Cewek itu berlari dengan tergesa-gesa. Ia harus sampai sekolah sebelum pukul 7.30 atau ia akan dapat hukuman.
"C'mon, Sha." Ia menyemangati dirinya sendiri. Memacu laju kakinya lebih cepat.
Naas, ia tetap terlambat dan harus melaksanakan hukuman.
Membersihkan toilet perempuan.
"Sialan! Kenapa harus kesiangan si anjir." Ia mendengus kesal. Berjalan gontai ke arah toilet perempuan.
Baru 5 menit ia melakukan hukumannya. Ada 2 cewek datang menghampirinya, "jingan. Jadi babu lo, Sha?"
Kesha Dejuan. Cewek yang telat karena maraton drakor. Ia mendelik ke arah kedua sahabatnya, "bantuin lah anying."
Kedua sahabatnya tergelak lalu ikut membantunya. Akhirnya 30 menit pun pekerjaan itu selesai. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum istirahat.
"Gua males ke kelas. Jamkos juga." Ujar Arin disetujui oleh Ica.
"Emang tah? Perasaan gue liat pak Samsul masuk tadi." Tanya Kesha tak percaya. Pasalnya ia melihat dengan jelas kalau guru ips nya itu masuk.
"Sebenernya dikasih tugas tapi bocah pada main. Kagak ada yang ngerjain." Jelas Ica. Kesha manggut-manggut mengerti. Lalu sebuah ide terlintas di otak cantiknya.
"Kantin aja. Beli makan abis tuh biasa kita dibelakang." Usul Kesha. Ica dan Arin pun menyetujuinya. Dengan cepat mereka berjalan beriringan ke kantin.
Di belakang sekolah yang juga tak jauh dari kantin ada perkebunan sekolah. Disana terdapat sebuah saung-saung kecil. Sekitar 5 saung mungkin. Beberap murid contohnya Kesha dan sahabatnya suka sekali makan di sana.
Terlalu asik bercanda sambil berjalan, membuat Kesha tak sengaja menabrak seorang cowok jangkung bertubuh atletis.
"Eh sorry sorry. Gak sengaja sumpah." Ujar Kesha menunujukan jarinya yang berbentuk v dengan cengiran khasnya. Cowok itu memandang datar lalu berlalu begitu saja.
"Dih bukannya jawab malah nyelonong aja anjing." Sewot Arin menatap punggung cowok jangkung itu yang mulai menjauh.
"Udah elah, biarin aja." Ica menarik kasar lengan Arin dan mengikuti Kesha yang sudah jalan terlebih dahulu.
Hal pertama yang di lihat setelah sampai di kantin adalah meja pojok yang sudah ramai.
Jaguar. Geng motor terkenal dengan jumlah anggota yang kian bertambah. Jaguar sangat amat dikenal masyarakat. Jaguar tersebar di tiga kota, Bogor, Jakarta dan Bandung.
Mereka sebenarnya baik, asal kalian tidak mengusik maka semuanya akan baik-baik saja.
Jaguar di kenal dengan karena solidaritas serta jargon andalan mereka. Heaven or Hell.
Jaguar bisa memperlakukan seseorang layaknya di surga. Mereka menolong, menyayangi, memanjakan, dan melindungi.
Sebaliknya pula, mereka bisa jadi lebih dari kata sadis maupun bengis. Tak kenal lawan, jumlah serta pandang bulu. Bantai habis, jangan kasih ampun.
Kesha dan Ica duduk tak jauh dari Jaguar. Mereka menunggu Arin yang sedang memesan makanan.
Brak
Suara itu mengalihkan tatapan mereka yang di kantin ke arah pintu. Disana, Edgar Wijaya. Mantan kekasih Kesha. Ia ketua geng motor Eagle.
Entah apa yang membuatnya berada disini. Pasalnya, Edgar bukan berasal dari sekolah SMA Dwinata. Sekolah Kesha sekarang.
Edgar berjalan ke meja di mana Kesha berada. Tanpa izin, ia menarik lengan Kesha dengan kasar, "ikut gue."
"Ck, mau apa si?" Kesha menghentakan tangannya kasar membuat cekalan Edgar terlepas.
"Ada yang harus gue omongin." Edgar menatap Kesha, sedangkan cewek itu sendiri hanya merotasi bola matanya malas.
"Apa lagi?" Kesha muak dengan cowok di hadapannya ini. Tidak pernah jelas sama sekali. Dasar bipolar.
Kesha selalu berpikir kalau Edgar itu bipolar. Toh, cowok itu benar-benar mudah berubah bahkan dalam waktu sedetik.
"Gue nyesel, Sha." See? Dengan mudahnya dia mengatakan itu yang padahalentah sudah berapa kali.
"Tapi gue gak nyesel putus sama lo." Edgar mencoba menarik pinggang ramping Kesha, tapi sesuatu yang tanpa di duga terjadi. Seseorang lebih dulu merangkulnya.
"She's mine, bro." Dingin. Terdengar sangat dingin bagi siapa pun yang mendengarnya.
Dia, Gavin Adinata. Ketua geng motor Jaguar. Dengan raut muka datar, nada dingin, ia mengatakan dengan lancarnya kalau Kesha milik nya? Seriously?
Kesha berusaha melepas tangan Gavin tapi hasilnya nihil. Bahkan entah sejak kapan, kantin sudah ramai oleh banyak penghuni sekolah.
Mereka menatap Kesha. Berbagai tatapan di layangkan padanya. Benci, kaget, tak percaya, senyum mengejek dan masih banyak lagi.
"Lebih baik lo pergi dari hadapan gue." Desis Gavin dengan tangan yang semakin erat di pinggang Kesha.
Perlu kalian ketahui, Jaguar dan Eagle tak pernah akur. Sering kali mereka terlibat peperangan.
Edgar mengepalkan tangannya menahan amarah. Ia pergi dari hadapan Kesha dan Gavin dengan dengan langkah besar.
~
Kejadian itu seakan tidak pernah terjadi. Kesha dan Gavin kembali seperti semula layaknya tak terjadi apapun. Meskipun jauh dari lubuk hati hati kecil Kesha, ia merasakan hal aneh.
"Woy, Sha!" Arin dengan muka menyebalkannya datang mengejutkan Kesha. Ica hanya senyum seperti biasa yang ia lakukan.
"Tadi pas ke toilet gue ketemu Gavin." Mendengarnya membuat Kesha menatap Arin seakan bertanya 'ya terus kenapa?'
Arin malah cekikikan tidak jelas. Ica bahkan memandangnya seakan jijik dengan manusia di sisinya itu, "lo napa anjir" Ica dengan kesal memukul kepala Arin dengan buku tebal yang ia bawa.
"Eh monyet!" Seru Arin kesal karena kepalanya yang seenaknya di geplak pakai buku tebal itu.
"Ck, gue tuh heran anjir. Bisa-bisanya si beruang kutub kek tadi. Aneh sumpah." Arin mengucapkannya dengan menggebu-gebu. Kesha mengedikkan bahunya acuh.
"I don't care. I just want to go home now." Dengan cepat ia sudah hilangdi balik pintu kelas. Arin dan Ica bertatapan lalu tersenyum.
"Kayanya kita harus nyari tau."
"Setuju, gue kepo bat anjrit."
Mereka berdua pun berjalan dengan merencanakan ide-ide tak masuk akal di otak.
•
•
•
Spam komen
jangan lupa vote
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐚𝐯𝐢𝐧
Teen Fictioncowok dingin dan 'tak terduga' yang tertarik pada cewek yang tak percaya akan cinta.