Buah nangka buah kedondong
Buat pembaca di vote dong😜_____________
Dia yang malang.
Dia yang tersiksa.
Dia yang hidup seperti di neraka.
Dia yang hidup tanpa kasih sayang.
Arrafa Pratama, Namanya begitu indah, seindah paras nya, setampan wajah nya, semenggemaskan tingkah nya. Namun itu hanya penutup, Ya! Penutup hidup nya yang begitu menyedihkan.
Raffa panggilan nya, remaja berumur 13 tahun. Memiliki kepintaran akademik non akademik, namun sayang pendidikan nya harus putus ketika ia akan menginjak bangku SMP.
"SINI KAMU RAFFA!" teriak Lilis, bibi Raffa.
Raffa segera berlari ke ruang tamu, tempat bibi nya berada.
"Ada apa bibi" Tangan nya terpaut, ia selalu takut jika bibi nya memanggil sudah memanggil nama nya.
"Dasar kamu, anak gak tau di untung, saya suruh kamu buat ngamen! Budek kamu!"
Raffa menggeleng, "Laffa gak mau bibi." balas nya, kepala nya menunduk takut.
Plak
Raffa memegang pipi kiri nya yang terasa nyeri akibat tamparan bibi nya.
"Seharusnya kamu ikut orang tua kamu, biar kamu mati! Hidup nyusahin orang aja."
Air mata Raffa meluruh, ia bahkan belum puas merasakan kasih sayang kedua orang tuanya.
"Kalo kamu gak mau ngamen, jangan harap saya kasih kamu makan sampe besok!" Peringat Lilis pada Raffa.
Dengan berderai air mata, Raffa keluar dari rumah. Mau tidak mau ia harus menuruti perintah bibi nya, jika ia masih ingin bertahan hidup.
"Laffa halus kemana?" Monolog nya sendiri.
"Laffa gak mau ngamen, Laffa malu"
"Tapi kalo Laffa gak ngamen, Laffa gak bisa makan"
Raffa berjalan menelusuri trotoar, hari sudah semakin siang, panas matahari begitu menyengat.
Raffa terduduk di atas trotoar tanpa alas, ia kelelahan, ia juga kehausan.
Raffa menenggelamkan wajahnya di atas lutut yang ia lipat, orang-orang yang berlaku lalang melempari nya dengan uang recehan.
Malu, itulah yang di rasakan Raffa sekarang. Ia bangkit, tangan mungil nya mengambil satu persatu uang recehan yang ia dapat.
Kaki nya kembali menelusuri trotoar, saat ini ia sangat kelaparan, ia harus bagaimana?
"Laffa lapel, kalo Laffa pulang bibi pasti malah. Laffa gak belani"
Raffa terus berjalan, tangan kanan nya memegang perut nya yang terasa sakit, sedangkan tangan kiri nya memegang uang recehan yang ia dapat tadi.
"Aduh pelut Laffa sakit"
Raffa berhenti di depan supermarket, mendudukkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Belum lagi perut nya yang terasa semakin sakit, Raffa melipat tangan nya di atas meja kemudian menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangan nya.
Raffa menangis dalam diam, tanpa mengeluarkan isakan.
Jika bisa, ia ingin ikut dengan kedua orang tua nya yang saat ini sedang berada di surga.
* * *
Rasya Oleander Miller, putra bungsu keluarga Miller. Memiliki ketampanan di atas rata-rata, berbanding terbalik dengan sifat nya yang kejam, menyiksa tanpa ampun, tak punya belas kasihan serta terkenal dingin. Namun, jika mengganggu milik nya, sama saja mengantarkan nyawa ke sang pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARRAFFA | Selesai |
General Fiction[ Belum revisi! ] Arraffa Pratama, remaja yang berusia 13 tahun ini hidup dalam ruang lingkup yang cukup menyedihkan. bukan, bukan karena kekurangan ekonomi. melainkan perilaku yang dia dapat dari dua orang yang mengasuhnya saat ini, paman dan bibin...