1. Jadi gue setan?!

16 2 2
                                    

Gadis cantik itu mengecek jam tangannya. Ia tersenyum lebar, kemudian berlari kecil dan duduk di pinggiran lantai.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.25 yang artinya pangeran sesungguhnya akan keluar dari kayangan.

Sedetik kemudian, derap kaki terdengar mendekat membuat Nayfa otomatis memeluk kotak bekal dengan wajah yang merekah.

Gadis bernama Nayfa itu membalikan badan, ia tersenyum riang.

"Hai Ayden!" sapanya riang tak lupa dengan tangan yang melambai ringan.

Pemuda itu menaikan sebelah alisnya, "Nayfa? Kenapa disini?"

Gadis mungil itu menyodorkan kotak bekal yang dibawanya, "Gue bawain bekal." ujarnya masih tersenyum lebar.

Ayden mengernyitkan dahinya, "Lagi?"

Senyum Nayfa otomatis luntur, "Kenapa? Nggak boleh emang?"

Ayden tak menjawab, cowok itu memperhatikan kotak bekal berwarna biru itu lekat.

"Ini....nggak ada sianidanya kan?" tunjuk cowok itu dengan hati-hati.

Nayfa terbahak, "Ya nggak lah! Gue kan bukan Jessica wongso." ujarnya menyebutkan salah satu wanita yang terlibat kasus kopi sianida.

Ayden mengedikan bahu, "Siapa tau kan."

Cewek cantik di depannya itu menggelengkan kepalanya pelan, ia makin mendekatkan kotak bekal di tubuh Ayden membuat cowok itu mengerjap tersadar.

Tanpa sadar Ayden mengulurkan tangan, menerima kotak bekal berwarna biru itu tanpa melawan.

"Jangan lupa dimakan ya bapak kethis, cecan ke kelas dulu bubay!" Nayfa langsung berdiri dan melambaikan tangan riang, kemudian berlari kecil pergi dari kawasan mushola untuk sampai di kelasnya.









***








Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Seperti biasa, Nayfa akan keluar kelas dengan riang menuju area mushola.

Gadis mungil itu melepas sepatu dan kaos kakinya, melangkah ke arah tempat wudhu wanita.

Ia bersenandung kecil, menghidupkan kran air tak lupa membaca doa.

Setelah selesai berwudhu, Nayfa langsung mengambil mukena di lemari dan melaksanakan shalat dhuha.

Satu hal yang berubah dari cewek itu setelah naksir kethis atau ketua rohis adalah, Nayfa jadi rajin shalat dhuha.

Walaupun niat awalnya untuk modus, namun lama kelamaan ia jadi terbiasa.

Sesudah shalat, gadis cantik itu langsung  membuka lemari dan menggantung mukenanya.

Nayfa keluar dari shaf wanita, tanpa ragu menerobos masuk ke arah shaf laki-laki disana.

Beberapa siswa yang sudah terbiasa melihat Nayfa pun hanya diam saja. Mereka tau bahwa Nayfa tak berniat menganggu dan hanya memperhatikan saja.

Walau salah, nyatanya mereka semua tak ada yang berani menegur.

Gadis mungil ini memang selalu memiliki balasan untuk setiap pertanyaan yang diajukan.

Nayfa menumpu tangannya di dagu, memperhatikan wajah pemuda yang terlihat adem di sebelahnya.

"Nayfa." gadis itu mengerjap.

"Ngapain di shaf laki-laki?"

Yang ditanya pun tergagap pelan, entah mengapa ia selalu tak menemukan jawaban bila pemuda ini yang bertanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From this to thisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang