran pakaian tidak diangkatnya hingga membuat sang ibu marah. Tidak hanya itu, sang ibu bahkan mendapat telepon dari pihak sekolah untuk segera menemui wali kelas Jira. Mereka menceritakan keadaan Jira yang akhir-akhir ini tidak berkonsentrasi saat disekolah, juga data-data Jira yang pergi ke berbagai tempat dalam sehari.

"Eomma, kau tidak apa-apa?" tanya Song Hara, kakak Jira melihat prihatin sang ibu yang tengah mengurut pelipisnya di meja makan.

"Oo, eomma tidak apa-apa."

"Mau segelas kopi?" tawar hara lalu dibalas dengan anggukan sang ibu.

Setelah selesai membuat, Hara menyimpan kopi di atas meja makan untuk sang ibu. Lalu menghela napas.

"Eomma, akhir-akhir ini Jira sedikit aneh. Aku bahkan tidak megganggunya namun ia bersikap sangat sensitif." Ucap Hara membuka suara.

"Kau juga berpikir begitu? Pihak sekolah memanggil Eomma, lihat ini." Ujar sang Ibu sambil merogoh tasnya lalu memberikan sepucuk kertas pada Hara.

Gadis itu mengambilnya dan membacanya dengan teliti, "Apa ini? Dia bepergian di puluhan tempat!" ucap Hara tidak percaya.

"Dia diam di mejanya sepanjang waktu. Apa yang sebenarnya dia lakukan?" ucap sang ibu sambil menerawang menatap jendela.

***

"SMA mana yang akan mau dengan nilaimu yang seperti ini?!" tanya Hara sedikit berteriak pada Jira.

"Aku tidak akan masuk SMA!" jawab Jira dengan keras kepala.

"Tidak masuk SMA? Gunakan kepalamu! Apa yang bisa kau lakukan hanya dengan lulus SMP?"

FILM OUT - KIM SEOKJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang