Cintanya

21 3 4
                                    

"jangakan kau tolak dan buat ku hancur

Ku tak akan mengulang tuk meminta

Satu keyakinan hatiku ini

Akulah yang terbaik untukmu"

Yovie & Nuno - Janji Suci





**

Awal bulan oktober, musim hujan turun. Seorang gadis remaja berseragam sekolah putih abu - abu, tergesa - gesa melarikan diri dari deras nya air hujan. Berbekal kaki panjang nya, berlari cepat sambil mencari tempat berteduh, mata nya menangkap warung yang sudah tutup dan hanya terdapat bangku panjang. Tak ingin berdebat dengan fikiran nya, sang gadis tersebut bergegas dan menepuk jaket jeans milik abang nya. Merasa bersalah dan cemas karena jaket tersebut basah, berdoa agar sang abang tidak mengomelin dirinya.

"mampus gua jaket bang janu basah lagi"

Menepuk pundak nya terkena basah, walaupun dilakukan nya percuma. Karena jaket tersebut tidak akan kering seperti semula. Sang gadis mendengus kesal, hari ini adalah hari tersial bagi nya. Sewaktu jam siang, mata pelajaran fisika dimulai. Ia lupa membawa tugas rumah, dan alhasil ia dihukum berdiri tengah lapangan ,berhadapan langsung dengan terik panas matahari menghafal rumus - rumus menyebalkan tersebut. tidak selesai nasib sial nya, ia melupakan uang saku yang mana merupakan hal yang penting dalam hidup nya. Mencari - cari disetiap saku baju dan jaket. Merasa frustasi, mengingat uang saku nya terselip di jaket hoodie milik adik laki - laki bungsu nya. Dan sekarang ia terjebak hujan dengan jaket dan seragam yang basah. Ingin rasa nya meneriak sekecang nya, dan terjun melompat dari tebing tinggi, melupakan hari yang tersial bagi nya. mengingat hal itu terasa kepala ingin pecah. Tenggorokan terasa kering, beruntung ia berbekal botol air minum. Mendengus melihat sisa air hanya setengah. mata nya menatap laki - laki remaja seumur dengan diri nya. berlari ke arah nya, duduk sebangku dengan sang gadis. Tidak menyadari ada seorang sebelah nya, sang gadis menatap lekat ke arah laki laki yang baru saja datang.

"Wow alis nya camar" gumam sang gadis, membuat remaja laki - laki menoleh, terkejut ada seorang perempuan sebaya duduk sebangku dengan nya. tak menyadari hawa keberadaan sang gadis.

"Eh sorry gua gak nyadar ada lu disini" menggaruk kepala tak gatal, merasa bersalah. sang gadis bergeleng, terkekeh kecil

"Santuy aja. Udah biasa kok, gue sering diginiin. kata orang, hawa keberadaan gue tipis banget"

Tertawa kecil mendengar sedikit lelucon. Bersyukur karena sang gadis tidak merasa tersingung

"Dan gue juga minta maaf karena berkomentar alis lo" Dia meringis, merasa bersalah karena asal berkomentar alis orang yang baru ia temui. Ia tak akan melakukan alis shaming. Mendengar penyesalan sang gadis, tertawa kecil berfikir bahwa sang gadis tersebut terlihat lucu.

"Santuy aja. Udah biasa kok, gua sering diginiin. Kata orang, alis gua emang terlihat camar"

"Eh itu kan kata - kata gue"

Berpandangan satu sama lain lama lalu tertawa kencang mendengar lelucon yang dibuat mereka. Entah mengapa suasana mereka yang awal nya canggung malah menjadi hangat setelah mereka membuat lelucon padahal baru bertemu.

Menitik air mata akibat tertawa "btw kenalin nama gua Ranu Laksana Putra. Panggil gua Ranu. MIPA A-1, kalau lu?"

"Asya Cahaya Ardahana, panggilan gue Asya. Gue dari MIPA B-1"

"Ternyata tetangga, kok gua jarang liat lu" Mata nya menyipit, berfikir keras karena ada 1 orang yang ia tidak kenal. Padahal Ranu mengenal anak - anak 1 jurusan nya. Melihat Ranu berfikir keras, Asya tertawa kecil

"Kan gue udah bilang, kalau hawa keberadaan gue itu tipis banget. Kek setipis tisu" dramatis menekan kalimat terakhir. Ranu tertawa lagi

"Oke oke, gua mengerti. Ternyata gak hanya hawa keberadaan lu tipis. Tapi lu asik juga" mendengar pujian langsung dari Ranu membuat Asya tersenyum lebar.

"Makasih loh atas pujian gratis nya" tertawa bersama, menghiraukan suara air hujan bahkan tidak merasa kan hawa dingin nya hujan. Ya, karena suasana mereka ciptakan begitu hangat dan nyaman. Asya tidak menduga bahwa bisa begitu dekat dengan orang yang baru ia temui. Karena, Asya sulit dekat dan terbuka dengan teman kelas nya bahkan dengan orang asing. Dia tersenyum simpul, tak menyangka mengeluarkan lelucon. Bahkan menurut dia garing, tetapi laki - laki dihadapan nya ini menerima lelucon Asya. Membuat pipi nya terasa hangat.

"jaket dan seragam lu basah, gak papa? Mau gua pinjamin jaket gua?" suara khawatir Ranu membuat lamunan Asya melembur. Terkekeh kecil, bergeleng tanda menolak halus.

"Gak papa kok, gue fine aja. Baju gue gak seluruh nya basah" merematkan lengan basah jaket jeans milik abang nya.

"Enggak. Lu gak kelihatan fine, lihat lu mengigil kecil gitu" Memaksa keras, bergegas cepat mengambil jaket yang ia simpan dalam tas milik nya. Ranu bersyukur ternyata jaket nya tidak ikut basah walaupun tas nya hampir setengah terkena air hujan. Memasang cepat jaket dipundak Asya, Menjaga agar Asya tidak terkena demam akibat air hujan. Asya merasakan pipi nya hangat lagi, menerima prilaku tiba - tiba dari Ranu.

"Bagaimana dengan lo Ran? lo lebih parah dari gue" Asya mendengus kesal, padahal kondisi Ranu lebih parah dari dirinya. Lihat, dari rambut sampai celana Ranu basah parah. Ranu terkekeh kecil melihat Asya mendengus hidung nya.

"Gua gak papa. Udah tahan beginian. Lagian gua gak tega liat orang kegigilan kek lu"

Asya mendengus kecil lagi " kan ada jaket gua sendiri, lagian gak terlalu basah, gak mengigil banget"

Ranu terkejut melihat jaket yang dikenakan oleh Asya, ternyata Jaket jeans laki - laki.

"itu jaket milik pacar lu?" Ranu menepuk bibir nya, merasa lancang menanyakan urusan orang lain. Asya tertawa kencang melihat Ranu terkejut atas prilaku nya. mendengus geli membayangkan. ia mendapat pacar seperti abang nya. Cerewet dan pemarahan, lebih parah suka mengatur.

"Ini milik abang gue yang kedua, gue pinjam tanpa bilang sih" Tertawa canggung, mengempas fikiran membayangkan dirinya diomelin habis - habisan karena asal mengambil jaket padahal sang milik tidak tau. Mendengar Asya memiliki saudara, apalagi saudara laki - laki. Membuat Ranu antusias.

"lu punya abang ternyata. Berapa saudara lu?" Matanya berbinar. Mengerut kening nya, baru pertama kali nya Asya menemukan orang yang begitu antusias mendengar kisah sauadara nya.

"Err.... Gue punya saudara laki - laki 4 dan gue anak ke - 4"
Setelah mendengar tersebut membuat Ranu tambah antusias. Bahkan mata nya lebih menyala.

"Enak ya lu. Lu banyak saudara sedangkan gua sendiri anak tunggal" menundukan kepala, Ranu tersenyum kecut. Merasa iri kepada Asya memiliki saudara. Berfikir pasti menyenangkan mempunyai saudara. Melihat Ranu tersedih, membuat Asya iba, walaupun saudara laki - laki nya menyebalkan tapi Asya tidak bohong memiliki saudara membuat Asya bahagia dan tidak merasa kesepian. Mendekat dan mengelus pundak Ranu. Asya tersenyum lebar

"kalau begitu lo mau gak dengar kisah abang - abang gue?" setidaknya menceritakan kisah Asya, ia berharap bisa mengurangi kesedihan Ranu. Mendengar hal itu membuat Ranu merasa antusias kembali. Tersenyum, mengangguk kencang sampai ujung rambut nya terikut goyang.

Asya tersenyum lebar. Ranu kembali jadi riang dan tidak merasa sedih. Entah mengapa dalam lubuk hati Asya, ia merasa terikut arus bersama Ranu. Menceritakan kisah hidup bersama suadara laki - laki nya dan mendengar kan cerita dan keluh kesah dari Ranu. Tertawa, bahagia, marah dan sedih menjadi pelengkap dalam cerita mereka. Mengabaikan hujan dan dingin nya. suasana hangat dan nyaman tetap bersama dengan alunan cerita mereka. Asya bersyukur bisa bertemu dengan Ranu, karena ia merasa kembali menjadi seperti dirinya. Karena Ranu, Asya membuka diri nya. Karena Ranu, Asya pertama kali nya bercerita tentang diri nya.

Karena Ranu, Asya pertama kali nya mendapat Laksana cinta nya.

LAKSANA SURGAKU [MARK LEE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang