Tidak menutup kemungkinan jika kita kembali bertemu tak akan seakrab ketika kita masih menjalin hubungan.
-Tulus Putra Bagaskara***
SEBUAH acara workshop bertema "Pengabdian Dokter Untuk Masyarakat" digelar di kampus University of Munich, Jerman. Menghadirkan seorang dokter muda dari Indonesia yang cukup terkenal dan berprestasi dari berbagai kalangan.
Aini terdiam sesaat, ia teringat dengan seseorang yang dulu pernah mempunyai mimpi ingin menjadi seorang dokter terkenal. Sayang, wanita itu tidak tahu kabar terkini orang yang sempat melintas dipikirannya. Ia hanya berharap seseorang yang selalu ia rindukan itu bisa menggapai mimpinya walaupun Aini tidak membersamai langkahnya.
"Hah." Sudah berapa kali wanita itu merengkuh tanpa sebab. Aini masuk ke dalam aula utama dan mencari tempat duduk yang paling nyaman. Aula kampusnya ini sangatlah luas dengan fasilitas lengkap disertai pengaman berupa CCTV di setiap area tertentu. Keamanannya terjamin karena diintai oleh pengendali sistem.
"Harusnya aku nggak ada di sini. Kalau bukan karena memenuhi tugas observasi. Aku males banget kalau harus bersosialisasi dan bertanya buat dapet bahan," keluh Aini.
"Sekarang, Anggika ke mana lagi?"
"Nyuruh on time, tapi dia sendiri telat."
Aini hanya bisa mengelus dada, karena temannya yang satu itu tidak pernah tepat dengan ucapannya. Ia menatap tajam ke arah Anggika yang tengah nyengir tanpa dosa, kemudian mendaratkan bokongnya tepat di kursi sebelah Aini.
"Where have you been? Told him to be on time, but he himself was late!?" tanya Aini kepada temannya itu.
"Sorry, there was a bit of a problem earlier. My car suddenly died on the road," jelas Anggika. Aini hanya bisa sabar menghadapi temannya yang satu ini.
"Iya, tapi bisa nggak jangan di setiap waktu kayak gini?"
"Ngomong apa? Sori nggak denger," ucap Anggika.
Ucapan wanita itu tidak terdengar karena suara pembawa acara yang menggema ke seluruh ruangan. Aini mengalah, dan kemudian sebisa mungkin tetap diam sampai acara selesai.
Sebenarnya, acara ini tidak ada kaitan dengan jurusannya. Tapi, karena tuntutan tugas mau tidak mau wanita itu harus menyanggupi.
"Jurusan hukum, sama kedokteran? Nggak ada kaitannya banget tahu!"
"Eh, tunggu. Kalau nggak ada ngapain aku datang ke workshop ini ya? Duh oon banget deh! Pagi-pagi udah ngelag aja," gerutu Aini.
Aini adalah mahasiswi-Jurusan Hukum semester 6 yang sedang dilibatkan dengan banyaknya tugas akhir semester. Maka dari itu, acara workshop kali ini berpengaruh dengan tugas mata kuliahnya.
Tanpa wanita itu sadari, seorang pria dengan jas putih naik ke atas podium kemudian menyapa semua orang yang berada di dalam aula. Seketika, ia deja vu. Matanya tak tak beralih menatap pria yang sedang berdiri memperkenalkan dirinya.
"Hello, let me introduce myself. My name is Tulus Putra Bagaskara, S.ked. I come from Indonesia. And on this occasion I will discuss a little about the employment of a doctor." Mendengar nama itu, Aini terkejut bukan main.
"What?" ucapnya sedikit kencang membuat semua orang yang berada didekatnya menoleh dan menatapnya aneh.
Anggika yang tengah fokus pun harus ikut menolehkan kepalanya memastikan temannya yang tiba-tiba bersikap aneh.
"Hey, you're okay, Aini? There is a problem?" tanya Anggika memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Aini 2
Espiritual[BACA SETULUS CINTA AINI 1 DULU YA!] Aini tidak pernah menyangka bisa bertemu dengan Tulus di salah satu acara penting kampusnya di Jerman. Mereka awalnya tidak saling mengenali, hingga pada akhirnya Aini menyadari jika pria yang sedang berdiri di a...