🌸 🌸
Deg deg deg
Jatung berdetak cepat tidak seperti biasa nya. Berjalan kaki dengan jaket Ranu, orang asing yang baru ia temui menjadi teman baru nya hari ini. Sepanjang jalan, jantung nya tidak bisa diajak kerja sama bahkan ia sudah menarik napas pelan - pelan lalu membuang nya seperti ajaran bunda. Asya berfikir, sepertinya dia akan mendapat penyakit jantung. Padahal dalam riwayat kesehatan keluarganya, tidak ada satupun anggota keluarga mempunyai riwayat penyakit jantung.
Asya menghela napas. terkekeh konyol mengetahui dirinya berfikir yang sangat tidak masuk akal. Seperti Nanda, adik bungsu nya. Sepulang sekolah menangis kencang sebab di dada nya merasa akan meledak.
"hweee.......... dada Nanda merasa sesak mau meledak. enggak enak"
Alhasil seluruh penghuni rumah panik mengetahui yang dirasakan oleh Nanda. Bahkan tangisan itu tak kunjung terhenti. Rencana kencan Janu pun terhenti karena mendapat panggilan dari Asya sambil menangis terisak - isak. Elang pulang dari kampus pun kaget melihat kondisi penghuni rumah yang terbilang sangat kacau. Ilham tercengah sehabis pulang dari sekolah seusai tawuran.
"Dedek kok bisa sesak dada nya As?" ucap Elang sambil memijat pelan disekitar dada adik laki- laki bungsu nya tersebut.
Asya bergeleng pelan, sehabis pulang Asya mendapat telpon dari sekolah Nanda, bahwa adik nya menangis kencang merasakan dada nya sesak, beruntung ia pulang cepat dikarenakan pihak sekolah mengadakan rapat dadakan. Dengan secepat kilat, Asya membawa motor milik Ilham yang beruntung nya si pemilik tidak memakai dikarenakan nebeng sama sohib, beralasan hemat bensin.
kegaduhan tak kujung selesai seiring jeritan tangis Nanda, Ilham dan Asya yang bertugas menenangkan sang adik, Elang berjalan tergesa - gesa, keluar - masuk dari kamar Nanda ke kamar tamu menyiapkan keperluan jika harus menginap , Sedangkan Janu sendiri memanaskan mobil dan mengendong sang adik sambil menenteng tas dengan tangan sebelah.
"Jaga rumah ya Asy. Mas berangkat dulu. Nanti Mas telpon kalau ada apa - apa. Assalamualaikum" Pesan Elang bergegas masuk dalam mobil. Asya terdiam sambil menatap seiring kendaraan yang ditumpangi oleh saudara nya menghilang perlahan - lahan.
Mereka memutuskan masuk kedalam. Asya duduk sofa sambil menggigit kuku, raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Menggenggam erat headphone miliknya, menunggu kabar dari Elang. Ilham masuk sambil menggosok haduk dikepala nya, terlihat ia telah selesai mandi. Ilham mengerut melihat Asya yang sangat gelisah.
"kenapa lu?"
"huh?" suara Ilham telah meleburkan lamunannya. menengadah kepala, menatap ke arah Ilham mengerut muka. terlihat sangat konyol
"lagi - lagi lu gigit kuku" tunjuk Ilham ke arah jari Asya yang sudah berdarah. sang empu sepertinya tidak menyadari.
"Lihat kan, kuku lu berdarah" Meringis melihat jari Asya dan berjalan diri ke lemari, mengambil kotak pertolongan pertama.
"Lain kali jangan menyakiti diri sendiri..." menekan pelan kapas diatas luka sang adik, berharap tidak merasakan sakit "Ingat dek, semuanya akan baik - baik aja, percayalah dan berharap kepada yang diatas" menatap Asya lembut, berharap membawa sang adik dalam ketenangan.
Asya mengangguk pelan, merasa aneh dan kagum dengan ketenangan Ilham. tidak seperti biasanya selalu onar dan barbar.
Terdengar suara dering handphone, miliknya. Asya mengambil dalam saku hoodie. menatap layar handphone bertulisan 'Mas Bimoli' lalu menekan warna hijau yang tersambung disana.