“Kita berada di bawah bangunan yang sama namun memiliki dedikasi yang berbeda.
Kau dengan buku-buku dan perkamen-perkamen tua, sedangkan aku dengan kertas, tinta, dan tulisan.”
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
Sugawara mengernyit saat membaca balasan dari sang pengirim anonim. Ia mulai berpikir maksud dibalik surat sang pengirim.Di bawah bangunan yang sama?
Dedikasi?
Sudah dipastikan jika sang pengirim ini merupakan pegawai kerajaan.
Lalu, maksud dari kertas, tinta, dan tulisan?
Mungkinkah tebakannya benar bahwa sang pengirim adalah penulis surat Kerajaan? Atau malah pegawai pos? Tetapi, pegawai pos rasanya tidak mungkin karena tidak pernah beraktivitas di kerajaan. Yang paling memungkinkan ialah penulis surat kerajaan.
Tetapi, siapa?
Penulis surat kerajaan cukup banyak pegawainya dan Sugawara tidak begitu mengenal mereka.
Tetapi ... bisa saja kalau dia pernah berinteraksi dengan salah satu dari mereka namun Sugawara lupa?
Entahlah, pria muda bersurai perak itu masih kebingungan. Ia masih butuh petunjuk lebih akan sosok sang pengirim. Maka dari itu, seperti biasa Sugawara pun menulis balasan untuk sang pengirim.
**********
"Pesta pertunangan Pangeran dengan Tuan Putri dari Kerajaan Timur akan diadakan minggu depan. Maka dari itu, kita ditugaskan untuk menulis surat undangan kepada para pesohor-pesohor di seluruh negeri. Dengan kata lain, mulai dari sekarang kita akan bekerja keras untuk menyelesaikan ribuan undangan."
Ichi diam-diam membuang napas pelan tatkala mendengar seruan atasannya di depan sana. Bayangan ratusan surat undangan yang harus ia tulis sudah ada di depan kepala. Kemungkinan ia akan sibuk hingga malam menyapa. Hal itu membuatnya sekali lagi menghela napas.
Tiba-tiba terbersit bayangan sang Pustakawan yang dikaguminya. Apakah ia akan membalas suratnya semalam? Apakah Ichi akan sempat untuk membalas suratnya lagi?
Ichi harap ia memiliki waktu senggang untuk pergi ke perpustakaan disela kesibukannya nanti.
**********
Kosong.
Tidak ada balasan surat di atas meja kerjanya. Surat balasan yg ia tulis kemarin masih utuh di atas meja.
Sugawara mengernyit bingung. Terheran dengan sang pengirim surat yang tidak membalas suratnya.
'Apa karena dia sibuk? Atau mungkin karena lupa?'
Pria muda itu memandang kertas balasannya yang masih di atas meja lumayan lama hingga akhirnya dia pun mengendikkan bahu sambil menghela napas. Ya, masih banyak kemungkinan mengapa sang pengirim anonim tidak mengirim suratnya. Sugawara tidak ingin terlalu memikirkannya. Ia pun mencoba fokus terhadap pekerjaannya.
**********
"...chi"
"...Ichi..."
"ICHI!"
"HAH!"
Ichi tersentak kala merasakan tepukan keras di punggungnya. Ia pun menegakkan tubuh sambil mengumpulkan kesadaran. Ia tersadar jika ia tertidur di atas meja kerjanya dengan tumpukan surat yang sudah jadi berada di sebelah kirinya.
Wanita muda itu ketiduran kala menjalankan tugasnya sebagai penulis surat undangan.
"Sekarang kau kembali ke kamar lalu bersihkan tubuhmu. Kuberi waktu istirahat selama dua jam selepas itu kembalilah ke sini untuk melanjutkan menulis undangan."
"Baik!"
Ichi hanya mengangguk patuh atas perintah sang atasan yang membangunkannya tadi. Setelah sang madame pergi, Ichi pun menghela napas berat sambil mengusap wajahnya. Ia terdiam sejenak sambil memandang meja kerjanya yang dipenuhi kertas-kertas dan tinta.
Tiba-tiba saja ia teringat aktivitas surat-menyuratnya bersama Sugawara.
Apakah dia memberinya balasan lagi? Apakah pria itu menunggu suratnya?
Ichi menggeleng pelan. Tidak seharusnya ia memikirkan itu di tengah pekerjaannya begini. Ia adalah penulis surat profesional. Urusan surat dengan pujaan hati itu belakangan.
Ichi pun mulai berdiri, meregangkan tubuhnya lalu merapikan gelungan rambutnya yang terselip tiara kebanggaan penulis Kerajaan. Wanita muda itu pun berjalan keluar dari ruang kerjanya, hendak mematuhi perintah atasan yang diucapkan sebelumnya.
**********
Tiga hari. Sudah tiga hari sang pengirim anonim tidak mengirimkan surat untuknya. Bersamaan itu pengumuman pesta pertunangan Pangeran dengan Tuan Putri dari Kerajaan Timur sudah merebak luas dan undangan akan segera disebarkan.
Hal itu pun langsung membuat Sugawara menyimpulkan bahwa sang pengirim memanglah penulis surat Kerajaan. Ia pasti sedang sibuk dengan surat undangan yang harus disebar. Kini Sugawara menerbitkan senyuman sambil menatap surat yang ia terima pertama kali.
'Sekarang, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu denganmu?'
◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈
yappleich
—7 Juni 2021620 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Âme sœur ✓
Fanfiction[Sugawara Koushi x OC] âme sœur; soulmate Aksara menghubungkan keduanya. Aksara menjadi benang merahnya. Pujangga dengan Pustakawan, kisah romansa yang tak kalah manisnya dengan kisah Tuan Putri dan Pangeran. ──────────────────────── Haiky...