03. Dia. . .kemana?

11 6 0
                                    

"Masuk sana." Kesha melihat Gavin tak percaya. Ia jadi penasaran, apa cowok ini habis terbentur?

Kesha dengan senyum mengambang tanpa di duga memukul kepala Gavin dengan tangannya. Tidak terlaku kuat tapi mampu membuat Gavin meringis, "buset anjir! Lo kenapa, Sha?"

Siapa yang tak kaget jika tiba-tiba di pukul. Kesha dengan tampang tak bersalahnya terbahak-bahak. Gavin bergidik ngeri melihatnya. Kerasukan nih bocah.

"Sha? Lo masih waras 'kan?" Gavin menepuk-nepuk pelan pipi Kesha. Kesha mengangguk dengan tawa yang tidak  berhenti.

"Ini berapa?" Gavin menunjukan 2 jarinya di depan wajah Kesha.

"Itu? Sepuluh ahahaha." Kesha kembali tertawa. Anjing depan gue Nanno kali ya asu.

Gavin merapalkan doa-doa. Ia lalu meminum air dan menyemburkannya pada Kesha. Sontak hal itu membuat Kesha memekik dan menatap Gavin datar. Innalillahi Nanno belum keluar anjir.

Gavin kembali mengulangi kelakuannya. Tepat sebelum menyembur pada Kesha, cewek itu dengan cepat menghindar dan memukul tepat di jakun Gavin. Cowok itu terbatuk sampai berjongkok. Kesha? Ia masih setia menonton tanpa berniat membantu.

"Nyembur lagi, gue bawa lo ketemu tuhan." Desis Kesha dan langsung masuk ke rumahnya. Gavin menatap kepergian cewek itu dengan heran.  Creepy tuh cewek sumpah.

~

"Hai para fans!" Seru Arin rusuh saat memasuki kelas. Sekelas pun berlagak tuli dengan diam tak membalas sapaan Arin.

"Anjing pada budek ya kalian."  Arin menggebrak meja Ica. Ica melirik sekilas lalu kembali pada buku novelnya. Arin mendengus, lalu melihat Kesha yang menenggelamkan wajah di lipatan tangannya.

"Lo napa, Sha?" Arin menepuk-nepuk kepala Kesha. Kesha mendongak, sekedar melihat lalu tanpa menjawab kembali mengenggelamkan wajahnya.

"Pada cuek amat si sama princess Arin yang cantik ini." Kesha kembali mendongak, mengambil tanah liat yang sudah ia bentuk menjadi orang-orangan tak jelas.

"Ngomong tuh." Ia menaruh orang-orangan tanah liat itu di hadapan Arin. Sekelas pun yang melihat tertawa seketika.

"Ck jahat lo, Sha." Arin mencibir lalu memainkan ponselnya. 

"Eh anjir!" Pekikan itu jelas membuat satu kelas menatap Arin jengah.

"Napa lagi si, Rin?" Tanya Fajar  ─ketua kelas XI IPA 1─  menatap Arin kesal dan heran. Arin menunjukan layar ponselnya kepada anak kelas yang melihat ke arahnya.

"See that."

"Eh? Itu si Kesha 'kan?"

"Sha, itu bener lo?" Tanya Ica setelah melihat apa yang ada di layar ponsel Arin. Kesha merampas kasar ponsel Arin dari tangan pemiliknya itu. Terlihat jelas Gavin yang membonceng Kesha saat malam kemarin, "ekhem, jadi katanya si mau pulang eh malah jalan sama ayang Gavin ahaha."

Tawa Arin di ikuti anak seisi kelas membuat Kesha kesal, "pas gue nunggu di halte, tuh setan nongol entah dari mana."

Arin sontak berhenti tertawa, "bentar, apa tadi? Setan?" Kesha mengangguk malas menanggapinya.

"Ya allah Kesha, lo gak ada panggilan sayang yang bagus gitu? Masa di panggil setan si doi sendiri. . ." Kesha berdecak malas. Ia berdiri dan keluar dari kelas. Sejak pagi tadi mood nya entah kenapa sangat buruk. Mungkin akan datang bulan? ah iya benar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐆𝐚𝐯𝐢𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang