Hari raya hendaknya membawa sukacita bagi yang merayakannya. Hari ini juga menjadi kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang terkasih dengan hadiah atau sekedar perbuatan nyata. Seperti menjadi ada untuknya.
Seperti yang dilakukan Gerald Tanjaya. Melakukan kebiasaan yang baru dia lakukan selama empat tahun belakangan. Dengan kedok ingin mengunjungi nenek dari sisi ibunya yang merupakan orang asli Kota Mentaya, Gerald bisa lebih dekat dengan tujuan sebenarnya.
Rumah bermaterial dasar kayu, yang dibangun tepat di pinggir sungai Mentaya untuk menunjang pekerjaan turun temurun keluarga si wanita. Rumah yang dilengkapi ornamen Natal lengkap dengan background music ceria khas perayaan ini, Santa Claus is Coming to Town.
Rumah Kaileen Petra Saad.
Gerald hari ini tidak datang dengan tangan kosong. Hari ini, santa-nya adalah Gerald. Ia membawa sebuah hadiah yang telah dibungkus dengan kertas kado bernuansa Natal, dengan warna dasar merah lengkap dengan ornamennya yang berwarna hijau. Masih terbungkus dengan kresek putih. Supaya terlihat tidak dipersiapkan khusus. Supaya tidak ada perasaan tidak enak muncul dihati Kaileen.
"Nyoh." Gerald menyodorkan kresek putih itu kepada Kaileen.
"Oh. Thank you abang Gege, abang aku yang paling ganteng se-Indonesia Rayaa."
Kaileen menerima kadonya dengan sedikit kaget. Rasanya ia tidak meminta barang khusus kepada Gerald. Bagi Kaileen, semua perlakuan Gerald membuatnya merasa memiliki kakak laki-laki. Sosok yang tidak pernah dia miliki mengingat semua saudara Kailen adalah perempuan. Memang ada saudara sepupu laki-laki, tapi usianya terpaut jauh sehingga tidak sedekat ini.
Tahun lalu Gerald mengomel karena permintaan khusus Kaileen yang mendadak ia minta satu minggu sebelum Natal. Ia meminta kalimba sebagai kadonya. Darimana lagi dia dapat ide seperti itu kalau bukan dari media sosial. Background music khas Hogwarts dengan suara yang terdengar manis sekaligus magis berasal dari alat musik itu.
Waktu yang terlalu mepet membuat Gerald mendecak dan menolak mentah-mentah permintaan Kaileen.
'Mahal nyet.'
Alasan sembarang Gerald kala itu. Alasan sebenarnya tentu Gerald tidak mau memberikan barang abal-abal pada Kaileen.
Satu, gengsi karena mereka sama-sama hobi bermusik. Dia sudah bisa membayangkan spam chat Kaileen yang akan protes karena memberikannya alat musik tidak berkualitas. Dua, Kaileen itu spesial. Dia tidak mau mengecewakan Kaileen. Dia ingin melihat raut bahagia Kaileen saat membuka kadonya.
Meskipun ternyata orang yang dimaksud tidak berniat untuk langsung membukanya. Bibir itu tersenyum singkat berusaha menghargai Gerald.
Kaileen biasanya lebih banyak tersenyum dan tertawa menanggapi candaan receh dari teman-temannya tapi tidak hari ini. Bibirnya bisa direkayasa, tapi sorot matanya tidak bisa membohongi Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendung Tidak Berarti Hujan
General FictionSiapa sangka takdir membawamu bertemu dengannya? Seseorang yang menjungkirbalikkan duniamu. Yang membuatmu bertanya-tanya apakah kehadirannya merupakan sebuah kutukan atau sebuah berkat. Karena kehadirannya mendatangkan kumulus awan hitam kedalam hi...