"Aniya!! Eomma!!"
'prak!'
"Pergi kau anak cacat!!"
'bruk!'
Lelaki itu tersungkur saat ibunya sendiri dengan kasar mendorongnya keluar rumah. Bahkan tanpa hati wanita itu melempar tas berisikan seluruh pakaiannya ke luar rumah.
Dia Choi Hyunsuk. Ini bukan salahnya! Hyunsuk tidak pernah melakukan kesalahan sehingga ibunya tega mengusirnya. Segalanya adalah kesalahan mengapa Hyunsuk dilahirkan dari keluarga yang hanya mementingkan ego mereka.
"Eomma hiks..Hyunsuk gak bisa nerima gadis itu..gadis itu gak bisa ngembaliin warna Hyunsuk..hiks..Hyunsuk gak mau ada malapetaka nantinya, eomma hhiks.." Hyunsuk mencoba memohon agar dirinya tidak diusir.
"Mwo?! Bilang apa kamu tadi?! Dia gak bisa ngembaliin warna kamu?! Dia gak ada urusan!! Itu urusan kamu kalo gak bisa liat warna, dasar anak bodoh! Pergi kalo kamu masih gak mau nurut sama Mama!"
Seperti tidak memiliki harapan lagi, Hyunsuk tersadar. Bahwa sosok ibu yang selama ini merawatnya dari kecil, telah hilang. Sosok ibu yang perduli padanya, kini telah menjadi orang asing yang egois.
Tapi anehnya, Nyonya Choi tidak menatap Hyunsuk sama sekali. Wanita itu bahkan menghindari kontak mata dengan putranya. Awalnya Hyunsuk tidak menyadari akan hal itu. Tapi..
Wanita itu tanpa sengaja menatap Hyunsuk dan terjadilah kontak mata.
Hyunsuk terkejut saat pemandangan di depannya yang semula hanya abu-abu, kini berkelip warna-warni.
Dengan segera sang ibu langsung memutuskan kontak mata lalu menutup pintu rumah dengan kasar.
Hyunsuk langsung bangun dan menggedor pintu rumah berharap ibunya mau membukakannya pintu.
"Eomma!! Eomma...apa tadi?! Aku masih bisa melihat warna ketika eomma menatapku! Eomma!! Hyunsuk tau eomma tidak benar-benar membenci Hyunsuk..eomma hhiks.."
Hyunsuk masih mencoba menggeror pintu.
Dibalik pintu, nyonya Choi terlihat menangis dan mengunci pintu. Kekuatannya melemah, dia ambruk di depan pintu. Dia menangis.
Hyunsuk yang sudah menyerah akhirnya meninggalkan halaman rumah dengan berat hati. Masih ada banyak pertanyaan di benaknya, namun semua itu tertutup karna rasa sakit di hatinya. Mengapa dengan tega ibunya mengusirnya dari rumah hanya karna dia cacat? Atau menolak perjodohan dari ibunya?. Selama ini, Hyunsuk tidak pernah melihat sisi ibunya yang egois dan penuh pemaksaan. Ada apa ini?.
"Hyunsuk-ah..eomma mian hhiks.." di dalam rumah, nyonya Choi masih menangis. Bahkan lebih keras dari sebelumnya.
.....
"Serius lo mau nginep di rumah gua, Suk?!"
Hyunsuk memutuskan untuk tinggal di rumah sahabatnya, Park Jihoon.
Mereka memang sudah berteman lama. Bagaimana tidak, kedua ayah mereka merupakan teman satu sekolah. Jadi dengan sengaja Hyunsuk dan Jihoon dimasukan ke dalam sekolah yang sama. Selalu sama.
"Iya serius..gue baru aja diusir.." jawab Hyunsuk lesu dan melepas beanie nya.
Jihoon yang masih bingung hanya berpikir sambil memasukan koper berisi pakaian Hyunsuk ke dalam kamarnya. Karna tempat Jihoon merupakan flat kecil dengan satu kamar. Jadi terpaksa mereka harus satu kamar.
"Eh Ji, bikinin gue teh dong..capek banget abis nangis"
"Anjing, anak cengeng..udah bontot gitu masih aja nangis..bentar gua bikinin" meski menyinyir, Jihoon tetap dengan baik hati membuatkan teh untuk teman kecilnya.
Jihoon berkutat dengan dapur kecilnya. Sedangkan Hyunsuk sibuk dengan ponselnya.
Tiba-tiba Hyunsuk melotot sampai-sampai dia refleks bangkit dari rebahannya.
"Park Jihoon!!"
"Goblok! Kaget gua! Untung gak jantungan..apaan si" Jihoon menatap Hyunsuk sekilas lalu kembali melanjutkan membuat teh.
"I-ini..coba pikir kenapa Byounggon absen kampus 5 hari ini?"
"Lah? Lu lupa? Ibunya kan bilang kalo Byounggon lagi di Kanada nemenin kakaknya yang lagi operasi"
"Nggak njing!! Dia udah meninggal 3 hari lalu bangsadh!!"
"SUMPAH?!"
Jihoon terkejut. Bagaimana tidak, selama menjadi teman satu kampus dengan Byounggon. Sekalipun mereka tidak mendengar bahwa Byounggon mengidap suatu penyakit. Jadi apa yang membuat pria itu meninggal?.
"T-tunggu Suk..bukannya dia juga probe elo ya?..setiap kali lo bareng dia, bahkan satu kontak mata sama dia. Lo bisa liat warna kan?"
Hyunsuk mengangguk. Hingga tak terasa airmatanya menetes. Byounggon adalah satu-satunya probe yang Hyunsuk punya. Jika Byounggon pergi, itu artinya Hyunsuk tidak akan lagi melihat warna. Dan Hyunsuk kehilangan dunianya.
"Suk, jangan-jangan ini alasan kenapa nyokap lo ngusir lo dari rumah? Karna dia tau kalo lo mulai sekarang gak akan bisa liat warna?"
"Maksud lo, nyokap gua malu gitu?..makanya pertama dia jodohin gua biar gua jauh-jauh dari nyokap. Tapi karna gua nolak, makanya gua diusir?..intinya ibu gua malu punya anak gak normal kek gua? Gitu Ji?"
Jihoon tersentak. Bukan bermaksud menyakiti Hyunsuk seperti itu.
"Eh? Eng..enggak gitu juga..maksud gua-"
"Dahlah..lo bener juga si" Hyunsuk keluar flat tanpa membawa ponselnya.
Membuat Jihoon khawatir dan merasa tidak enak. Tapi mungkin Hyunsuk butuh sendiri, karna itu dia tidak mau mengejar Hyunsuk.
Sebenarnya,..
"Gua curiga satu hal, Hyunsuk..jangan-jangan..."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
This color is sincere
Fiksi Penggemar"Dia hanya seorang probe, bukan orang yang mencintaiku dengan tulus" //terinspirasi dari sebuah drama BL asal KorSel berjudul Color Rush. jd jangan beranggapan lagi kalo Author mau nyuri ide tuh drama ya. Author udah jelasin di sini.