SATU

9 2 2
                                    

Cerita yang dibuat seorang Author ibaratnya seperti seorang manusia. Mereka butuh dukungan dari orang-orang sekitarnya. Dukungan berupa Vote dan komen dari kamu merupakan asupan vitamin dan gizi yang sangat dibutuhkan. Makanya jangan pernah pelit untuk memberi dukungan pada Author sebuah cerita.

Hargailah para Author ini dengan cukup mengklik tanda bintang, syukur alhamdulillah kalau kalian juga komen dan follow akunnya. Ok?

Happy Reading

💀💀💀

Jerman, hari ini.

Sebuah mobil cabrio tua berwarna hijau pekat membelah jalanan di tengah hutan yang sudah diselimuti gelapnya malam. Pohon-pohon ek tua di sepanjang jalan bergoyang ketika hembusan angin dari sebelah timur berhembus kencang. Beberapa mahkluk malam menerobos melintas saat lampu mobil menyoroti jalan kecil berkerikil. Nampak seekor rusa mendongakkan kepala dan menatap tajam dari balik rimbunnya ilalang, memperhatikan lalu hilang di balik pekatnya malam. Siluet-siluet bayangan pohon ek terlihat bak raksasa yang siap membekap kesunyian dengan rangkulan maut. Temaram bias sinar rembulan menerobos masuk diantara daun-daun yang bergemerisik seakan ingin lepas dari suasana malam yang sepi nan suram.

Yesterday
All my troubles seemed so far away
Now it looks as though they're here to stay
Oh, I believe in yesterday

Suddenly
I'm not half the man I used to be
There's a shadow hanging over me
Oh, yesterday came suddenly

Musik The Beatles mengalun perlahan dari radio mobil mengurangi kesunyian yang sedari tadi membalut seorang gadis berambut pirang di belakang kemudi. Rambut panjang keemasannya berkibar-kibar tertiup angin malam. Nina Brooke, gadis 25 tahun itu bersenandung kecil menirukan lirik-lirik yang dilantunkan John Lennon dan kawan-kawan. Perasaan bahagia membungkus gadis yang mengenakan kaus t-shirt putih dengan celana jeans itu. Belum pernah Nina merasakan kebebasan seperti ini. Udara malam yang segar, suara-suara hewan malam yang sekilas menyapa telinga dan gemerisik dedaunan yang seakan menyambut kedatangannya serta alunan musik favoritnya yang berkumandang, sebuah paduan indah yang memberi sensasi tersendiri untuknya.

"FREIHEIIIT ... ICH KOMMEEE!" (Kebebasan ... aku datang) teriak Nina sambil mengacungkan botol bir Heineken yang tinggal separuh isinya sambil menekan pedal gas. Cabrio hijau pekat itu melaju kencang melebihi kecepatan rata-rata. Nina tak perduli, yang ada dalam hatinya saat ini adalah kebebasan dirinya. Bebas dari segala yang mengungkung perasaannya selama ini. Bebas dari masalah yang bertahun-tahun menderanya. Bebas sebebas-bebasnya bagai seekor burung yang baru lepas dari sangkar.

"WHOOAA ... YEAAAH!" Sekali lagi gadis itu mengacungkan botol bir dan meneguknya dalam sekali tenggak. Wajahnya yang memerah karena alkohol terlihat tak sepadan dengan kulit pucat dan badan kurusnya. Lingkaran mata hitam dan beberapa jerawat di muka menandakan kalau Nina sepertinya kurang tidur atau bahkan tidak suka melakukan perawatan meski sebenarnya ia mempunyai wajah yang cukup cantik. Netra biru gadis itu adalah satu-satunya anggota badan yang terlihat indah.

Nina memelankan laju mobil saat ia berada di sebuah persimpangan jalan. Gadis itu lantas menghentikan mobil, mengambil tas kulit bermerk dari jok belakang lalu tersenyum miring memikirkan sesuatu. Sejurus kemudian Nina membuka tas itu, mengambil sesuatu, secarik kertas dan sebuah kartu nama. Nina meletakkan kembali kartu nama itu lalu membaca tulisan yang tertera di kertas .... sebuah alamat, alamat yang harus ditujunya malam ini. Mata biru itu melirik jam mobil, pukul sebelas malam lebih sedikit. 

Nina menyalakan lagi mobilnya, menyorot persimpangan jalan di depannya. Sebelah kiri jalan dengan pohon-pohon yang rimbun tanpa penerangan, sebelah kanan sepertinya menuju ke arah kota karena  ada plang kayu yang terlihat kusam dimakan usia dengan tulisan "Babelsberg Zentrum". Nina membaca lagi tulisan itu lalu mengarahkan mobilnya ke arah kiri menyusuri jalan sepi dengan deretan pohon-pohon raksasa.

Kesunyian kembali mendera, hanya suara mobil tuanya yang menggema. Nina memutar-mutar tombol radio mobil, namun tak tak ada satu pun frekuensi radio yang tertangkap. Membuang napas pasrah, Nina menyugar rambut panjangnya lalu menyibakkan ke sebelah kiri. Saat kepalanya mendongak Nina melihat sesuatu  berkelebat diantara pohon-pohon yang berbaris di pinggir jalan. Bayangan besar itu melintas di atas kepalanya lalu hinggap di pucuk salah satu pohon. Nina mendelik, mengucek-ucek kedua mata lalu mencubit kulit tangannya. Dia tak salah lihat. Ada sesuatu bayangan hitam besar saat ini bertengger di salah satu pohon. Sesuatu yang pasti amat mengerikan. Nina menangkap hawa itu. Bulu kuduknya tiba-tiba langsung berdiri. Serta merta Nina menancap gas mobil sambil sesekali mendongak menoleh ke atas.

"Scheiße!" (Bangsat) Nina memekik saat makhluk itu mengepakkan sayap, melambung ke udara dan melayang mengarah ke mobil. Gadis berambut pirang itu gemetaran, meraba-raba jok mobil lalu menemukan botol bir lain. Dengan sekali hentakan, Nina melemparkan botol itu ke arah makhluk hitam besar di belakang mobilnya. Lemparannya hanya mengenai udara kosong. Botol bir itu hancur berdebam di jalan.

AAARGGHHH!

Nina menjerit saat makhluk itu terbang melewati atas kepala lalu menghilang di kegelapan malam. Beberapa kali Nina menghela napas mencoba untuk menenangkan diri. Perlahan gadis itu kembali menyetir mobilnya ke arah alamat yang tertera di secarik kertas.

💀💀💀

Setelah melewati sebuah hutan ilalang, Nina memelankan laju mobil saat melihat sebuah pagar besi sebuah rumah tua yang sangat besar. Pagar itu tak terkunci saat Nina menarik salah satu gerbang dan membiarkan mobilnya masuk ke pekarangan luas rumah itu. Setelah memarkir kendaraan, Nina bergegas keluar pintu mobil sambil menyangklong tas kecilnya.  Gadis itu berdiri menatap tajam rumah dihadapannya. Rumah tua dengan gaya Victoria yang sangat besar dengan pekarangan yang luas. Nina belum bisa memastikan apa yang ada di pekarangan yang luas itu, karena kabut yang turun dari bukit belakang rumah menyelimuti. Rumah itu memang terletak di bawah kaki bukit sehingga dari atas sini Nina bisa melihat kerlap-kerlip lampu kota yang ada jauh di bawah sana.

Nina lalu berjalan pelan mendekat, memperhatikan rumah itu lebih seksama. Seperti seekor semut yang berdiri dihadapan seekor gajah, Nina meneliti sambil memicingkan mata. Rumah dengan gaya yang satu ini dibangun pada tahun 1800an bertepatan dengan masa kerajaan Ratu Victoria. Arsitektur victorian menjadi salah satu yang paling populer dari abad ke-19 sampai dengan awal dekade abad ke-20. Rumah victorian memiliki ciri khas yang menggabungkan antara gaya desain kontemporer-modern dan desain tradisional. Hal ini membuat rumah bergaya victorian sesuai dengan konsep desain rumah dari segala zaman. Gaya ini muncul akibat pengaruh dari perkembangan teknologi. Besi dan baja merupakan komponen baru yang dimasukkan ke dalam konstruksi bangunan. Salah satu ciri khas yang mencolok dari bangunan di era ini adalah penggunaan bata sebagai bahan bangunan utama karena jumlahnya yang diproduksi secara masal dan harganya yang relatif murah. 

Benar saja saat Nina meraba dinding tembok rumah, bata-bata yang dibangun sedemikian rupa hingga tercipta sebuah dinding elok yang sepertinya akan lebih terlihat cantik jika ada penerangan cukup dari luar sini. Nina lalu melangkah mundur beberapa langkah, menatap rumah itu lagi beberapa saat.

"Sepertinya aku bakalan betah tinggal di sini," katanya pada diri sendiri lalu tersenyum kecil. Gadis itu akan melangkah saat ujung matanya menangkap sebuah sosok yang berdiri di balik tembok rumah beberapa meter dari tempatnya berdiri. Seorang wanita tua dengan muka rusak, rambut yang awut-awutan dan memakai pakaian putih menyeringai jahat mengantarkan aroma kematian.

"Tidak! Ini cuma khayalanku saja!"

Nina segera bergegas lari menuju pintu dan menggedornya dengan dada yang berdegup kencang. Tubuhnya seperti mau luruh saja. Belum pernah ia mengalami kejadian-kejadian aneh seperti ini. Dalam satu malam saja ia sudah diburu oleh rasa ketakutan yang amat sangat. Ia masih saja menggedor pintu dengan sekuat tenaga saat tiba-tiba pintu itu terbuka. Nina sepertinya mau pingsan melihat wanita yang dilihatnya barusan sudah berdiri di ambang pintu dengan muka hancur.

"Selamat datang, Nina."

AAAARRGGHHH!

💀💀💀

Tbc

Das HausWo Geschichten leben. Entdecke jetzt