bab 1 -hujan

6 0 0
                                    

"hujan."

Ucap seorang gadis yang terduduk lesu di bangku kelasnya. Menopang dagu dengan tangan kiri, tatapannya belum lepas dari arah jendela sejak awal hujan turun siang tadi. 

Jam kini menunjukan pukul 16:00, sudah 30 menit semenjak pelajaran berakhir namun gadis itu masih setia berada dikoridor sekolahnya. Hujan tidak kunjung reda, gadis yang awalnya berniat menunggu hujan selesai itu akhirnya mulai menyiapkan diri untuk lari kegerbang depan sekolahnya tepatnya halte disambing gerbang sekolahnya.

Gemercik air mulai terdengar ketika genangan air bertemu dengan sepatu putih milik sang gadis dengan cepat. Melindungi bagian atas kepalanya dengan kedua tangannya, gadis itu tau apa yang berharga untuk dilindungi.

"sampe." ucap gadis itu ketika sampai kehalte tujuannya, dengan sigap ia membersihkan tetesan hujan yg mengenai kacamatanya serta merapihkan ulang rambutnya yg ikut basah dan berantakan karena air hujan. Suasana saat itu sangat sepi, hanya beberapa siswa yang masih berada disana. Halte tempat ia kinipun hanya ada 3 siswa dengan masing-masing sibuk pada smartphone mereka.

Tetesan air hujan yang mengenai tangannya kini berubah jadi air mata, 

iya,

gadis itu menangis. 

"kenapa gini terus sih? apa yang aku lupain.."  Sudah 1 tahun semenjak kecelakaan yang menimpa gadis itu, kecelakaan yang menyebabkan ia harus kehilangan separuh ingatannya.

Ia membenci hujan. Kenangan yang ia lupakan tentang hujan selalu membuatnya menangis dan kesal tiap hujan datang. 

Tangisan itu terdengar menyakitkan, tangisan yang berisi kehilangan, kerinduan, dan penyesalan yang ia sendiri tak tau apa penyebabnya.

"ngapain nangis disini?" tanya anak laki-laki disamping gadis itu.

"bukan urusan kamu." jawab gadis itu ketus sambil menghapus air matanya.

"Keisya... ni." anak laki-laki itu memberikan tissue kering kepada gadis itu, Keisya. Keisya hanya menatap laki-laki disampingnya itu  

"Jem, aku lupain apa sih? kenapa sesek banget? Aku lupain hal penting apa?" Tangis Keisya makin menjadi. Jemmy, lawan bicaranya hanya bisa memberikan pelukan kepada gadis itu sebagai penenang.

"gapapa Kei, nangis aja jangan ditahan,"

Jemmy, teman kecil Keisya yang kini selalu bersamanya.

Jemmy tau apa yang terjadi satu tahun lalu, suatu kejadian besar yang menyebabkan Keisya kehilangan ingatan serta Jemmy yang kehilangan sosok penting dalam hidupnya.

Malvin dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang