1. Terbang Tinggi, Jatuh Sakit

89 17 4
                                    

• ° . • • ° • . ⋆⋆⋆ . • ° • • . ° •

The Story
• First Love Never Die •

⋆——————🐻——————⋆

Agustus 2017

"RENDRA GUE ADA KABAR BAIK BUAT LO!"

Panas yang menyengat di siang akhir bulan Agustus itu, Davin berlari memasuki kelas yang hampir kosong dengan sangat bersemangat. Beberapa teman kelasnya yang masih di kelas menatapnya dengan tatapan seolah berkata 'si Davin ngapain lagi', sudah terbiasa melihat kelakuan Davin yang nyentrik.

"Kamu habis darimana kenapa jadi buluk begini? Keringetan, iyuh.. astaga!" Gadis berponi dengan rambut tergerai bernama Gisel menatap ngeri pada penampilan Davin yang berantakan—seragam sekolah lecek, basah, berkeringat, dan lumayan bau.

"Basketan tadi," Davin memberi jawaban sembari berlalu mendekati mejanya yang bersebelahan dengan meja Rendra. "Ren, gue yakin lo pasti seneng denger ini."

"Apaan, sih?! Lo bau sumpah, Vin! Kenapa gak langsung mandi?!" Rendra yang berdekatan dengan Davin langsung misuh-misuh.

Davin hanya menyengir dengan tampang tanpa dosa. Meraup botol minum Farel yang terletak di meja laki-laki berhoodie pink itu—kepunyaan Gisel.

"Si Veno mana?" Davin bertanya setelah menandas habis air minum Farel.

Laki-laki yang semula tertidur di kursinya mengangkat kepala dengan mata berat, "Bang Alvin tadi nunggu di gerbang, si Veno nyamper—WOI MINUM GUE KENAPA LO HABISIN?!"

Maka terjadi pertikaian antara Davin dan Farel yang menjadi bahan kikikkan beberapa teman sekelasnya yang memilih tinggal di kelas untuk beradem. Sudah biasa mereka melihat adegan baku hantam antara Davin-Farel ataupun Davin-Rendra dan terkadang Davin-Veno juga terjadi jika laki-laki penyabar itu sudah tak tahan dengan kelakuan Davin.

Gisel yang sedari tadi memperhatikan mereka hanya menghela nafas, apalagi dirinya sudah bersahabat dengan Davin dari SD, bertetangga dekat hingga setahun yang lalu, antara capek dan frustasi menghadapi Davin—tapi Gisel suka.

"Davin, mandi dulu sana!"

Farel memegang kedua tangan Davin, mengunci lebih tepatnya. "Nah, ibu negara sudah memberi perintah. Segera laksanakan!"

Davin langsung menegakkan badannya setelah Farel melepaskannya. Memberi hormat pada Gisel sebelum mengambil tas jinjing dari laci mejanya. Berlari keluar kelas yang sayangnya meninggalkan bau tak sedap di ruangan tersebut.

"Ya Allah, kelas suci-ku sudah terinfeksi bau busuk Davin!" Farel meringis sembari membuka pintu. "Di luar panas, di dalam dingin. Bisa kecilin suhu AC-nya gak, sih?!"

Rendra diam tak menyabut, begitu pula Gisel yang sibuk menyatat di buku diary-nya. Teman-teman yang lain juga diam, membuat Farel mendengus lalu menutup pintu dengan keras.

Mereka terpaksa mengurut dada karena kaget. Membiarkan Farel dengan wajah menahan kesal karena tak ada yang menaruh perhatian padanya. Padahal Farel sudah kedinginan sedari pagi, sudah pakai hoodie modal pinjam, tapi tak ada yang peduli padanya.

The Story : First Love Never DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang