02. ENCOUNTER

176 22 9
                                    


🌷🌷🌷

Hari ini Serin tidak bisa mengantar jemput Jian, sebab hari ini Presdir dari Wallence Ltd akan datang. Hari ini, Serin juga datang lebih awal dari biasanya, dirinya dan para sekretaris lainnya harus menyiapkan segalanya untuk menyambut Presdir mereka.

Ini akan menjadi pertama kalinya bagi para karyawan di dalam gedung ini akan melihat presdir dari Wallance Ltd. Setau mereka selama ini identitas nya belum pernah terpublikasi sejak awal Wallance Ltd di warisi kepada nya, yang merea ketahui hanya sampai sebatas bahwa presdir mereka masih muda dan menetap di London.

"Denger-denger Presdir kita masih muda dan tampan."

"Memangnya kau berani mendekatinya?"

"Jodoh tidak ada yang tau kan."

"Jangan bermimpi, lebih baik fokus."

Begitu lah obrolan-obrolan mereka, Serin hanya terkekeh dan menggelengkan kepala melihat tingkah teman-temannya.

"Cha, kopi-nya mau disiapkan sekarang?" Serin
menyiapkan beberapa cangkir kopi.

"Iya, udah boleh. Sebentar lagi mereka sampai."

Sambil memulai untuk membuat kopi, "Cha, aku tak perlu turun untuk menyambut nya dari bawah kan?" Tanya Serin kepada Micha

"Tak perlu, kita berdua harus menyajikan semua ini sebelum mereka melakukan obrolan penting di ruangan meeting."

Setelah selesai melakukan persiapan, mereka semua mengurus pekerjaan masing-masing.

༺═────────────═༻

Saat ini Serin dan Micha sudah berada di depan guest room; tempat dimana biasanya menyambut tamu kehormatan yang datang. Mereka mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum akhirnya memasuki ruangan.

TOK! TOK! TOK!

Saat mereka berdua memasuki ruangan terlihat beberapa orang berdiri di ujung sana menghadap pemandangan kota Seoul. Mereka tak bisa melihat wajah presdir Wallence Ltd tersebut. Namun jika di lihat dari postur tubuhnya yang sangat gagah dan penampilannya, bisa di pastikan presdir Wallence Ltd sangat tampan dan masih sebaya dengan umur Serin dan Micha.

"Kami merasa sangat terhormat atas kehandiran anda, hwejangnim"

Serin dan Micha menyajikan kopi yang baru saja mereka buat di atas meja marmer yang terletak di tengah ruangan. "Silahkan menikmati hwejangnim, sajangnim. Kami permisi." Ucap Micha dan Serin bersamaan, sebelum mereka akhirnya menuju pintu untuk meninggalkan ruangan tersebut.

Lelaki dengan postur tubuh gagah tersebut membalikkan tubuhnya mengarah ke arah pintu setelah mendengar suara yang tak asing di telinganya. Suara seseorang yang dirinya nantikan bertahun-tahun lamanya. "S-Serin?" Gumam sang tuan tak percaya. 

"Apakah ada yang salah, Park hwejangnim?"

Lelaki bermarga Park tersebut hanya menggeleng kecil.

Sebut saja ia Park Jimin. Seorang lelaki sukses berusia dua puluh enam tahun, yang amat dipuja kehadirannya.

Walau begitu...

Ia memiliki masa kecil yang dapat terbilang kelam, bahkan sangat kelam.

Ia memiliki masa kecil yang dapat terbilang kelam, bahkan sangat kelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti kemarin, Serin kembali mendatangi mini market di apartemennya. Kemarin dirinya tak mendapatkan gula khusus dengan kadar gula rendah karena stok yang sudah tidak tersedia.

Serin membaca dan membandingkan dua kotak gula yang dipegangnya dengan amat teliti. "Sepertinya yang ini lebih bagus."

Setelah membayar barang belanjaannya, Sera pintu keluar. Namun, dirinya tak sengaja bertabrakan dengan seorang lelaki.

BRUK!

Serin membungkuk meminta maaf kepada lelaki tersebut karena dirinya memang terburu-buru. "Maafkan aku, Tuan."

"S-Serin?!"

"J-Jimin..." Gumam Serin terkejut melihat lelaki di hadapannya. Lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya.

Tak perlu berlama-lama, Serin pergi begitu saja sebelum lelaki tersebut berhasil meraihnya. Serin tidak boleh memeluk lelaki tersebut meskipun dirinya merindukan nya setengah mati.

Sampai saat ini, ada banyak pikiran di benak Serin.

"Mengapa dia bisa berada di sini?"

Ah... itu bukan hal yang tak mungkin kan? Lingkungan tempat dirinya tinggal saat ini memang tempat dimana para orang dari kalangan atas tinggal. Dirinya saja tak jarang berpapasan dengan idol maupun pejabat di lingkungan ini.

"Bagaimana bisa kami bertemu lagi setelah sekian lama?"

"Mereka tidak akan mengambil Jian kan?"

Sera kelewat cemas dan takut jika mereka akan mengambil Jian dari sisinya. Sedangakan saat ini hanya Jian dan Nyonya Kang yang Serin miliki.

Sedari tadi Nyonya Kang menyadari Serin yang begitu tidak fokus menyantap makanannya. "Serin-ah, apa ada yang mengganggu pikiran mu hingga tidak fokus makan?" Suara Nyonya Kang menyadarkan Serin dari lamunannya.

"Eommonim, aku bertemu dengannya..." Lirih Serin dengan jujur.

"Suami mu?" Dengan hati-hati, Nyonya Kang bertanya.

Serin mengangguk lemas.

Nyonya Kang mengambil tangan Serin dam mengelusnya dengan begitu lembut, dengan tujuan menenangkan Serin dari rasa khawatirnya. "Tenang lah, eommonim ada bersama mu. Percayalah semua akan baik-baik saja, mulai dari Jian dan semua kekhawatiran mu." Nyonya Kang sangat mengerti perasaan Serin saat ini. Hidup bertahun-tahun membuat hubungan mereka terjalin seperti ibu dan anak sebagaimana pada umumnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Maaf kalau kurang nge-feel aku akan berusaha improve terus dalam penulisan ku 🙇‍♀️

THEM | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang