Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Detik jam berputar pelan, hawa dingin berpendar mengelilinginya. Perlahan tubuhnya luruh. Dalam kesunyian tangisnya terdengar samar, pikirannya berputar.
Mengakhiri adalah keputusan terakhirnya, mencoba bertahan pun terasa tak berguna.
Tatapannya terkunci pada sekotak berisi perpaduan nikotin, pikirnya kalut merasa belum siap akan kata perpisahan meski mengakhiri adalah keputusannya.
Dalam putar lintas balik waktu kenangannya dengan laki-laki bersurai gelap itu melintas tanpa permisi. Bagaimana tawa beradu menjemput malam, setiap detik yang terasa berlalu cepat.
Di beranda yang ia duduki sekarang seharusnya gestur tegap berdiri membelakanginya mengisap kandungan nikotin serupa di genggamannya.
Berapa kali ia mengatakan bahwa ia tak tahan dengan asap yang melebur keluar dari nyala api batangan itu, berapa kali ia melarang sang pemilik hati saat itu untuk tidak mencoba-coba hal yang tidak biasa ia lakukan.
"Hanya kali ini, janji."
Dengan senyum kecil serta usapan pada kepalanya dalam sepersekian detik meluluhkan, berdalih hanya satu kali, lalu pergi keluar meleburkan asap beracun bersama udara luar.
Dalam diam ia tak beranjak, tak menyadari sang lelaki yang kini tak lagi berada di sisinya.
"Kita akhiri saja ya?"
Kalimat yang terucap jelas dari bibirnya kala itu kini malah menjadi penyesalan besar untuknya, tidak ada lagi Tetsurou yang tertawa bersamanya, tidak ada lagi ciuman pada pelupuk kepalanya, tidak ada lagi usapan sayang pada helaian surainya.
Ia merindukan ucapan selamat paginya, hidup yang awalnya bervariasi kini kehilangan warnanya.
Namun sekali lagi, mencoba bertahan pun tak ada gunanya.
Sang laki-laki yang selalu disibukkan dengan sahabat masa kecilnya, berdalih membantu kesulitan sang gadis kecil hingga melupakan kekasih yang ia miliki.
Di balik waktu senggang yang harusnya menjadi milik mereka berdua, sang gadis kecil selalu merayap memasuki celah sempit membuat keretakan hubungan yang terjalin ini.
Terus bersabar tak akan membuahkan apapun, setidaknya itu menurutnya.
Rasanya suaranya tertahan, ingin menjerit mengutarakan kalimat cacian tak berujung pada si pengganggu bersurai gelap.
Hatinya mencelus seberapa mudahnya sang jejaka mengiyakan ajakan akhir itu. Dari dalam hatinya bertanya-tanya apakah ia benar-benar memiliki cinta untuk dirinya?
Jemarinya perlahan membuka penutup penyimpan batangan nikotin yang hanya meninggalkan celah kecil, menandakan sedikitnya batangan yang dihisap oleh Kuroo, ia tertawa kecil memikirkan betapa bencinya ia pada asap serta bau yang melekat pada Kuroo saat itu namun lihatlah sekarang,
menyalakan pematik api, dalam diam ia menyesapnya, kenangan aroma melintas padanya membayang figur yang selalu menenggelamkannya dalam pelukan.
Namun tak berapa lama sesak menyelimutinya menimbulkan rasa tak nyaman hingga terbatuk.
Ah, tentu saja. Ia payah dalam hal ini.
Tak mengambil pusing, bibirnya kembali menyesap dan terbatuk kembali.
Cairan bening meleleh dari sudut matanya, hanya aroma pahit yang menemani tangisnya dalam diam bernaung samar bulan. Membiarkan jalar api membakar batangan rokok itu.
Kenangan terakhir yang ia bakar.
Ia merindukannya, berpikir bodoh tak peduli seberapa sering Kuroo Tetsurou menyakitinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.