Matahari menampakkan eksistensinya di cakrawala. Sinarnya menerobos masuk melalui celah tirai putih sebuah kamar di rumah sakit. Ruangan yang dijaga dua unit pihak kepolisian yang menjaga si mafia kelas kakap tersebut.
Jeonghan mengerenyitkan matanya, sebab sinar matahari yang menyalang. Sahutan suara alat medis menjadi irama memuakkan di telinga. Kemudian, Jeonghan membuka matanya alih-alih mengumpulkan kesadarannya.
"Akhirnya kau bangun juga, Jeonghan. Ku kira kau akan tidur selamanya," suara bariton yang menyapa dirinya barusan membuat empunya mendengus kesal. Jung Jaehyun, si kepala kepolisian Kota Anyang. Pria itu yang menemukan Jeonghan tak sadarkan diri di tengah jalan ibukota. Kemudian, membawa Jeonghan ke rumah sakit supaya mendapat perawatan intensif.
Jaehyun berdiri dari duduknya, berjalan mendekati Jeonghan yang terbaring di brankar. "Jeonghan.. Jeonghan, kau ini terlalu disegani banyak orang sebab gelar mu sebagai impostor di kota. Tapi, nyatanya ckck sangat lemah." Jaehyun tergelak setelah melontarkan sepenggal penghinaan terhadap Jeonghan.
Jeonghan hanya diam, rahang bawahnya mulai mengeras. Tidak ada yang tahu bahwa tangan Jeonghan dengan perlahan mencuri pistol yang diletakkan saku celana milik Jaehyun.
"Apa tujuanmu kemari?" tanya Jeonghan dingin.
"Aku kesini? Hanya ingin menyaksikan akhir hayatmu," cela Jaehyun.
Jaehyun masih tergelak. Lalu, ia meninggalkan Jeonghan dan digantikan dengan polisi lainnya untuk menjaga mafia tersebut. Jeonghan merasa tenang, karena dirinya membawa senjata yang bisa digunakan kapanpun ketika terancam. Manik legam Jeonghan melirik kearah polisi muda, yang tak lain ialah teman seperjuangan Jaehyun, Jeon Jungkook.
Aparat itu membaca koran dan menghisap rokoknya, sesekali ia memeriksa gerak-gerik Jeonghan. Namun, Jeonghan sadar bila ia tengah diawasi. Bagaimanapun Jeonghan tetaplah Jeonghan, jangan lupakan hal itu.
"Bisa membantuku sebentar?"
"Apa?"
"Aku ingin ke toilet." Jeonghan bersyukur, Polisi Jeon sama sekali tidak menaruh kecurigaan terhadap Jeonghan, jadi ada peluang besar untuk melanjutkan aksi kotornya. Mafia itu dipapah oleh Jungkook. Dengan gerakan secepat kilat, Jeonghan membalikkan tubuh lawannya lalu memiting batang lehernya. Senyum kemenangan tergores di bibir Jeonghan, tangannya mengambil pistol dari saku kemudian, ditodongkan kearah pelipis Jungkook.
"Ada yang ingin kau katakan, Pak Polisi?" tanya Jeonghan dengan nada mengolok. Belum sempat musuhnya berkata, Jeonghan langsung menarik pelatuk pistol. Darah segar mengalir deras dari pelipis Jeon Jungkook. Percikkan darah mengenai hampir seluruh wajah Jeonghan sebagai bukti nyata. Ia membiarkan jenazah aparat itu terkapar di sana. Jeonghan membersihkan darah dari wajahnya dan kabur melalui jendela.
"Selamat tinggal! Jangan bersedih sebentar lagi akan ada yang menolongmu."
Dari luar sudah terdengar suara helikopter. Ya, anak buah Jeonghan yang melakukannya. Mafia itu mengambil ancang-ancang kemudian, melompat ke dalam helikopter dan terbang meninggalkan gedung rumah sakit.
Jaehyun yang sadar tawanannya kabur, ia berlari kearah ruang rawat Jeonghan. Terkejut, reaksi pertama yang muncul pada air mukanya. Bagaimana tidak? Melihat jenazah bawahannya terkapar bersimpuh darah di bagian kepala. Beberapa perawat dan dokter menghampiri tempat kejadian perkara. Jaehyun menggeram sesaat, saat sepasang matanya menemui pistol miliknya yang juga terkena darah Jeon Jungkook.
"Tolong urus jenazahnya, aku akan kembali!" perintah Kepala Jung terhadap perangkat rumah sakit sebelum berlari meniggalkan tempat insiden kejadian.
Jaehyun tiba di lift, di dalam sana ia menelepon seseorang. "Halo, Jeonghan berhasil kabur dan aku akan berusaha mengejarnya. Sebab sudah kutempel chip pengintai di tengkuknya."
YOU ARE READING
BAD CLUE ; allegiance | SEVENTEEN
Misterio / SuspensoKetika kesetiaan terhadap tugas adalah awal dari kehancuran yang sebenarnya. Sama-sama hidup dibawah tekanan, kejahatan bukan lagi hal tabu. Menghadirkan suatu peperangan antara pihak kepolisian dengan penjahat yang diwakili oleh Jeon Wonwoo dan Yoo...