Rosie dengan sigapnya berlari menuju rumahnya dan membuka pintunya dengan keras lalu berkata "Kalian gapapa kan?!". ibu Rosie yang sedang membaca buku, ayahnya yang sedang menonton TV dan adiknya yang sedang tertidur terkejut dengan suara teriakan Rosie.
"Lo ngapain teriak malem-malem!" balas Hugo dengan teriakan lagi. Ibunya yang sedang membaca buku pun menurunkan bukunya lalu berkata "Ada apa Rosie? udah malem jangan teriak-teriak". Rosie merasa lega melihat keluarganya baik-baik saja dan Rosie pun sedikit kesal dengan adiknya.
"Tadi ada aura aneh dari rumah ini" setelah tenang Rosie pun memberi tahu pada keluarganya tantang apa yang dia rasakan tadi.
Ayah Rosie yang awalnya tenang sekarang menjadi panik karena kalimat yang Rosie ucapkan. "Apa yang kamu rasakan Rosie?". "Auranya bikin merinding, mual, dan gelap" jelas Rosie dengan singkat. Lalu adiknya yang terdiam tiba-tiba membuka suara " Vampire".
Ini sudah jadi rahasia umum bagi para kaum Tycheros, bahwa para Vampire sangat tidak suka dengan kaum Tycheros. Mereka hanya iri dengan kempampuan para Tycheros.
Dengan sigap ayah Rosie dan adiknya Hugo bersiap-siap untuk pergi. Dengan polosnya Rosie bertanya "Mau kemana?", lalu ayahnya menjawab dengan sangat singkat "Kakek kamu".
Hanya dengan 2 kata yang dikeluarkan dari ayahnya membuat Rosie dan ibunya terkejut dan segera mengikuti ayahnya yang sedang menyalakan mobil, untuk pergi kerumah kakeknya yang hanya 10 menit dari rumahnya.
"Teleportasi aja" akhirnya ibunya membuka suara setelah terlalu terkejut. Saat itu juga keluarga Rosie saling berpegangan tangan dan melakukan teleportasi menuju rumah kakeknya. Cahaya ungu mengelilingi tubuh Rosie dan keluarganya, kaki mereka sedikit melayang dari tanah, lalu menghilang.
"Hooeek" begitu sampai, Hugo langsung mengeluarkan isi perutnya. Ini hal yang wajar untuk orang-orang yang tidak terbiasa dengan teleportasi. Rosie pun sama tapi tidak separah Hugo yang sampai muntah, Rosie hanya sedikit pusing.
"Ayo cari kakek" ayahnya berlari menuju basement di ikuti dengan ibunya. "Terus kita kemana?" tanya Rosie kepada Hugo yang sedang mencoba menyadarkan diri. "Cari aja dulu di lantai ini" jawab Hugo.
Hugo dan Rosie pun mencari kakeknya di lantai 1. Sudah 30 menit berlalu, mereka mencari di lantai 1. Tapi hasilnya nihil.
Lalu Hugo pun menyadari sebuah kejanggalan. "Tunggu" Hugo sembari menahan Rosie yang ingin berjalan lebih dulu. "Apa?" Rosie membalas dengan wajah malasnya.
"Kakek gak pernah minum wine lagi, tapi kenapa ada gelas wine bekas disini?" Hugo menjelaskan sembari menunjuk gelas wine yang berada di meja makan depan mereka.
Menurut merka gelas wine itu lebih mencurigakan dibandingkan dengan keadaan rumah yang sangat sepi.
Rosie pun mendekati meja makan itu dan melihat gelasnya dan dia tersadar "Ini bukan wine". sebelum Rosie melanjutkan kalimatnya, dia mengakat gelasnya dan melihat lebih jelas isi gelasnya. "Ini darah" lanjutnya.
Hugo mendengar kalimat itu langsung berlari dengan sangat cepat, bahkan lebih cepat daripada kilat sehingga membuat Rosie tidak bisa melihatnya. "Hugo!" teriak Rosie yang sedang berjalan dengan lambat.
"Rosie! Kakek gak ada di basement!" ayahnya berteriak dari basement. Tanpa pikir panjang Rosie pun segera menyusul Hugo.
Saat Rosie sampai, Rosie melihat Hugo yang sedang berdiri di depan kamar kakeknya dengan pintu yang terbuka. Mau tidak mau, Rosie pun harus melihat kamar kakeknya.
Dia terkejut dan masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Melihat kakeknya bersimbah darah di kasurnya sendiri, membuat dunia Rosie menjadi gelap. Kakinya tidak bisa menopang dirinya sendiri, dia berjalan dengan perlahan menuju kasur kakeknya. Lalu berbisik "Kakek bangun" sembari menggoyangkan badan kakenya yang sudah dingin perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camofluge : Where The Lies Become Reality
FantasíaKami bukan werewolf yang berubah menjadi serigala maupun vampir yang berubah menjadi kelelawar. Apalagi penyihir yang bisa dengan leluasa menggunakan sihirnya. Bisa di bilang kami mirip dengan werewolf yang berubah menjadi serigala, vampir yang ber...