Bab 2 - Pertemuan pertama-

4 0 0
                                    

"Kei, sebelum berangkat makan dulu ya.. Bunda udah masak dibawah." ucap wanita paruh baya itu didepan pintu kamar.

"siap bundaa!" 

Keisya kini berada ditahun terakhir kuliahnya, sudah hampir 5 tahun semenjak kecelakaan yang menimpanya kini Keisya sudah semakin dewasa dan perlahan benar-benar 'melupakan' seluruh kenangannya yang hilang.

"bun kayaknya nanti aku pulang telat deh, masih ada urusan di kampus."

"iya, nanti pulang sama Jemmy?" Keisya menggeleng,

"Jemmy lagi di Bandung bun."

"loh ngapain? bukannya dia mau skripsi ya?"

"kata dia mau puas-puasin disana dulu sebelum skripsi biar ga jadi stres kayak aku." wanita yang disebut 'bun itupun tertawa. "emang bener Jemmy, nanti dia stres kayak kamu." 

"dih ngeselin." 

Keisya hanya cemberut saat diledek bundanya. Keisya dan Jemmy terpaut satu tahun, Keisya lebih dulu dari Jemmy itulah mengapa mereka tidak setingkat.

"hahaha maaf-maaf yaudah kamu selesain makan terus cepet berangkat bawa payung ya, tadi bunda liat berita katanya bakal hujan sampe sore." Keisya yang mendengar bahwa akan hujan pun segera menyelesaikan minumnya dan berpamitan "Yaudah deh bun, aku berangkat sekarang aja. Dadah bunda." Keisya segera berlari keluar dan meninggalkan bundanya yang berteriak

"Hati-hati jalannya Kei! Liat kanan kiri kalo nyebrang!!-

-Terimakasih sudah tersenyum lagi Keisya, anak bunda."

----


Keisya melihat jam ditangannya yang kini menunjukan pukul 4 sore, ia mendengus melihat kearah luar jendela, "harusnya gw pulang dari tadi." seluruh urusan dikampusnya selesai lebih cepat dari yang ia perkirakan membuatnya berkeinginan untuk singgah di coffe shop depan kampus sembari menyicil revisi skripsinya.

Hujan sudah mengguyur selama 25 menit, sudah 25 menit pula mata Keisya tidak lepas dari jendela luar.

"balik deh." ucap Keisya bermonolog,lalu memasukan laptopnya kedalam tas. 

Selesai mengembalikan gelas serta piring bekas makannya ia segera membuka payung dan berlari kearah halte disebrang agar tidak ketinggalan bus. 

Langkah Keisya melambat ketika ia melihat pria didepannya, pria tinggi berpakaian serba hitam serta menggunakan payung yang menutupi seluruh wajahnya. Keisya sedikit takut dikarnakan saat itu hanya ada mereka berdua, ia takut jika ia diculik oleh pria segala hitam didepannya.

Karna ketakutaannya itu ia menutup setengah badannya dengan payung dan tidak berani menaikan payungnya.

"harusnya sih disini ya-"

"-misi selanjutnya"  Pria itu terdengar sedang berbicara, kalimat terakhirnya berhasil membuat Keisya menegang. Melafalkan doa semoga bus segera datang.

"halo?" sapa pria itu tiba-tiba muncul mengintip dibawah payung Keisya. 

"AAAAAA" Keisya yang terkejut langsung terpeleset kebelakang, dengan payung yang ia lempar. Pria itu terlihat terkejut dengan reaksinya

"jangan culik saya pak, saya semester terakhir, saya mau lulus, saya mohon  pak." mohon Keisya sambil menutup matanya

Pria itu terlihat menggeleng kebingungan dan menghela napas, "saya gak mau nyulik kamu, saya mau tanya."

Keisya yang mendengar itu perlahan membuka matanya dan menatap kearah sepatu pria itu, "ta-tanya apa pak?"

"saya gak akan culik kamu, kalo orang ajak omong lihat matanya." pria itu terlihat jengah dengan sikap gadis didepannya, kekanakan. Ntah mantra apa yang diucapkan pria itu Keisya langsung menuruti ucapannya.

''ma-maaf pak" 

Deg

Ntah Keisya maupun laki-laki didepannya sama-sama terdiam ketika mata mereka bertemu. Perasaan sesak mulai menguasi dada mereka, tanpa mereka sadari air mata mulai membasahi mata mereka.


Malvin dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang