Seperti biasa Dito sibucin, tak tahu tempat, tak tahu kondisi dimana ia bertemu dengan Rose disitulah kejantananya meletot alias berubah seratus delapan puluh derajat. Dari kejauhan Dito menunggu sang pacar sambil memegang bekal yang telah ia siapkan untuk di makan berdua.
“chagi-ya ~” seru Dito menghampiri Rose, namun langkahnya terhenti ketika ada sekumpulan adik kelas mengerumuni Rose. Dengan rasa penasaran pun Dito ikut menghampiri kerumunan adik kelas itu. Ternyata kerumunan adik kelas itu adalah anak kelas sepuluh yang jatuh hati pada Rose. Banyak di antara mereka yang mengirim surat, makanan, coklat dan lainnya.
Rasa cemburu, wajar saja Dito sibucin cemburu dengan Rose yang banyak di gemari adik kelas. Rasa iri pun berkobar dari hati, mata sinis Dito tajamkan kearah adik kelas yang memancarkan ketampanannya di depan Rose.“ kak”
“kalo 1+2=3, kalo aku di tambah kakak sama dengan kita” lirih Reza adik kelas yang paling sering memberikan hadiah kepada Rose. Mendengar gombalan itu otomatis membuat Dito sibucin semakin panas, dan seperti biasa Rose yang ramah pun membalas dengan senyumannya.
“jangan senyum Rose, senyummu cuma buat aku!” gunggam Dito menatap tajam ke arah Rose. Disisi lain Rose sedikit melirik ke arah Dito kemudian ia membalas sedikit senyuman. Melihat kejadian itu membuat Dito ambil tindakan dengan sigap Dito menutup bibir sang pacar dengan tatapan tajam di tuju ke adik kelas kemudian menggelangkan kepala ke arah Rose seolah melarang Rose untuk tersenyum ke adik kelasnya.
“Rose di panggil bu Ida” seru Dito dan menggenggam erat tangan Rose dan keluar dari kerumunan itu.
“pinggir kalian!” tegas Dito.
Di sepanjang jalan Rose Cuma tersenyum, sebenarnya ia sangat senang orang yang dicintainya sangan mencintainya juga.
“sakit tau!” keluh Rose yang pura kesakitan. mendengar hal itu Dito langsung melepaskan genggamannya dan meniup lembut tangan Rose.
“maaf yah, abisnya tadi kenapa kamu senyum senyum segala sama mereka”
“ih kan senyum itu ibadah”
“kamu ibadahnya ke aku aja, kalo senyum Cuma boleh ke aku aja, boleh sih tapi jangan cantik cantik banget” keluh Dito, melihat Dito cemberut Rose memalingkan topik dengan bertanya apa yang di bawakan oleh Dito.
"I-itu apa?" Mata Rose tertuju dengan bekal itu.
“aku tadi masak, nyiapin bekal buat kamu!” Dito menyodorkan kotak makan.“kamu masak?” tanya Rose langsung membuka kotak makan yang tertata rapi, walupun isinya sekedar telur mata sapi, nugget, dengan hiasan saos dengan bentuk love. Rose pun memberi reaksi untuk usaha sang pacar, Rose langsung makan di taman sekolah berdua dengan Dito.
“hmm... enak !” seru Rose
“enak?” tanya Dito mengangkatkan alis terkaget mendengar pernyataan dari Rose, karna Dito merasa masakknnya biasa saja rasanya.
“iya enak banget.”
~.~.~.~.
Bel pulang sekolah berbunyi dan Rose menatap pintu kelas.
“satu, dua, tiga” gunggam Rose, kemudian Rose tersenyum, ternyata Dito baru saja tiba di depan kelasnya Rose.
“mau makan siang apa tuan putri?” tanya Dito sambil meraih tangan mungilnya Rose.
“hmmm... aku tadi udah makan bareng Hena” jawab Rose.
“terus, kita pulang sekarang?, atau chagi mau ke toko buku?” tanya Dito lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dika & Dito
Teen FictionPERHATIAN!!! INI BUKAN CERITA BL MELAINKAN CINTA SEGITIGA. memang benar adanya cinta namun untuk siapa akhirnya ia akan berlabuh aku percaya dan aku serahkan pada waktu dan takdir. -Rose halo semua😁☺️ maaf yah mungkin narasi di atas ga bisa mendesk...